tag:blogger.com,1999:blog-41639280868517645012024-03-13T19:09:31.633-07:00Kumpulan Cerita Seks Dewasa Indonesia Terbaru 2019Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comBlogger146125truetag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-1597380343936651572015-12-24T20:07:00.000-08:002016-04-28T12:48:35.571-07:00Bu Dosen Dan PembantunyaKenangan indah bersama dosen dan pembantunya tiba-tiba terbersit, Sebatang pensil dimeja tiba-tiba menggerakkan tanganku untuk menuliskan Cerita Seks disini. Ku tulis kata-demi kata hingga aku merangakai keseluruhan cerita seks mengenai pengalamanku ngentot dengan ibu dosenku di diariku.Ku peluk buku itu setelah selesai mencoret-coret lembaran putihnya,ku isikan cerita ngentotku bersama dosenku.Ku buka laptop ku tulis kembali dan kusajikan di forumkami.com, semoga terhibur dan inilah kisahnya.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-kZ3lOmil6NE/VnzAmYTmL8I/AAAAAAAAASk/PdG4K_KrEiY/s1600/22.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-kZ3lOmil6NE/VnzAmYTmL8I/AAAAAAAAASk/PdG4K_KrEiY/s1600/22.jpg" /></a></div><br />pada waktu ujian tengah semester di warnai rintikan hujan disepanjang jalan menemaniku menuju ketempat itu, saya dipanggil ke rumah dosen wanita yang masih agak muda, sekitar 26 tahun. body asyik di pandang mata,lurus sebahu rambutnya. Ia juga lulusan dari perguruan tinggi tersebut. Dipanggil ke rumahnya karena saya diminta untuk mengurus keperluan dia, karena dia akan ke luar kota. Malam harinya saya pun ke rumahnya sekitar jam 7 malam. Saat itu rumahnya hanya ada pembantu (yang juga masih muda dan cantik). Suaminya ketika itu belum pulang dari rapat di puncak.Otomatis kondisi rumah lagi sepi,hanya wanita-wanita tok penghuninya.<br /><br />Saat saya membuka pintu rumahnya, saya agak terbelalak karena dia memakai gaun tidur yang tipis, sehingga terlihat payudara yang menyumbul keluar. Saat saya perhatikan, dia ternyata tidak memakai BH. Terlihat saat itu buah dadanya yang masih tegar berdiri, tidak turun. Putingnya juga terlihat besar dan kemerahan, sepertinya memiliki ukuran sekitar 36B.<br /><br />Sewaktu saya sedang memperhatikan Dosen saya itu, saya kepergok oleh pembantunya yang ternyata dari tadi memperhatikan saya. Sesaat saya jadi gugup, tetapi kemudian pembantu itu malah mengedipkan matanya pada saya, dan selanjutnya ia memberikan minuman pada saya. Saat ia memberi minum, belahan dadanya jadi terlihat (karena pakaiannya agak pendek), dan sama seperti dosen saya ukurannya juga besar.<br /><br />Kemudian dosen saya yang sudah duduk di depan saya berkata, (mungkin karena saya melihat belahan dada pembantu itu) “Kamu pingin ya “nyusu” sama buah dada yang sintal..?”<br />Saya pun tergagap dan menjawab, “Ah… enggak kok Bu..!”<br />Lalu dia bilang, “Nggak papa kok kalo kamu pingin.., Ibu juga bersedia nyusuin kamu.”<br />Mungkin karena ia saya anggap bercanda, saya bilang saja, “Oh.., boleh juga tuh Bu..!”<br /><br />Tanpa diduga, ia pun mengajak saya masuk ke ruang kerjanya.<br />Saat kami masuk, ia berkata, “Andre, tolong liatin ada apaan sih nih di punggung Ibu..!”<br />Kemudian saya menurut saja, saya lihat punggungnya. Karena tidak ada apa-apa, saya bilang, “Nggak ada apa-apa kok Bu..!”<br />Tetapi tanpa disangka, ia malah membuka semua gaun tidurnya, dengan tetap membelakangiku. Saya lihat punggungnya yang begitu mulus dan putih. Kemudian ia menarik tangan saya ke payudaranya, oh sungguh kenyal dan besar. Kemudian saya merayap ke putingnya, dan benar perkiraan saya, putingnya besar dam masih keras.<br /><br />Kemudian ia membalikkan tubuhnya, ia tersenyum sambil membuka celana dalamnya. Terlihat di sekitar kemaluannya banyak ditumbuhi bulu yang lebat.<br />Kemudian saya berkata, “Kenapa Ibu membuka baju..?”<br />Ia malah berkata, “Sudah.., tenang saja! Pokoknya puaskan aku malam ini, kalau perlu hingga pagi.”<br /><br />Karena saya ingin juga merasakan tubuhnya, saya pun tanpa basa-basi terus menciuminya dan juga buah dadanya. Saya hisap hingga ia merasa kegelian. Kemudian ia membuka pakaian saya, ia pun terbelalak saat ia melihat batang kejantanan saya.<br />“Oh, sangat besar dan panjang..! (karena ukuran penis saya memang besar, sekitar 17 cm dan berdiameter 3 cm)”<br /><br />Dosen saya pun sudah mulai terlihat atraktif, ia mengulum penis saya hingga biji kemaluan saya.<br />“Ah.. ahh Bu… enak sekali, terus Bu, aku belum pernah dihisap seperti ini..!” desah saya.<br />Karena dipuji, ia pun terus semangat memaju-mundurkan mulutnya. Saya juga meremas-remas terus buah dadanya, nikmat sekali kata dosen saya. Kemudian ia mengajak saya untuk merubah posisi dan membentuk posisi 69.<br /><br />Saya terus menjilati vaginanya dan terus memasukkan jari saya.<br />“Ah.. Andre, aku sudah nggak kuat nih..! Cepat masukkan penismu..!” katanya.<br />“Baik Bu..!” jawab saya sambil mencoba memasukkan batang kemaluan saya ke liang senggamanya.<br /><br />“Ah.., ternyata sempit juga ya Bu..! Jarang dimasukin ya Bu..?” tanya saya.<br />“Iya Andre, suami Ibu jarang bercinta dengan Ibu, karena itu Ibu belum punya anak, ia pun juga sebentar permainannya.” jawabnya.<br />Kemudian ia terus menggelinjang-gelinjang saat dimasukkannya penis saya sambil berkata, “Ohh… ohhh… besar sekali penismu, tidak masuk ke vaginaku, ya Ndre..?”<br />“Ah nggak kok Bu..” jawab saya sambil terus berusaha memasukkan batang keperkasaan saya.<br />Kemudian, untuk melonggarkan lubang vaginanya, saya pun memutar-mutar batang kemaluan saya dan juga mengocok-ngocoknya dengan harapan melonggarkan liangnya. Dan betul, lubang senggamanya mulai membuka dan batang kejantanan saya sudah masuk setengahnya.<br /><br />“Ohhh… ohhh… Terus Ndre, masukkan terus, jangan ragu..!” katanya memohon.<br />Setelah memutar dan mengocok batang kejantanan saya, akhirnya masuk juga rudal saya semua ke dalam liang kewanitaannya.<br />“Oohh pssfff… aha hhah.. ah…” desahnya yang diikuti dengan teriakannya, “Oh my good..! Ohhh..!”<br /><br />Saya pun mulai mengocok batang kemaluan saya keluar masuk. Tidak sampai semenit kemudian, dosen saya sudah mengeluarkan cairan vaginanya.<br />“Oh Andre, Ibu keluar…” terasa hangat dan kental sekali cairan itu.<br />Cairan itu juga memudahkan saya untuk terus memaju-mundurkan batang keperkasaan saya. Karena cairan yang dikeluarkan terlalu banyak, terdengar bunyi, “Crep.. crep.. sleppp.. slepp..” sangat keras. Karena saya melakukannya sambil menghadap ke arah pintu, sehingga terdengar sampai ke luar ruang kerjanya.<br /><br />Saat itu saya sempat melihat pembantunya mengintip permainan kami. Ternyata pembantu itu sedang meremas-remas payudaranya sendiri (mungkin karena bernafsu melihat permainan kami). Oh, betapa bahagianya saya sambil terus mengocok batang keperkasaan saya maju mundur di liang vagina dosen saya. Saya juga melihat tontonan gratis ulah pembantunya yang masturbasi sendiri, dan saya baru kali ini melihat wanita masturbasi.<br /><br />Setelah 15 menit bermain dengan posisi saya berada di atasnya, kemudian saya menyuruh dosen saya pindah ke atas saya sekarang. Ia pun terlihat agresif dengan posisi seperti itu.<br />“Aha.. ha.. ha…” ia berkata seperti sedang bermain rodeo di atas tubuh saya.<br />15 menit kemudian ia ternyata orgasme yang kedua kalinya.<br />“Oh, cepat sekali dia orgasme, padahal aku belum sekalipun orgasme.” batin saya.<br /><br />Kemudian setelah orgasmenya yang kedua, kami berganti posisi kembali. Ia di atas meja, sedangkan saya berdiri di depannya. Saya terus bermain lagi sampai merasakan batas dinding rahimnya.<br /><br />“Oh.. oh.. Andre, pelan-pelan Ndre..!” katanya.<br />Kelihatannya ia memang belum pernah dimasukan batang kemaluan suaminya hingga sedalam ini. 15 menit kemudian ia ternyata mengalami orgasme yang ketiga kalinya.<br />“Ah Andre, aku keluar, ah… ah… ahhh… nikmat..!” desahnya sambil memuncratkan kembali cairan kemaluannya yang banyak itu.<br /><br />Setelah itu ia mengajak saya ke bath-tub di kamar mandinya. Ia berharap agar di bath-tub itu saya dapat orgasme, karena ia kelihatannya tidak sanggup lagi membalas permainan yang saya berikan. Di bath-tub yang diisi setengah itu, kami mulai menggunakan sabun mandi untuk mengusap-usap badan kami. Karena dosen saya sangat senang diusap buah dadanya, ia terlihat terus-terusan bergelinjang. Ia membalasnya dengan meremas-remas buah kemaluan saya menggunakan sabun (bisa pembaca rasakan nikmatnya bila buah zakar diremas-remas dengan sabun).<br /><br />Setelah 15 menit kami bermain di bath-tub, kami akhirnya berdua mencapai klimaks yang keempat bagi dosen saya dan yang pertama bagi saya.<br />“Oh Andre, aku mau keluar lagi..!” katanya.<br />Setelah terasa penuh di ujung kepala penis saya, kemudian saya keluarkan batang kejantanan saya dan kemudian mengeluarkan cairan lahar panas itu di atas buah dadanya sambil mengusap-usap lembut.<br /><br />“Oh Andre, engkau sungguh kuat dan partner bercinta yang dahsyat, engkau tidak cepat orgasme, sehingga aku dapat orgasme berkali-kali. ini pertama kalinya bagiku Andre. Suamiku biasanya hanya dapat membuatku orgasme sekali saja, kadang-kadang tidak sama sekali.” ujar dosen saya.<br />Kemudian karena kekelalahan, ia terkulai lemas di bath-tub tersebut, dan saya keluar ruang kerjanya masih dalam keadaan bugil mencoba mengambil pakaian saya yang berserakan di sana.<br /><br />Di luar ruang kerjanya, saya lihat pembantu dosen saya tergeletak di lantai depan pintu ruangan itu sambil memasukkan jari-jarinya ke dalam vaginanya. Karena melihat tubuh pembantu itu yang juga montok dan putih bersih, saya mulai membayangkan bila saya dapat bersetubuh dengannya. Yang menarik dari tubuhnya adalah karena buah dadanya yang besar, sekitar 36D. Akhirnya saya pikir, biarlah saya main lagi di ronde kedua bersama pembantunya. Pembantu itu pun juga tampaknya bergairah setelah melihat permainan saya dengan majikannya.<br /><br />Saya langsung menindih tubuhnya yang montok itu dengan sangat bernafsu. Saya mencoba melakukan perangsangan terlebih dulu ke bagian sensitifnya. Saya mencium dan menjilat seluruh permukaan buah dadanya dan turun hingga ke bibir kemaluannya yang ditumbuhi hutan lebat itu.<br /><br />Tidak berapa lama kemudian, kami pun sudah mulai saling memasukkan alat kelamin kami. Kami bermain sekitar 30 menit, dan tampaknya pembantu ini lebih kuat dari majikannya. Terbukti saat kami sudah 30 menit bermain, kami baru mengeluarkan cairan kemaluan kami masing-masing.<br /><br />Oh, ternyata saya sudah bermain seks dengan dua wanita bernafsu ini selama satu setengah jam. Saya pun akhirnya pulang dengan rasa lelah yang luar biasa, karena ini adalah pertama kalinya saya merasakan bercinta dengan wanita.Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-90309317589011938282015-12-24T04:25:00.000-08:002016-04-28T12:48:35.601-07:00Resiko Perjalanan DinasCerita Sex Dewasa Bokep Hot - Elin adalah salah seorang manager pada bagian Treasury di sebuah bank asing. Elin berumur 28 tahun, dia adalah seorang Sunda yang berasal dari daerah Bogor. Elin telah bersuami dan mempunyai seorang anak yang baru berumur 7 tahun. Tubuh Elin apat dikatakan kurus dengan tinggi badan kurang lebih 163 cm, dengan berat badannya kurang lebih 49 kg. Buah dadanya berukuran kecil tetapi padat, pinggangnya sangat ramping dengan bagian perut yang datar. Kulitnya kuning langsat dengan raut muka yang manis.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-zDJXGQCdoyw/VnvkKOEdxEI/AAAAAAAAASU/JSoiFYmX6q0/s1600/Bidan-Cantik-Berjilbab-Kepang-perawat-akper-akbid-kendari.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita bokep hot dewasa sex" border="0" height="310" src="http://2.bp.blogspot.com/-zDJXGQCdoyw/VnvkKOEdxEI/AAAAAAAAASU/JSoiFYmX6q0/s320/Bidan-Cantik-Berjilbab-Kepang-perawat-akper-akbid-kendari.jpg" title="" width="320" /></a></div><br />Setibanya di Semarang, setelah check in di hotel mereka langsung mengadakan kunjungan pada beberapa nasabah, yang dilakukan sampai dengan setelah makan malam. Setelah selesai berurusan dengan nasabah, mereka kembali ke hotel, dimana Tom dan Anita melanjutkan acara mereka dengan duduk-duduk di bar hotel sambil mengobrol dan minum-minum. Elin pada awalnya diajak juga, tapi karena merasa sangat lelah, dan di samping itu ia juga merasa tidak enak mengganggu mereka, maka ia lebih dulu kembali ke kamar hotel untuk tidur.<br /><br />Menjelang tengah malam, Elin tiba-tiba terbangun dari tidurnya, hal ini disebabkan karena ia merasa tempat tidurnya bergerak-gerak dan terdengar suara-suara aneh. Dengan perlahan-lahan Elin membuka matanya untuk mengintip apa yang terjadi. Hatinya terkesiap melihat Tom dan Anita sedang bergumul. Keduanya berada dalam keadaan polos sama sekali.<br /><br />Anita yang bertubuh kecil itu, sedang berada di atas Tom seperti layaknya seseorang yang sedang menunggang kuda, dengan pantatnya yang naik turun dengan cepat. Dari mulutnya terdengar suara mendesis yang tertahan,<br /><br />“Ssshhh…, sshhh…”, karena mungkin takut membangunkan Elin.<br /><br />Kedua tangan Tom sedang meremas-remas kedua buah dada Anita yang kecil tetapi padat berisi itu. Elin sangat panik dan berada dalam posisi yang serba salah. Jadi dia hanya bisa terus berlagak seperti sedang tidur. Elin mengharapkan mereka cepat selesai dan Tom segera kembali ke kamarnya. Besok dia akan menegur Anita agar tidak melakukan hal seperti itu lagi di kamar mereka. Seharusnya mereka dapat melakukan hal itu di kamar Tom sehingga mereka dapat melakukannya dengan bebas tanpa terganggu oleh siapa pun. Dari bau whisky yang tercium, rupanya keduanya masih berada dalam keadaan mabuk. Elin berusaha keras untuk dapat tidur kembali, walaupun sebenarnya ia merasa sangat terganggu dengan gerakan dan suara-suara yang ditimbulkan oleh mereka.<br /><br />Pada saat Elin mulai terlelap, tiba-tiba ia merasakan sesuatu sedang merayap pada bagian pahanya. Elin sangat terkejut dan tubuhnya mengejang, karena pada saat dia perhatikan, ternyata tangan kanan Tom sedang mencoba untuk mengusap-ngusap kedua pahanya yang masih tertutup selimut. Elin berpura-pura masih terlelap dan mencoba mengintip apa yang sebenarnya sedang terjadi. Rupanya permainan Tom dan Anita sudah selesai dan Anita dalam keadaan kelelahan serta mengalami kepuasan yang baru dinikmatinya, sudah tergolek tidur.<br /><br />Tom yang masih berada dalam keadaan polos dengan posisi badan setengah tidur disamping Elin, sambil bertumpu pada siku-siku tangan kiri, tangan kanannya sedang berusaha menyingkap selimut yang dipakai Elin. Elin menjadi sangat panik, pada awalnya dia akan bangun dan menegur Tom untuk menghentikan perbuatannya, akan tetapi di pihak lain dia merasa tidak enak karena pasti akan membuat Tom malu, karena dipikirnya Tom melakukan hal itu lebih disebabkan karena Tom masih berada dalam keadaan mabuk. Akhirnya Elin memutuskan untuk tetap berpura-pura tidur dengan harapan Tom akan menghentikan kegiatannya itu.<br /><br />Akan tetapi harapannya itu ternyata sia-sia belaka, bahkan secara perlahan-lahan Tom bangkit dan duduk di samping Elin. Tangannya menyingkap selimut yang menutupi tubuh Elin dengan perlahan-lahan dan dari mulutnya menggumam perlahan,<br /><br />“Psssttt sayang, mari kubantu menikmati sesuatu yang baru…, nih.., kubantu melepaskan celana dalammu…, nggak baik kalau tidur pakai celana dalam”, sambil tangannya yang tadinya mengelus-elus bagian atas paha Elin bergerak naik dan memegang tepi celana dalam Elin, kemudian menariknya dengan perlahan-lahan ke bawah meluncur di antara kedua kaki Elin.<br /><br />Badan Elin menjadi kaku dan dia tidak tahu harus berbuat bagaimana. Elin seakan-akan berubah menjadi patung, pikirannya menjadi gelap dan matanya dirasakannya berkunang-kunang. Tom melihat kedua gundukan bukit kecil dengan belahan sempit di tengahnya, yang ditutupi oleh rambut hitam kecoklatan halus yang tidak terlalu lebat di antara paha atas Elin. Jari-jari Tom membuka satu persatu kancing daster Elin, sambil tangannya bergerak terus ke atas dan sekarang ia menyingkapkan seluruh selimut yang menutupi tubuh Elin, sehingga terlihatlah payudara Elin yang membukit kecil dengan putingnya yang kecil berwarna coklat tua.<br /><br />Sekarang Elin tergolek dengan tubuhnya yang tanpa busana, tungkai kakinya yang panjang dan pantat yang penuh berisi, serta buah dada yang kecil padat dan belahan di antara paha atas yang membukit kecil, benar-benar sangat merangsang nafsu birahi Tom. Tom sudah tidak sanggup menahan nafsunya, penisnya yang baru saja terpuaskan oleh Anita, sekarang bangkit lagi, tegang dan siap tempur.<br /><br />Sejak saat itu Tom bertekad untuk tidak akan membebaskan Elin. Ia terlalu berharga untuk di biarkan, Tom akan menikmati tubuh Elin berulang-ulang pada malam ini. Kemolekan tubuh Elin terlalu sayang untuk disimpan oleh Elin sendiri pikir Tom. Tom mendorong tubuh Elin dan mulai meremas-remas payudara Elin yang telah terbuka itu,<br />“Dengerin sayang, you akan saya ajarin menikmati sesuatu yang nikmat, asal you baik-baik nurutin apa yang akan saya tunjukkan”.<br /><br />Kesadaran Elin mulai kembali secara perlahan-lahan dan dengan tubuh gemetar Elin perlahan-lahan membuka matanya dan memperhatikan Tom yang sedang merangkak di atasnya. Elin mencoba mendorong badan Tom sambil berkata,<br /><br />“Tom, apa yang sedang kau lakukan ini?”, “Sadarlah Tom, aku khan sudah bersuami, jangan kau teruskan perbuatanmu ini!”. Karena menganggap Tom berada dalam keadaan mabuk, Elin mencoba membujuk dan menggugah kesadaran Tom.<br /><br />Akan tetapi Tom yang telah sangat terangsang melihat tubuh Elin yang molek halus mulus dan bugil di depan matanya mana mau mengerti, apalagi penisnya telah dalam keadaan sangat tegang.<br /><br />“Gila! Cakep banget! Lihat buah dadamu, padat banget. Cocok sama seleraku! You emang pinter menjaga tubuhmu, sayang!”, kata Tom sambil menekan tubuhnya ke tubuh Elin.<br />Elin berusaha bangun berdiri, akan tetapi tidak bisa dan dia tidak berani terlalu bertindak kasar, karena takut Tom akan membalas berlaku kasar padanya.<br />Sedangkan dalam posisinya itu saja ia sudah tidak ada lagi kemungkinan untuk lari.<br />Sambil menjilat bibirnya Tom berbaring di sisi Elin.<br /><br />“Lin, lebih baik you mengikuti kemauanku dengan manis, kalau tidak saya akan maksa you dan saya perkosa you habis-habisan. Kalau you nurutin, you akan merasakan kenikmatan dan tidak akan sakit”. Lalu tangannya ditangkupkan di buah dada Elin, sambil meremas-remasnya dengan sangat bernafsu, sambil merasakan kehalusan dan kepadatan buah dada Elin. “Bodi you oke banget!”, kata Tom. “Coba you berputar Elin!”. Perlahan-lahan dengan perasaan yang putus asa Elin berputar membelakangi Tom. Dan dirasakanya tangan Tom sekarang ada di pantatnya meremas dan meraba-raba.<br /><br />Kemudian Tom menyibakkan rambut Elin, dan dihirupnya leher Elin dengan hidungnya sementara lidahnya menelusuri leher Elin. Sambil melakukan hal itu tangan Tom berpindah menuju kemaluan Elin. Pada bagian yang membukit itu, tangannya bermain-main, mengelus-elus dan menekan-nekan, sambil berkata,<br /><br />“Kasihan you, Elin, pasti suami you tidak tahu cara membahagiakan you?”,<br />“Tapi tenang aja sayang, dengan saya, you nggak bakalan bisa lupa seumur hidup, you bakalan merasakan bagaimana menjadi wanita sejati!”. Sambil memutar kembali tubuh Elin.<br />Setelah itu Tom mengambil tangan Elin dan meletakkannya di kemaluannya yang telah sangat tegang itu.<br /><br />Ketika merasakan tangannya menyentuh benda hangat yang besar lagi keras itu, tubuh Elin tersentak, belum sempat Elin dapat berpikir dengan jelas, terasa badannya telah ditelentangkan oleh Tom dan dengan cepat Tom telah berjongkok di antara kedua kakinya yang dengan paksa terkangkang akibat tekanan lutut Tom. Dengan sebelah tangannya menuntun penisnya yang besar, Tom lalu menempelkan ujung penisnya ke bibir vagina Elin,<br /><br />“Apa you mau saya masukin itu?”,<br />“Aaahhh…, jangaaann…, jaaangaaann…, Toomm…”, Elin dengan suara mengiba-iba masih berusaha mencoba menghalangi niat Tom.<br />Elin mencoba mengeser pinggulnya ke samping, berusaha menghindari penis Tom agar tidak dapat menerobos masuk ke dalam liang kewanitaannya.<br />Sambil tersenyum Tom berkata lagi,<br />“You tidak dapat kemana-mana lagi, lebih baik you diam-diam saja dan menikmati permainan saya ini..!”. Tom lalu memajukan pinggulnya dengan cepat dan menekan ke bawah, sehingga penis besarnya yang telah menempel pada bibir kemaluan Elin dengan cepat menerobos masuk ke dalam liang vagina Elin dengan tanpa dapat dihalangi lagi.<br />Testis Tom mengayun-ayun menampar bagian bawah vagina Elin, sementara Elin megap-megap karena dorongan keras Tom.<br /><br />Elin belum pernah merasakan saat seperti ini, setiap bagian tubuhnya serasa sangat sensitif terhadap rangsangan. Buah dadanya terangsang saat ditindih oleh dada Tom. Dirinya sudah lupa kalau sedang diperkosa, ia tidak peduli pada tubuh besar Tom yang sedang bergerak naik turun menindih tubuhnya yang langsing. Elin mulai merasakan suatu sensasi kenikmatan yang menggelitik di bagian bawah tubuhnya, vaginanya yang telah terisi oleh penis besar dan panjang milik Tom, terasa menggelitik dan menyebar ke seluruh tubuhnya, sehingga Elin hanya bisa menggeliat-geliat dan mendesis mirip orang kepedasan.<br /><br />Elin hanya berusaha menikmati seluruh rasa nikmat yang dirasakan tubuhnya. Sekarang Elin mencoba untuk berusaha aktif dengan ikut menggerakkan pinggulnya mengikuti irama gerakan Tom di atasnya. Tom melihat Elin mengerang, merintih dan mengejang setiap kali ia bergerak. Dan Elin sudah mulai terbiasa mengikuti gerakannya. Tom merasakan tangan Elin merangkul erat pada punggung bawahnya mengelus-elus ke bawah dan meremas-remas pantatnya serta menariknya ke depan agar semakin merapat pada tubuh Elin. Tom terus menggosok-gosokkan penisnya pada klitoris Elin.<br /><br />Tom sekarang ingin membuat Elin orgasme terlebih dahulu. Elin semakin terangsang dan tak terkendali lagi setiap kali bagian tubuhnya bergerak mengikuti tekanan dan sodokan Tom, sekarang wajahnya terbenam di dada bidang Tom, mulutnya megap-megap seperti ikan terdampar di pasir, dengan perlahan-lahan mulutnya bergeser pada dada Bossnya dan sambil terus menjilat akhirnya tiba pada puting susu Tom.<br /><br />Sekarang Elin secara refleks mulai menyedot dan menghisap puting susu Tom, sehingga badan Tom mulai bergetar juga saking merasa nikmatnya. Penis Tom terasa semakin keras, sehingga Tom semakin ganas saja menggerakkan pantatnya menekan pinggul Elin dalam-dalam. Elin merasakan vaginanya berkontraksi, sambil berusaha menahan rasa geli yang tidak terlukiskan menggelitik seluruh dinding liang kemaluannya dan menjalar ke seluruh tubuhnya.<br /><br />Perasaan itu makin lama makin kuat menguasainya sehingga seakan-akan menutupi kesadarannya dan membawanya melayang-layang dalam kenikmatan yang tidak pernah dialaminya selama ini dan tidak dapat dilukiskan ataupun diuraikan dengan kata-kata. Kenikmatan yang dialami Elin tercermin pada gerakan tubuhnya yang meronta-ronta liar tanpa terkendali bagaikan ikan yang menggelepar-gelepar terdampar di pasir. Desahan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulutnya yang mungil,<br />“Ooohhhh…., aagghh…, adduhhh..!”.<br /><br />Kedua pahanya melingkari pantat Tom dan dengan kuat menjepit serta menekan ke bawah, disertai tubuhnya yang mengejang dan kedua tangannya mencengkeram alas tempat tidur dengan kuat, benar-benar suatu orgasme yang dahsyat telah melanda Elin. Tom merasakan penisnya terjepit dengan kuat oleh dinding kemaluan Elin yang berdenyut-denyut disertai isapan kuat seakan-akan hendak menelan batang penisnya. Terasa benar jepitan dinding vagina Elin dan di ujung sana terasa ada “tembok” yang mengelus kepala penisnya.<br /><br />Setelah beristirahat sejenak dan melihat Elin sudah agak tenang, Tom mulai memompa lagi. Pompaan Tom kali ini segera dibalas oleh Elin, pinggulnya bergerak-gerak “aneh” tapi efeknya luar biasa. Penis Tom serasa dilumat dari pangkal sampai kepalanya. Lalu masih ditambah dengan variasi, ketika pinggul Elin berhenti dari gerakan aneh itu, tiba-tiba Tom merasakan penisnya terjepit dengan kuat dan dinding-dinding kemaluan Elin berdenyut-denyut secara teratur, sekitar 4-5 kali denyut menjepit, baru kemudian bergoyang aneh lagi.<br />Wah, suatu sensasi melanda perasaan Tom, suatu hubungan kelamin yang belum pernah dinikmatinya dengan wanita manapun juga selama ini. Menyesal Tom karena tidak dari dulu-dulu menikmatinya. Gerakan aneh di dalam liang kemaluan Elin makin bervariasi. Terkadang Tom malah meminta Elin berhenti bergoyang untuk sekedar menarik nafas panjang. Lumatan dinding kemaluan Elin pada penis Tom membuatnya geli-geli dan serasa akan ‘meledak’.<br /><br />Tom tidak ingin cepat-cepat sampai, karena masih ingin menikmati<br />“elusan” vagina Elin. Tetapi gerakan-gerakan di dalam liang kewanitaan Elin semakin menggila dan semakin liar.<br /><br />Hingga akhirnya Tom harus menyerah, tak mampu menahan lebih lama lagi perasaan nikmat yang melandanya, semakin cepat Tom bergerak mengimbangi goyangan pinggul Elin, semakin terasa pula rangsangan yang akan meletupkan lahar panas yang sedang menuju klimaks, mendaki puncak, saat-saat yang paling nikmat. Dan akhirnya, pada tusukan yang terdalam, Tom menyemprotkan maninya kuat-kuat di dalam liang kewanitaan Elin, sambil mengejang, melayang, bergetar. Pada detik-detik saat Tom melayang tadi, tiba-tiba kaki Elin yang pada awalnya mengangkang, diangkatnya dan menjepit pinggul Tom kuat-kuat. Amat sangat kuat.<br /><br />Lalu tubuhnya ikut mengejang beberapa detik, mengendor dan terus mengejang lagi, lagi dan lagi…, Elin pun tidak sanggup menahan dorongan orgasme yang melandanya lagi, punggungnya melengkung ke atas, matanya terbeliak-beliak, serta keseluruhan tubuhnya bergetar dengan hebat tanpa terkendali, seiring dengan meledaknya kenikmatan orgasme di vaginanya. Orgasme kedua dari Elin.<br /><br />“Toommm, aduuuh, Toomm, aahhhhh…, aaduuhh…, nikmaaatt.., Toomm….!”.<br /><br />Tom tersenyum puas melihat tubuh Elin terguncang-guncang karena orgasme selama 15 detik tanpa henti-hentinya. Kemudian tangan Elin dengan eratnya menekan pantat Tom ke arah selangkangannya sambil kakinya menggelepar-gelepar ke kiri kanan. Tom pun terus menggerakkan penisnya untuk menggosok klitoris Elin. Setelah orgasmenya selesai, tubuh Elin langsung terkulai lemas tak berdaya, terkapar, dengan kedua tangan dan kakinya terbentang melebar ke kiri kanan. Elin merasa bagian-bagian tubuhnya seolah terlepas dan badannya tidak dapat digerakkan sama sekali.<br /><br />Setelah gelombang dahsyat kenikmatan yang melandanya surut, Elin kembali ke alam nyata dan menyadari bahwa dia sedang terkapar di bawah tindihan badan kekar lelaki bule berkulit putih yang bukan suaminya yang baru saja memberikan kepuasan yang tiada tara padanya. Suatu perasaan malu dan menyesal melandanya, bagaimana dia bisa begitu gampang ditaklukkan oleh lelaki tersebut. Tanpa terasa air mata penyesalannya bergulir keluar dan Elin mulai menangis tersedu-sedu. Dengan tubuhnya yang masih menghimpit badan Elin, Tom mencoba membujuknya dengan memberikan berbagai alasan antara lain karena ia terlalu banyak minum sehingga tidak dapat mengontrol dirinya.<br /><br />Sambil membujuk dan mengelus-elus rambut Elin dengan perlahan-lahan penisnya mulai tegang lagi dan dengan halus penisnya yang memang telah berada tepat di depan kemaluan Elis ditekan perlahan-lahan agar masuk ke dalam kewanitaan Elin. Pada saat merasakan penis Tom mulai menerobos masuk ke dalam kewanitaannya, Elin bereaksi sedikit dengan mencoba memberontak lemah tapi akhirnya diam pasrah dan membiarkan penis besar tersebut masuk sepenuhnya ke dalam liang kewanitaannya.<br /><br />Dengan perlahan-lahan Tom menggerakkan badannya naik-turun, sehingga lama-kelamaan tubuh Elin mulai terangsang kembali dan bereaksi, dan pergumulan kedua insan tersebut semakin lama semakin seru mendaki puncak kepuasan dan kenikmatan, terlupa akan segala penyesalan. Pertarungan mereka terus berlanjut sepanjang malam dan baru berhenti menjelang fajar menyingsing keesokan harinya.<br /><br />Pukul 10 pagi keduanya baru terbangun dan terlihat Anita telah berpakaian rapi, sedang menikmati sarapan paginya sambil mengerling ke arah mereka dengan senyum-senyum rahasia. Pada mulanya Elin merasa sangat malu terhadap Anita, tapi melihat reaksi Anita yang seperti itu, seakan-akan mengajak bersekutu, akhirnya Elin menjadi terbiasaRoro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-53803759747335920762015-12-24T03:39:00.000-08:002016-04-28T12:48:35.621-07:00Guru Home SchoolingCerita Sex, Cerita Bokep Hot, Cerita Dewasa. Namaku Foni, 24 tahun, pengajar untuk home school di kota Jakarta. Home schooling adalah program pembelajaran secara private di rumah. Sehingga murid tidak perlu keluar rumah seperti sekolah pada umumnya. Aku mempunyai murid, Shasa namanya, dia anak yang baik namun sudah lama di tinggal ibunya karena sakit keras 2 taun yang lalu.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-djLoVs6Ws6s/VnvY2J6VZSI/AAAAAAAAASE/-E-xeBkQTlc/s1600/Cerita%2BBokep%2BHot.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Sex Bokep Hot Dewasa" border="0" height="205" src="http://3.bp.blogspot.com/-djLoVs6Ws6s/VnvY2J6VZSI/AAAAAAAAASE/-E-xeBkQTlc/s320/Cerita%2BBokep%2BHot.jpg" title="" width="320" /></a></div><br />Shasa sangat akrab dengan aku dan seperti anak sendiri, dia selalu curhat banyak hal mengenai dirinya. Shasa mempunyai papa yang baik hati, namanya Yudha, dia adalah papa yang pengertian kepada anaknya.<br /><br />Hari itu Shasa berencana untuk liburan ke Villa papanya di Puncak dan mengajak aku untuk bergabung dalam acara liburan itu. Jam 9 pagi kami sudah jalan menuju Puncak dengan menggunakan mobil papa Shasa. Kami bertiga sampai di Villa pukul 2 siang karena macet di jalan akibat libur hari besar.<br /><br />Udara yang menyegarkan membuat pikiran kami fresh kembali. Kami di villa melakukan kegiatan masak bersama dan main kartu bertiga. Hingga malam tiba dan Shasa mengantuk dan memintaku menemainnya tidur. Sebelum Shasa tidur, papanya memanggil aku,<br /><br />“ Miss Foni, bisa minta waktu nanti setelah Shasa tidur? “<br />“ Iya pak Yudha bisa” jawab aku.<br />Kira-kira 25 menit kemudian Shasa sudah terlelap tidur di kamar dia dan aku harus segera bangkit untuk menemui papa Shasa. Saat itu papa Shasa sedang membaca di ruang makan menunggu aku.<br /><br />“ Malam pak Yudha”,<br />“ Eh Miss Foni, duduk sini “,<br />“ Bagaimana hari ini, capek sekali ya?” Tanya papa Shasa membuka pembicaraan<br />“ Lumayan pak Yudha, hehe, by the way bapak minum hangat ? “, Tanya aku kepadanya untuk menghilangkan kebuntuan.<br />“ Boleh Miss Foni, ide yang bagus itu “ hehehe.<br />“ Pak Yudha panggil saya Foni saja, saya lebih nyaman dengan panggilan itu.” Hehe jawab aku ke papa Shasa.<br />“ Ya, baik Foni.”<br /><br />Selang beberapa menit aku menyiapkan minuman di pantry dan menyajikannya kembali di ruang makan. Papa Shasa orang yang pandai merangkai pembicaraan yang menarik, sehingga tidak terasa malam sudah larut dan hawa dingin semakin menusuk tubuh. Mungkin kami sudah kehabisan kata untuk dibicarakan lagi dan kita sepakat mengakhiri pembicaraan.<br /><br />Tanpa tahu siapa yang mendahului tiba-tiba kita saling berpelukan. Hangat tubuh membuat kita terbawa suasana dingin malam itu. Papa Shasa memeluk dan mengangkat aku ke kamarnya. Dengan sopan papa Shasa mulai melumat bibir aku perlahan-lahan, membawaku ke suatu perasaan yang melayang. Lidah kami saling berpagutan, menikmati kehangatan di dalam kamar berdua.<br /><br />Sambil berpagutan tangan Yudha mulai menelusup membuka kancing kemeja aku satu persatu hingga akhirnya terlepaslah kemeja aku. Lalu Yudha mulai melumat leher aku dengan perlahan dan memberi gigitan kecil hingga nafsu aku mulai naik. Hembusan nafasnya membuat aku makin melayang tinggi hingga tidak sadar dengan apa yang kita lakukan. Tangan Yudha mulai melepas pengait bra aku hingga akhirnya lepas penutupnya. Sekarang aku topless dan Yudha mulai melumat puting aku, sontak badan aku seperti kena sengatan listrik yang tinggi.<br /><br />Lidah Yudha menjilat dengan seksama dan membuat puting aku makin mengeras dan aku mendesah merasakan tangan Yudha menyelinap ke hot pants aku. Yudha mulai melucuti hot pants aku dan meremas vagina aku yang mulai basah. Sekarang tinggal cd aku yang masih menempel di bawah. Yudha kembali menelusup di dalam cd dan jarinya mulai menusuk ke dalam vagina aku, memainkan dan mengoyak dalamnya vagina. Mengocok vagina yang mulai basah itu.<br /><br />“ oohh, Yudhaaa” aku mengerang keenakan<br />Yudha tidak menghiraukan aku dan mulai menjilati seluruh tubuh aku, pusar aku sambil tangannya meremas tete aku. Lalu mulai membantu melepas cd aku. Sekarang aku sudah build an telentang di atas ranjang, permainan belum berakhir. Yudha mulai melumat vagina sehingga aku merasa ingin pipis dan itu yang dinamakan orgasme. Badan aku terasa bergetar dan pinggul aku menggelinjang merasakan nikmatnya klimaks pertama kali.<br />“Oooohhhhhhhhhhhhh,,,,,,”<br /><br />Yudha terlihat puas membuatku klimaks, lalu dia mulai melucuti pakaiannya dan bugil di depan aku. Aku terkesima dengan badan bugil Yudha dengan penis yang sudah mengacung keras di depan. Dengan naluriku lalu aku mulai meraih batang penisnya dan menjilatinya perlahan-lahan.<br /><br />“ Ooooh, Foni, enaak”’ erang Yudha menikmati lumatan aku di batangnya.<br />Lobang penisnya aku jilati dengan pelan dan mulai mengulumnya lebih dalam. Terasa keras batang yang aku uum dengan uratnya yang berdenyut. Aku kulum hingga dalam, tangan Yudha memegang kepala aku meminta untuk mengulum lebih dalam. Dia hujam batang di mulut aku hingga aku tersedak kehabisan nafas.<br /><br />Yudha menahan kepala aku dan aku menggeliat ingin lepasin kuluman. Tiba-tiba ada denyutan yang semakin kencang di dalam mulut aku. Yudha menahan kepala aku dan dari dalam batangnya menyemprot cairan kental sperma dia. Sesaat terasa hangat di dalam mulut aku. Yudha memintaku menelannya, karena itu protein tinggi.<br /><br />“ Kamu telan saja, itu protein buat kamu “ bisiknya di telinga aku.<br />Lalu kita mulai lumatan lagi dengan lidah saling memanggut satu sama lainnya. Tiba saatnya Yudha ingin memasukkan batang penisnya ke dalam vagin aku dengan sopan. Mula-mula kesulitan masuk karena aku masih virgin, usaha Yudha untuk emasukkan semakin intens. Kepala penisnya masuk perlahan dengan sedikit dorongan.<br /><br />“Sempit Foni ?’<br />“ Aku masih virgin “<br />“ Oh yaa?” dia terkejut<br /><br />Lalu Yudha semakin dalam memasukkan penisnya dan terasa ada gesekan kulit penis Yudha dan vagina aku yang sudah basah, sehingga membuat sensasi tersendiri dari yang aku rasakan. Yudha menghujamkan penisnya beraturan naik turun sambil kami sambil saling melumat. Badan Yudha menindih aku sambil terus memompa penisnya hingga aku mulai akan klimaks lagi.<br /><br />“Ooohhh…aaaaahhhh “ aku mengerang kenikmatan karena hujaman Yudha yang semakin cepat di vagina aku.<br /><br />Aku menjepitnya lebih kencang dengan otot pelvic aku sehingga dia merasa penisnya seperti dicengkram vagina aku. Selang sejenak dia cabut penisnya dan menggesekakn di bibir vagina aku untuk dimasukkan lagi dan menghujamnya makin cepat.<br /><br />“Ooh..aahhh, aku mau klimaks Yud” aku tak tahan akan hujaman dia yang makin kencang.<br />Yudha makin percepat hujamannya sambil melumat puting aku seperti bayi sendang menyusui. Dan sesaat kemudian terasa ada cairan hangat menyemprot di dalam vagina aku.<br /><br />‘Aaaaaaaaaaaarrghhhhhhhh………… denyut batang penis Yudha menyemprotkan sperma. Sambil dia hujam kecil dan mencabutnya kembali untuk diarahkan ke mulut aku. Aku bersihin sisa sperma dia di batang penisnya dan mulai mengulumnya lagi agar kembali bangun dan keras lagi.<br /><br />Kali ini Yudha telentang di ranjang dan aku mengendalikan dia agar bisa klimaks kembali. Aku bimbing masuk penisnya dan duduki sambil pinggul aku memutar naik turun mengikuti gerakan hujaman. Penisnya memang sudah keras dan durasi kerasnya lebih lama dari sebelumnya. Aku merasakan dia lama ejakulasi sehingga terasa seperti batang kayu yang menghujam vagina aku. Dengan ganti berbagai gaya aku mencoba dengan Yudha hingga aku klimaks dibuatnya.<br /><br />Lalu dia mulai merasakan ejakulasi dengan mulai berdenyut kembali batang penisnya. Sesaat kemudian semprotan ke dua kalinya mengalir di vagina aku hingga kami saling berpelukan setelah menyelesaikan permainan yang kedua malam itu. Saling berciuman mengucapkan terima kasih untuk malam yang indah. Segera setelah itu aku mandi dan bergegas ke kamar Shasa untuk tidur di dekatnya kembali sampai pagi tiba.<br /><br />Baca Cerita Sex <a href="http://www.ceritabokephot.com/2015/10/cerita-bokep-hot-diperkosa-oleh-dukun.html" target="_blank">Diperkosa Oleh Dukun</a> Dijamin Ngacheng!!Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-86531477453961040092015-11-20T05:26:00.000-08:002016-04-28T12:48:35.684-07:00Akhirnya Akupun Larut<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">Cerita dewasa - Seorang wiraswasta. Kami tinggal di Denpasar, Bali. Cerita ini bermula satu setengah tahun lalu, ketika teman kuliah suamiku datang dari Jakarta bersama suaminya. Sebut saja namanya Sally, sedangkan suaminya bernama Tomy. Usia mereka tak jauh berbeda dengan kami. Hari pertama tak ada yang terjadi alias biasa-biasa saja, namun masuk hari kedua, saya mulai mencium ada yang tak beres antara suamiku dengan mbak Sally. Dari tatapan mereka tampaknya ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Tapi saya gak tahu. Sementara mas Tomy kelihatannya cuek aja. Malam ketiga, setelah kami pulang dari santap malam di seputaran Denpasar, saya langsung saja mohon pamit untuk segera beristirahat. Suamiku dan kedua tamu kami masih terus ngobrol.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">Tengah malam, saya gak tahu jam berapa, saya merasa haus sehingga bangun. Suamiku belum ada di sampingku. Perlahan aku menuju dapur, namun begitu akan memasuki ruang tengah, ada suara-suara yang tak asing lagi di telingaku dari ruang keluarga. Saya pikir gila juga mas Edy, masa selagi ada tamu ia nonton BF dengan volume yang cukup keras. Dengan sedikit kesal saya berniat untuk menegurnya, namun ketika tanganku baru membuka tirai pintu ruang keluarga, jantungku berdetak kaget. Suamiku memang lagi nonton BF, tapi ia tidak sendirian. Ia nonton bersama kedua tamu kami. Dan yang membuatku kaget adalah mereka sebenarnya tidak peduli dengan film yang ada di layar TV, namun ketiganya lagi asik bercinta bareng! Mbak Sally lagi dikeroyoki oleh suamiku dan suaminya. Kulihat suaminya dari bawah, sementara suamiku "mengerjai" mbak Sally dari atas, maksud saya dari anus mbak Sally. Artinya mbak Sally sedang di"double" penetrate oleh kedua lelaki tersebut.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">Napasku kian memburu, antara cemburu dan nafsu, tapi aku berusaha kendalikan diri. Suara mbak Sally seakan mengalahkan volume TV, Ouhhhss, ***** my Ass hole!! Yeah, Edy, dig it deeper... ouhhh... harder....!!! Untuk sesaat aku gak tahu harus berbuat apa sehingga hanya terbengong aja melihat aksi mereka bertiga hingga teriakan histeris mbak Sally yang orgamse membuyarkan lamunanku. Bersamaan dengan itu mas Edy dan mas Tomy mengakhiri pendakian mereka dengan menyemburkan mani mereka ke mulut dan tubuh mbak Sally. Lenguhan kedua lelaki membuat saya segera berjinjit dan segera masuk kembali ke kamar tidur. Rasa hausku hilang, namun ada semacam perasaan aneh yang tak bisa kulukiskan. Saya cemburu suamiku bercinta dengan wanita lain di depan mataku, tapi yang membuat saya bingung suami dari wanita itu juga terlibat dalam aksi seks itu, dan nampaknya mereka sangat menikmati permainan itu. Kutunggu mungkin hampir satu jam ketika suamiku muncul di kamar kami. Saya sengaja tertidur pulas, agar mas Edy tidak mengetahui bahwa saya sebenarnya mengetahui yang baru saja mereka lakukan.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">Aroma parfum sabun teraa sangat segar, bertanda ia sudah membersihkan diri. Saya sengaja membalikkan badan dan memeluknya, namun dengan perasaan yang tak bisa dilukiskan. Ingin sekali saya bertanya, namun kata-kata sepertinya terpaku dalam mulutku. Suamiku balas memelukku, mencium keningku kemudian langsung tertidur. Ia tentu saja sangat kecapaian. Saya tidak tahu berapa jam mereka bertiga bergelut tadi. Ada perasaan jijik berada dalam pelukannya, namun aku sangat mencintainya. Kehidupan seks kami sangat baik, kami sangat terbuka untuk berdiskusi tentang apa saja mengenai hal ini, bahkan pernah sekali dua kali kami menyinggung tentang tukar pasangan, namun aku tak menanggapinya dengan serius. Aku seorang wanita yang berhasrat seks sangat tinggi, bahkan fantasiku kadang-kadang sangat liar sehingga aku malu untuk mengatakannya pada suamiku sendiri. Namun, malam ini, di depanku sendiri, suamiku memenuhi salah satu fantasinya untuk "mengeroyok" satu wanita bersama laki-laki lain. Dan, impian tergilanya yang hingga kini belum juga saya penuhi, yakni anal seks, terwujudkan bersama mbak Sally. Aku bingung, apakah mbak Sally teriak kenikmatan karena kemaluan suaminya yang bersarang di vaginanya, atau penis suamiku yang mengerjai duburnya? Atau karena dua sensasi yang berbeda itu? Aku semakin penasaran, namun sejujurnya masih ada perasaan aneh yang tak bisa kuungkapkan. Dalam kebingunganku, aku tertidur dalam pelukan suamiku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">Jam enam pagi aku bangun. Suamiku masih terlelap. Demikian juga kedua tamu kami. Segera aku membereskan rumah, dan yang jadi prioritasku adalah ruang keluarga. Namun aku tidak menemukan suatu keganjilan apapun. Semuanya nampak seperti biasanya. Hanya saja sebuah kepingan VCD yang berjudul "Orgy in Paradise" kutemukan di kaki buffet. Kuambil dan mencari boxnya tapi gak kutemukan. Sehingga aku taruh aja di atas player VCD dalam buffet kami. Selesai bersihkan rumah, aku segera menyiapkan sarapan pagi. Jam sudah menunjukkan pikul 07.00 tapi mereka bertiga belum juga bangun. Aku langsung saja mandi, kemudian membangunkan suamiku. "Mas, ayo dong bangun, udah siang nih"! Dengan agak malas suamiku berusaha membuka matanya. "Udah jam berapa nih say?" Ia menanyakannya dengan senyum. "Jam tujuh lewat" kataku langsung memberikannya handuk. "Ayo dong mandi. Ntar gak enak sama mbak Sally dan suaminya loh" Aku berusaha berbicara dengan nada yang wajar. Mas Edy dengan berat hati melangkah menuju kamar mandi.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">Jam 07.45 kami semua sudah berada di meja makan. Aku sekali lagi berusaha untuk tampil biasa-biasa saja. "Wah, sepertinya sarapan pagi ini enak sekali. Ada susu, ada telur dan orange juice! Benar-benar favorit kami di Jakarta" mbak Sally membuka pembicaraan. "Ah, biasa aja mbak. Maaf loh, hanya ini yang bisa kusiapkan. Maklum soalnya pagi tadi gak sempat ke pasar. Habis mana mas Edy bangun kesiangan, lagian pembantunya lagi cuti. Praktis hanya kami berdua aja". "Sorry sayang, aku memang bangun terlambat. Soalnya semalam kami ngobrol sampai larut malam"! mas Edy menimpali sambil tersenyum. Mbak Sally dan suaminya juga demikian. Ada semacam rasa benci dalam hati, namun aku berusaha untuk mengendalikannya. "Mari mbak, mas, silahkan dimakan rotinya, ntar keburu dingin loh" aku mempersilahkan tamuku untuk mulai sarapan. Aku memberikan roti yang telah berisi selai kepada suamiku. "Thanks sayang". "Wah, beruntung Edy memiliki istri seperti Ana. Cantik dan penuh perhatian lagi!" mas Tomy berujar sambil tersenyum. Aku gak tahu apa arti senyumnya, namun perasaanku mengatakan ada sesuatu yang sebenarnya ingin ia katakan. "O ya mas, rencananya hari ini mau kemana?" tanyaku sambil menatap suamiku. "Belum tahu tuh, mungkin setelah sarapan kita diskusikan lagi. Begitu kan Tomy?" mas Edy menimpali.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">"Kalau begitu aku mohon maaf, karena aku harus ke salon hari ini. Jika mas mau antar mbak Sally dan mas Tomy tolong diatur agar mereka tidak kecewa. Sayang sekali karena saya gak bisa ikut dengan kalian. Soalnya sudah terlanjur janjian untuk creambath dengan salon langganan kami". Sesaat mereka terdiam, tiba-tiba mbak Sally menimpali "mungkin sebaiknya kita istirahat aja di rumah. Gimana menurutmu mas? kasihan mas Edy masih capek!" kata mbak Sally sambil melihat suaminya. "Ide yang baik. Lagian kita tidur kemalaman sih. Ntar siapa yang kuat nyetir?" mas Tomy menjawab. "Gak apa-apa kok, mas Edy udah biasa"! kataku. Namun, akhirnya mereka sepakat untuk tidak kemana-mana sehingga perasaanku semakin gak karuan. Aku mencoba untuk membuang memoriku semalam, namun semakin jelas dalam benakku episode-episode percintaan mereka semalam.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">Aku pamit kepada mereka, berusaha senyum yang wajar dan meninggalkan rumah. Aku sengaja tidak membawa mobil, aku memilih memakai taksi aja. 45 menit berlalu, aku merasa semakin tidak nyaman menunggu giliranku di salon. Akhirnya aku batalkan saja dan pulang ke rumah. Perasaanku semakin tidak karuan sehingga aku meminta sopir untuk berhenti dari jarak seratusan meter. Perlahan aku membuka pagar dan langsung menuju halaman belakang. Rumah nampak sepi, tapi perasaanku deg degkan sekali. Dengan perlahan aku membuka pintu belang, membuka sepatu dan berjinjit masuk ke dalam. Dugaanku benar! Di ruang yang sama mereka mengulangi lagi perbuatan mereka. Kulihat suamiku sedang menjilati vagina mbak Sally, sementara ia memberikan service mulut bagi suaminya. Dalam keadaan siang bolong aku lebih jelas melihat aksi mereka. Aku gak tahu harus berbuat apa, tapi napasku semakin memburu. Aku kesal, marah dan ingin berteriak histeris. Akan tetapi jujur kukatakan ada gairah yang hampir meledak dalam diriku. Aku terbawa oleh suasana. Aku memang sangat bernafsu.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">Dalam kebingunganku, sepatu di tanganku jatuh dan mengagetkan ketiganya. "Eh, kamu An.." suamiku kaget. "Maaf ya An, kami tak bermaksud menyakitimu. Kami bertiga udah biasa melakukan ini semenjak kuliah dulu. Ini hanya soal seks aja, gak lebih". Mbak Sally mencoba untuk mencairkan suasana. Aku terdiam, duduk di sofa, di depan mereka. Sementara mereka masih tetap telanjang, tidak berusaha untuk menutupi aurat mereka. Aku menutup mata, mau menangis, namun tak bisa. Tiba-tiba suamiku memelukku, dan mencium tengkukku. "Maaf say, sekali lagi maaf..." Aku tidak bereaksi, sampai mbak Sally duduk di sampingku dan mulai mencium telingaku. Aku kaget, namun suamiku segera menyumbat mulutku dengan ciumannya. Mbak Sally gak berhenti di sana, tangannya terus bergerilya sehingga dalam sekejap rok dan kaosku sudah terbuka. Aku berusaha meronta, namun tangan-tangan mereka terlalu kuat. Aku mulai merasa sensasi yang luar biasa ketika mbak Sally mencium dan menjilat putingku. Aku hanya bisa berdesah kenikmatan.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">Pikiranku buntu, sementara kenikmatan kian menggerogoti tubuhku. Antara sadar dan tidak kurasa ada seseorang yang menarik celana dalamku dan membuka lebar kedua pahaku. Aku lemah. Aku pasrah saja, sehingga ketika ada lidah yang bermain-main di vaginaku aku hanya bisa melenguh, mendesis dan menggigit bibirku. Aku gak tahu lidah siapa yang bermain di sana, namun kuyakin itu bukan milik suamiku. Lambat laun aku pun mulai terbawa oleh gairahku sendiri sehingga aku sudah tidak peduli lagi dengan keadaan. Dalam dekapan tiga pasang tangan, aku orgasme beruntun. Nafasku tak beraturan, tapi aku mulai sadar. Di selangkanganku mas Tomy lagi asik dengan permainannya. Aku kaget, tapi mbak Sally segera menarikku, menciumku dengan ganasnya. Aku gak tahu harus berbuat apa. Baru saja aku terhempas oleh puncak orgasme yang luar biasa, kini aku diserang lagi. Aku kaget, karena tidak pernah berciuman dengan wanita, apalagi ini di depan suamiku sendiri. "Nikmati aja sayang, gunakan fantasi liarmu agar kamu bisa terpuaskan..." suamiku berbisik sambil terus meremas-remas payudaraku. Sementara di selangkanganku, ada sebuah tuntutan yang hampir meledak, ketika mas Tomy mencium anusku. Dengan lidahnya ia mempermainkan daerah sekitar duburku yang membuatku semakin terbang tinggi. Sekali-sekali ia menggigit pantatku, dan berusaha memasukkan lidahnya ke dalam anusku. Sensasinya tak bisa kulukiskan! Dalam puncak kenikmatanku, suamiku mengganti posisi mas Tomy, dan dengan rakusnya dia mencium dan menjilat seluruh pantatku. Ia tak pernah seliar ini, namun aku tak berusaha untuk menahannya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">Aku sedang tenggelam dalam luapan gairah yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Sementara mbak Sally bergantian dengan suaminya bermain dengan puting dan mulutku, suamiku mulai mencoba memasukkan jarinya kedalam anusku. Aku kaget, namun sekali lagi aku tak kuasa menahannya. Hasratku mengalahkan logikaku. Pertama satu jari, kemuadian dua, lalu tiga. Awalnya cuma sodokan pelan, namun lama-kelamaan semakin kencang. Sementara jemarinya keluar masuk di duburku, mas Edy mencium dan menjilat klitorisku dengan ganas. Ingin sekali aku berteriak, namun suaraku tertahan oleh ganasnya serangan mbak Sally di mulutku. Aku terbuai dalam permainan itu, sehingga aku ikuti saja ketika suamiku membalikkanku, dengan posisi nungging ia mulai berusaha untuk menggunakan ******nya di lubang pantatku. Aku hanya pasrah, ketika pelan-pelan ******nya mulai masuk, aku merasa agak nyeri, namun rasa itu segera hilang bersamaan munculnya sensasi yang luar biasa dalam perutku. Suamiku semakin cepat melakukan aksinya, sementara mbak Sally berusaha memberikan rangsangan tambahan dengan mencium memekku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">Ia terus menjilat, dan terus saja menjilat lendir vaginaku yang bercampur dengan ludahnya. Aku ingin berteriak, namun sekali lagi mulutku tersumbat oleh kemaluan mas Tomy. Aku begitu liar, rasioku hilang. Yang ada hanyalah tuntutan kepuasan, desakan untuk segera meledak dari dalam perutku. Akhirnya, puncak itu datang juga. Aku merasakan multiple orgasme yang bertubi-tubi, kenikmatan yang aku ragu bisa mendapatkannya lagi. Dalam erangan puncakku, mas Tomy memuntahkan laharnya dalam mulutku. Aku tersedak, sebagian tertelan. Namun mas Tomy tetap memasukkan ******nya dalam mulutku. Dengan liar aku menjilat dan membersihkan sisa maninya di situ. Belum hilang kenikmatanku, suamiku semakin gencar menyodok pantatku, dan dengan hentakan yang keras ia menumpahkan maninya dalam pantatku. Aku terdampar di pantai kenikmatan yang tak pernah kucapai. Yang kutahu, setelah mencabut ******nya, aku mas Edy menyodorkan barangnya yang baru saja dikeluarkan dari duburku untuk kujilat. Aku gak lagi berpikir normal. Nafsu telah menguasai benakku sehingga tanpa merasa jijik aku langsung menjilat dan mengulum sisa-sisa lendir di batang kemaluan mas Edy.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">Sementara itu, mbak Sally mulai pindah dari memekku, kini lidahnya bermain-main di lubang pantatku. Ia membersihkan seluruh cairan yang ada di sana, tanpa meninggalkan bekas. Lalu, dengan sisa-sisa nafsu yang ada ia mencium bibrku, dan dengan agak memaksa ia membuka mulutku dan bermain-main dengan lidahku. Kami terdiam, hanya saling menatap, namun yang jelas, bagiku, suatu petualangan seks telah kumulai. Bahkan dengan sekaligus tiga langkah. Analseks, berorgy dan bercinta dengan wanita. Aku menutup mata, malu, namun ada kepuasan yang tak bisa kulukiskan dengan kata-kata.....</div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-88674285520706013812015-11-19T05:25:00.000-08:002016-04-28T12:48:35.718-07:00ML Dengan Teman Istriku<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px;">Cerita dewasa - Aku bangun kesiangan. Kulirik jam dinding…ah… pukul 8 pagi…Suasana rumahku sepi. Tumben, pikirku. Segera aku meloncat bangun, mencari-cari istri dan anak-anakku..tidak ada…Ahh…baru kuingat, hari Minggu ini ada acara di sekolah anakku mulai jam 9 pagi. Pantas saja mereka sudah berangkat. Istriku sengaja tidak membangunkan aku untuk ikut ke sekolah anakku, karena malamnya aku pulang kantor hampir pukul 4 pagi.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-VxHz-B9xh-A/Vk3NTVNxuMI/AAAAAAAAAO4/6ZC_d-PNIGA/s1600/188.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-VxHz-B9xh-A/Vk3NTVNxuMI/AAAAAAAAAO4/6ZC_d-PNIGA/s1600/188.jpg" /></a></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Yah, beginilah nasib auditor kalo lagi dikejar tenggat laporan audit. Untung saja, ada anggota timku yang bisa mengurangi keteganganku. Ya, Agnes tentunya, yang semalam telah memberikan servis untukku. Bagi nya, bersetubuh dengan lelaki lain selain suaminya bukan hal yang tabu, karena dia sendiri juga tidak mempermasalahkan jika suaminya berkencan dengan wanita lain. Prinsip mereka, yang penting pasangan tidak melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Aku tersenyum mengingat kejadian semalam. Sebenarnya jam 11 malam kami sepakat untuk pulang kantor, tapi ternyata aku dan Agnes sama-sama lagi horny. Akhirnya, terjadilah seperti yang sudah kuceritakan diatas. Tak terasa, aku mulai horny lagi. tongkolku pelan-pelan mengangguk-angguk dan mulai mengacung.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">"Walah…repot bener nih, pikirku. "Lagi sendiri, eh ngaceng." Kebetulan, di rumah tidak ada pembantu, karena istriku, Indah, lebih suka bersih-bersih rumah sendiri dibantu kedua anakku. "Biar anak-anak gak manja dan bisa belajar mandiri. Lagian, bisa menghemat pengeluaran," kilah istriku. Aku setuju saja.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah, setelah memutar DVD BF. Sengaja kusetel, biar hasratku cepet tuntas. Setelah kubuka celanaku, aku sekarang hanya pakai kaos, dan tidak pakai celana. Pelan-pelan kuurut dan kukocok tongkolku. Tampak dari ujung lubang tongkolku melelehkan cairan bening, tanda bahwa birahiku sudah memuncak. Aku pun teringat Linda, sahabat istriku. Kebetulan Linda berasal dari suku Chinese. Dia adalah sahabat istriku sejak dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga main kerumahku. Kadang sendiri, kadang bersama keluarganya. Ya, aku memang sering berfantasi sedang menyetubuhi Linda. Tubuhnya mungil, setinggi Agnes, tapi lebih gendut. Yang kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih mulus, seperti warna patung lilin. Dan pantatnya yang membulat indah, sering membuatku ngaceng kalo dia berkunjung.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Aku hanya bisa membayangkan seandainya tubuh mulus Linda bisa kujamah, pasti nikmat sekali. Fantasiku ini ternyata membuat tongkolku makin keras, merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi dengan deras. Ah Linda…seandainya aku bis a menyentuhmu..dan kamu mau ngocokin tongkolku..begitu pikiranku saat itu.<br />Lagi enak-enak ngocok sambil nonton bokep dan membayangkan Linda, terdengar suara langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">"Ndah…Indah…aku dateng," seru suara itu…<br />Oh my gosh…itu suara Linda…mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok gak kedengaran? Linda memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku, karena keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya.<br />Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Linda udah nongol di ruang tengah, dan…<br />"AAAHHH…ANDREEEEW…!!!!,"jeritnya. "Kamu lagi ngapain?"<br />"Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,"aku tak bisa menjawa pertanyaannya. Gugup. Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu. Orang yang selama ini hanya ada dalam fantasiku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku dalam keadaan telanjang, gak pake cela na, Cuma kaos aja. Ngaceng pula.<br />"Kamu dateng ok gak ngabarin dulu sih?" aku protes.<br />"Udah, sana, pake celana dulu!" Pagi-pagi telanjang, nonton bf sendirian,lagi ngapain sih?"ucapnya sambil duduk di kursi didepanku.<br />"Yee…namanya juga lagi horny…ya udah mending colai sambil nonton bf. Lagian anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah, self service,"sahutku.<br />"Udah, Ndrew. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?"<br />"Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga dtitutupin? Telat donk,"kilahku.<br />"Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana, terusin lagi." Linda beranjak dari duduknya, dan pamit pulang.<br />Buru-buru aku mencegahnya. "Lin, ntar dulu lah…,"pintaku.<br />"Apaan sih, orang aku mau ngajak Indah jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau jalan sendiri,"sahutnya.<br />"Bentar deh Lin. Tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,"aku berusaha merayuny a.<br />"Gila kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"Linda protes sambil melotot. "Kamu jangan macem-macem deh, Ndrew. Gak mungkin donk aku lakukan itu,"sergahnya.<br />"Lin,"sahutku tenang. "Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak. Aku Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku colai."<br />"Gimana?"<br />Linda tidak menjawab. Matanya menatapku tajam.<br />Sejurus kemudian..<br />"Ok, Lin. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu, kamu juga buka bajumu dong…pake BH sama CD aja deh, gak usah telanjang. Kan kamu dah liat punyaku, please?" aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus khawatir.<br />"Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake BH dan CDku dan kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,"katanya. "Tapi, tunggu. Aku mau tanya, kok kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?"<br />"Yaaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang. Lagian, kamu dah liat punyaku? Trus, aku lagi colai sambil liat BF…lha ada kamu, kenapa gak minta tolong aja, liat yang asli?"kilahku.<br />"Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu."<br />"Gak usah, disini aja,"sahutku.<br />Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah payudara itu menyembul keluar. Payudara yang terbungkus BH sexy berwarna merah…menambah kontras warna kulitnya yang sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan seperti apa isi BH merah itu. Seteah itu, diturunkannya zip celana jeansnya, dan dibukanya kancing celananya. Perlahan, diturunkannya jeansnya…sedikit ada keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang dibungkusnya. Wow…aku terbelalak melihatnya. Paha itu sangat putih sekali. Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda. Selangkangannya masih terbungkus celana dalam mini berbahan satin, sewarna dengan Bhnya. Sepertinya, itu adalah satu set BH dan CD.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">"Nih, aku u dah buka baju. Dah, kamu terusin lagi colinya. Aku duduk ya."<br />Linda segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah.<br />"Duduknya jangan gitu dong…"<br />"Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?"protes Linda. "Nungging, gitu?"<br />"Ya kalo kamu mau nungging, bagus banget,"sahutku.<br />"Sori ye…emang gue apaan,"cibirnya.<br />"Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celana dalam sama selangkanganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?"usulku.<br />"Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau colai aja pake minta macem-macem,"Linda masih saja protes dengan permintaanku.<br />"Begini posisi yang kamu mau?"tanyanya sambil duduk dan membuka pahanya lebar-lebar.<br />"Yak sip." Sahutku. "Aku lanjut ya colinya."<br />Sambil memandangi tbuh Linda, aku terus mengocok tongkolku, tapi kulakukan dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejakulasi. Sayang, kalau peman dangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Linda tidak menanggapi omonganku.<br />"Oh…Liiiinnn….kamu kok mulus banget siiiihhh…."aku terus menceracau. Linda menatapku dan tersenyum.<br />"Susumu montok bangeeeettttt… pahamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku ngaceng, Liiiiiinnn……"<br />Linda terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah tongkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lendir dari ujung lobangnya.<br />"Pantatmu, Liiiinnn….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena tongkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,"aku merintih dan menceracau memuji keindahan tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya terangsang.<br />Linda masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah celana dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Linda juga mulai ternagsang dengan aktivitasku. Karena celana dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun mulai gelisah. Tangannya mulai meraba dadanya, dan tangan yang satunya turun meraba paha dan selangkangannya. Tapi Linda nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain.<br />Kupejamkan mataku, agar Linda tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku. Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat tangan kiri Linda meremas payudaranya dan owww…BH sebelah kiri ternyata sudah diturunkan…<br />Astagaaa..!!! Puting itu merah sekali…tegak mengacung. Meski sudah melahirkan, dan memiliki satu anak, kuakui, payudara Linda lebih bagus dan kencang dibandingkan Agnes. Kulihat tangan kiri Linda memilin-milin putingnya, dan tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam celana dalamnya.<br />"Sssshh….oofff….hhhhhh…..:" Kudengar suara nya mendesis seolah menahan kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kocokan pada tongkolku sambil menikmati rintihan-rintihan Linda.<br />Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa tongkol dan tanganku. Aku membuka mata dan terpekik. "Lin…kamu…,"leherku tercekat.<br />"Aku nggak tega liat kamu menderita, Ndrew,"sahut Linda sambil membelai tongkolku dengan tangannya yang lembut.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">My gosh…perlahan impin dan obsesiku menjadi kenyataan. tongkolku dibelai dan dikocok dengan tangan Linda yang putih mulus. Aku mendesis dan membelai rambut Linda. Kemudian secara spontan Linda menjilat tongkolku yang sudah bene-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya tongkolku masuk ke mulutnya. Ya, tongkolku dihisap Linda. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar cunilingis.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Tak tahan dengan perlakuan sepiha Linda, kutarik pinggulnya da n buru-buru kulepaskan Cdnya.<br />"Kamu mau ngapain, Ndrew?" Linda protes sambil menghentikan hisapannya. Aku tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas pantat putih nan montok, yang selama ini hanya menjadi khayalanku.<br />"Ohh..Lin…boleh ya aku megang pantat sama memiaw kamu?"pintaku.<br />"Terserah…yang penting kamu puas."</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Segera kuremas-remas pantat Linda yang montok. Ah, obsesiku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh Linda terpampang dihadapanku.<br />Puas dengan pantatnya, kuarahkan jariku turun ke anus dan vaginanya. Linda merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">"Achh…Liiiinn…enak bangeeeeett….sssshhh……."aku menceracau menikmati jilatan lidah dan hangatnya mulut Linda saat mengenyot tongkolku. Betul-betul menggairahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan batang kelelakianku. Hingga akhirnya….<br />"Liiinn….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg….aku…kac h…aku…"<br />"Keluarin sayang…tongkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat yaaa…."<br />"I…iiy…iiyyaaa….Liiiiinnnnnnnnn….Ouuuuufuffffff….. argggghhhhhhhhhh….."<br />Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt…<br />Spermaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan dada Linda. Tanganhalus Linda tak berhenti mengocok batang kejantananku, seolah ingin melahap habis cairan yang kumuntahkan<br />Ohhhh…….my dream come true….. Obsesiku tercapai…pagi ini aku muncratin pejuhku di bibir dan muka Linda.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">"Lin…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka sama dada kamu kenas permaku?"<br />Linda menggeleng dengan pandangan sayu. Tangannya masih tetap memainkan tongkolku yang sedikit melemas.<br />"Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?"<br />"Iya, Ndrew. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau sperma kamu seger banget…kamu rajin maka buah sama sayur ya?" tanya Li nda.<br />"Iya…kalo gak gitu, Indahmana mau nelen sperma aku."<br />"Aihhh…." Linda terpekik. "Indah mau nelen sperma?"<br />Aku mengangguk. "Keapa Lin? Penasaran sama rasanya? Lha itu spremaku masih meleleh di muka sama dada kamu. Coba aja rasanya,"sahutku.<br />"Mmmm…ccppp…ssllrppp…." terdengar lidah dan bibir Linda mengecap spermaku. Dengan jarinya yang lentik, disapunya spermaku yang tumpah didada dan mukanya, kemudian dijilatnyajarinya smape bersih.Hmmm….akhirnya spermaku masuk kedalam tubuhnya…<br />"Iya, Ndrew, sperma kamu kok enak ya. Aku gak ngerasa enek pas nelen sperma kamu…"<br />"Mau lagi….?"<br />"Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Ndrew?"<br />"Lha kan baru oral belum masuk ke meqi kamu, Lin." Sahutku…"Tuh, liat…bangun lagi kan?"<br />"Dasar kamu ya…."<br />"Benerkamu gak mau spermaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih dulu."ancamku sambil bangkit dari kursi.<br />"Mau sih…Cuma takut kalo Indah dateng…gimana donk…."Linda merajuk.<br />Perlahan kuhampiri Lida, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya diangkat mengangkang.<br />Kulihat meqinya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan jariku.<br />"Hmmm…Lin…meqi kamu masih basah…kamu masih horny dong…"tanyaku.<br />"Udah, Ndrew….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh……."Linda memiawik saat lidahku menari diujung klitorisnya.<br />"Ndrewwww…kamu gilaaa yaaa…"bisiknya samil menjambak rambutku.<br />Kumainkan lidahku dikelentitnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir vagina Linda yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari G-spotnya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Akibatnya luar biasa. Linda makin meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan birahinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan. Kusedot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari v aginanya. Ya…aroma vagina Linda lain dengan aroma vagina istriku. Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada sensasi tersendiri saat kuhirup aroma kewanitaan Linda.<br />"C'mon..Ndrew…I can't stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c'mon honey….quick…quick…."<br />Aku paham, gerakan pantt Linda makin liar. Makin kencang. Kurasakan pula meqinya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku.<br />"Ting…tong…"bel rumahku berbunyi.<br />"Mas…..mas Andrew…."suara wanita didepan memanggil namaku.<br />Sontak kulepaskan jilatanku. Linda memandang wajahku dengan wajah pucat. Aku pun memandang wajahnya dengan jantung berdebar.<br />"Ndrew..kok kyaka suara Rika ya…"Linda bertanya<br />"Wah..mau ngapain dia kesini…..gawat dong…"ucapku ketakutan. "Udah Lin, kamu masuk kamarku dulu deh…cepetan…"</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">Segera Linda berjingkat masuk ke kamarku, mungkin sekalian membersihkan tubuhnya karena dikamarku ada kamar mandi. Aku tau ada sebersit ekspresi kecewa di wajahnya, karena Linda hampir meledakkan orgasmenya, yang terputus oleh kedatangan Rika, sahabatnya sekaligus sahabat istriku.<br />Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit, aku menuju ke ruang tamu, membuka pintu.<br />"Halo, mas….'Pa kabar..?" sahut Rika begitu melihatku membuka pintu.<br />"Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting?" tanyaku seraya mengajak Rika menuju ruang tengah.Mataku sedikit terbelalak melihat pakaiannya. Bagaimana tidak?<br />Kaos ketat menempel dibadannya, dipadukan dengan celana spandex ketat berwarna putih. Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya menandakan bahwa didaerah itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku berjalan dibelakangnya, tak kulihat garis celana dalam mebayang di spandexnya.<br />Hmm…mana mungkin dia gak pake CD..mungkin pake G-string, pikirku.<br />Kami berdua segera menuju ruang tengah. Untung saja, film bokep yang aku setel udah selesai, jadi Rika nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel.<br />"Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang. Nah, ini aku bawain ….sedikit bawaan lah, buat kamu sama Indah. Itung-itung membagi kesenangan."<br />"Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget"<br />"Ah, biasa aja lageee..hehehe"<br />Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena memang sudah beberapa bulan Rika nggak berkunjung ke rumahku. Rika ini adalah salah satu sahabat istriku, selain Linda<br />.<br />Diam-diam, akupun juga terobsesi dapat menikmati tubuhnya. Ya, Rika seorang wanita yang mungil. Tinggi badannya nggak lebih dari 155cm. Bandingkan dengan tinggiku yang 170. Warna kulitnya putih, tapi cenderung kemerahan. Hmm..aku sering berkhayal lagi ngent*tin Rika, sambil aku gendong dan aku rajam memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia merintih-rintih menikmati hujaman tongkolku…<br />"Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih.." tegur Rika.<br />"Eh…ah…anu…enggak. Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama kamu…"<br />Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh…gawat deh…<br />"Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu?" Rika melirikku dengan pandangan menyelidik.<br />Mati aku…berarti waktu aku ngeliatin bodynya, ketahuan dong kalo aku melototin selangkangannya. Wah….<br />"Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis Indah pergi. Lagian,dari tadi kamu ngeliatin melulu. Ngeri aku…ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy…" Rika bergidik ambil tertawa.<br />Aku Cuma tersenyum.<br />"Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang."<br />"Aku numpang pipis dulu ya."Rika menuju kamar mandi di sebelah kamarku.<br />"Iya."<br />Tepat saatRika masuk kamar mandi, sambil berjingkat Linda keluar dari kamarku.<br />Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan. Ternyata CD Linda ketinggalan di kursi yang tadi didud ukinya waktu sedang aku jilat memiawnya. Astagaaa…untung Rika nggak ngeliat…atu jangan-jangan dia udah liat, makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik? Entahlah…<br />"Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi."perintahku sambil berbisik.<br />Linda mengangguk, segera menyambar Cdnya dan…<br />"Ceklek….!"<br />Pintu kamar mandi terbuka, dan saat Rika keluar, kulihat wajahnya terkejut melihat Linda berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang celana dalamnya yang belum sempat dipakainya. Ditambah keadaan Linda yang hanya memaki kaos, tetapi dibawah tidak memakai celana jeansnya. Akupun terkejut, dan berdiri terpaku. Hatiku berdebar, tak tahu apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan. Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku terasa pening.<br />"Linda…? Kamu lagi ngapain?" Rika bertanya dengan wajah bingung campur kaget.<br />"Eh…anu…ini lho…"kudengar Linda gelagapan menjawab pertanyaan Rika.<br />"Kok kamu megang celana dalem? Setengah telanjang lagi?" selidik Rika. "Oo…aku tau…pasti kamu berdua lagi berbuat yaaa…?"<br />"Enggak Rik. Ngaco kamu, orang Linda lagi numpang dandan di kamarku kok." Sergahku membela diri.<br />"Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia diruangan ni, pake bawa celana dalem lagi." Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!" Rika bertanya dengan galak.<br />"Sini liat." Rika menghampiri Linda dan cepat merebut celana dalam yang dipegang Linda, tanpa perlawanan dari Linda.<br />"Kok basah…?"Rika mengerutkan keningnya. "Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu ngapain…?"<br />"udah deh, Rik…emang bener, aku lagi mau ML sama Linda. Belum sempet aku ent*t, sih. Baru aku jilat-jilat memiawnya, keburu kamu dateng." Aku menyerah dan memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan.<br />"Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan yang lain. Ini cewek juga sama aja, gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri." Rika memaki ka mi berdua dengan wajah merah padam.<br />"Terserah kamu lah…kamu mau laporin aku sama Linda ke polisi…silakan. Mau laporin ke Indah…terserah…."ucapku pasrah.<br />"Hmm…kalo aku laporin ke Indah…kasian dia. Nanti dia kaget.Kalo ke polisi….ah…ngrepotin." Rika meninmbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.<br />"Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana. Tapi ada syaratnya." Rika memberikan tawarannya kepadaku.<br />"Apa syaratnya, Rik?"<br />"Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah."<br />"Iya, apaan syaratnya?" Linda ikut bertanya<br />"Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk disini, nonton. Bagaimana?"<br />"WHAT?" aku dan Linda berteriak bebarengan. "Gila lu ya, masa mau nonton orang lagi ML?"<br />"Ya terserah kamu.Mau pilih mana…?"Rika mencibir dengan senyum kemenangan.<br />Aku dan Linda saling berpandangan. Kuhampiri Linda, kubelai tangan dan rambutnya. Linda seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Rika.<br />Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku meremas pantatnya yang sekel. Linda segera membuka kaosnya.<br />Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Linda menuju sofa. Kurebahkan ia disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celana ku sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Linda dan Rika.<br />Aku melirik Rika, yang duduk menyilangkan kakinya. Kulihat wajahnya menegang seperti tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum kearahnya, sambil memainkan dan mengocok-ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan kejantananku.<br />"Ayo, ndrew…cepetan deh…udah gak tahan, honey…"Linda merintih. "Biarin aja si Rika…paling dia juga udah basah."<br />"Enak aja kamu bilang."sergah Rika. "Udah buruan, aku pengen liat kayak apa sih kalian kalo ML."<br />Aku menatap mata Linda yang mulai sayu dan tersenyum. Setelah melepas seluruh pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua. Tak sabar, segera k usosor memiaw Linda yang sangat becek oleh lendir birahinya.<br />"Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…Andreeeeewwwwww…."L inda menjerit dan mengerang menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama permainan lidahku.<br />Hmmm…nikmat sekali. memiawnya berbau segar, tanda bahwa memiaw ini sangat terawat. Dan yang membutku girang adalah lendir memiawnya yang meleleh deras, seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya.<br />"Hmmmppppppff…Andrew…Andrew…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…"Linda terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya.<br />'Akku……mmmhhhhh…ssshhh…."<br />"Keluarin sayang….keluarin yang banyak….."aku berbisik sambil jari tengahku terus mengocok memiawnya, dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat keras. Baik itil maupun memiaw Linda sudah benar-benar berwarna merah, sangat basah akibat lendirnya yang meleleh, hingga membasahi belahan pantat dan sofa.<br />Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi. Hal ini membuatpaha Linda menegang, tangannya menjambak rambutku, sekaligus membenamkan kepalaku ditengah jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan memiawnya berdenyut, dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku.<br />"ANDREEEEEEWWWWWWW…..AAAAACCCCHHHHHHHHH……"Lin da menjerit keras sekali, menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan berguncang hebat sekali.<br />Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu. Kusedot semuanya, kutelan semuanya. Ya, aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Linda. Sedotanku pada memiawnya membuat guncanganLinda makin keras…dan akhirnya Linda terdiam seperti orang kejang. Tubuhnya kaku dan gemetaran.<br />"Oooohhhh…Ndreww…aaachhh….."Linda menceracau sambil gemetaran.<br />"Enn..en….Nik…mat…bangeth….sssse….dothan…sama jhiilatan kkk…kamu…"<br />Kulihat Linda tersenyum dengan wajah puas. Segera kuarahkan bibrku m elumat putingnya yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah melahirkan dan menyusui dua anak, payudara Linda sangat terawat, kencang. Dan putingnya masih berwwarna kemerahan. Siapa lelaki yang tahan melihat warna putting seperti itu, apalgi sekarang puting merah itu benar-benar masih keras dan mengacung meski pemiliknya barusan menggapai orgasme.<br />"Shhh…Dreeewwww…iihhhh…geli…." Lnda menggelinjang saat kuserbu putingnya. Aku tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya dengan ganas sehingga badan Linda mulai mengejang lagi.<br />"Acchhh….Andreww….sayaaaannggg…"Linda merintih. "Terus sayang…iss…ssseeeppp…pen….til…kuhh…ooofffffhhhhhhh hh……"<br />Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku yang memang sudah mengeras seperti kayu ke memiaw Linda. Blessss…….<br />"Ahhhhkkk…..mmmmppppfff…..ooooooggggghhhh…."p antat Linda tersentak kedepan, seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam da n kuhentikan sejenak disana. Terasa sekali memiaw Linda berkedut-kedut, walaupun tergolong super becek.<br />"Ayo, nDrew…..gocek tongkol kamuh….akk….kkuuuu….udah mau…keluarrrrr…laggiiiihhh…"Linda merintih memohon.<br />Segera kugocek tongkolku dengan ganas. "crep.crep…cplakkk….cplaakkkk…cplaakkkk …." suar gesekan tongkolku dengan memiaw Linda yang sudah basah kuyup nyaring terdengar. Tak lupa kulumat bibirnya yang ranum, dan tanganku menggerayang memilin menikmati payudara dan putingnya.<br />Sesaat kemudian kulihat mata Lnda terbalik, Cuma terlihat putihnya. Kakinya dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk ubuhku erat.<br />"AN…DREEEWWWW…….OOOOGGGHHHH…>AAAKKKKKKKKKK KK…." Linda menjerit keras dan sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di tongkolku denyutan memiaw Linda…sangat kuat. Berdenyut-denyut, seolah hendak memijit dan memaksa spermaku untuk segera mengguyur menyiram memenya yang luar biasa bec ek.<br />Makin kuat kocokan tongkolku didalam memiaw Linda, makin kencang pula pelukannya. Nafas Linda tertahan, seolah tidka ingin kehilangan moment-moment indah menggapai puncak kenikmatan.<br />Karena denyutan memiaw Linda yang membuatku nikmat, ditambah rasa hangat karena uyuran lendir memiawnya, aku pun tak tahan. Ditambah ekspresi wajahnya yangmemandang wajahku dengan mata sayu namun tersirat kepuasan yang maat sangat.<br />"Ayo nDrew…keluarin pejuh kamu…keluarin dimemiawku…."Linda memohon.<br />"Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu?"tanyaku sambil terengah-engah.<br />"No problem honey…aku safe kok…."sahut Linda. "C'mon honey..shot your sperm inside…c'mon honey…."<br />LIN……LINDAAAA…..LINDAAAAAAAA….ARGGGGGGHHHHH…"aku merasakan pejuhku mendesak. Kupercepat kocokanku, dan Linda juga mengencangkan otot memiawnya, berharap agar aku cepet muncrat.<br />AAACCHHHHHHH……….." Jrrrrrooooooooootttt…..jrrrrooooooooo ttttt..jrrrro ooooottttt…..tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku. Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan ke rahim Linda, sampai-sampai ia tersentak. Kubenamkan dalam-dalam tongkolku, hingga terasa kepalaku speerti memasuki liang kedua.Ah….ternyata tongkolku bisa menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku langsung menggempur rahimnya.<br />Ohhh…nDrreeeww…enak sayang….nikmat, sayaaannggg…offffffghhhh……" Linda merintih lagi. "Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu, Ndrew…" ucap Linda.<br />Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara mendadak kucabu tongkolku.<br />"Plllookkkkk…."<br />Kupandangi memiaw Linda yang masih membengkak dan merah denganlubang menganga. Linda segera mengubah posisi duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh. Segera saja jemari Linda meraih dan mengorek bibir memiawnya, menjaga agar pejuhku tidak tumpah kesofa. Akibatnya, telapak tangan Linda belepotan penuh dengan pejuhku yang telah be rcampur lendir memiawnya. Dengan pejuh di telapak tangan kanannya, Linda menggunakan jari tangan kirinya,mengorek memiawny untuk membersihkan memiawnya dari sisa pejuhku.<br />"Brani kam telen lagi?" tantangku.<br />"Idih…syapa takut…."Linda balas menantangku. "Nih liat ya…."<br />Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku…<br />"MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh…." Linda nampak puas menikmati pejuh ditangannya.<br />"Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…"Linda tertawa geli.<br />"Tuh…masih ada sisanya ditangan. Mbelum bersih." Sahutku.<br />"Tenang, nDrew..sisanya buat…ini." Sambil berkata begitu, Linda mengambil sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya.<br />"Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…"sahut Linda sambil mengerling genit.<br />"Astagaaaa….kamu tuh, Lin…diem-diem ternyata…"kataku terkejut.<br />"Kenapa…? Kaget ya?"<br />"Diem-diem, muka alim..ta pi kalo urusan birahi liar juga ya.."<br />"Ya iyalaaahhh..hare gene, Ndrew…orang enak kok ditolak."<br />"Tau gitu tadi aku semprot di uka kamu aja ya.." sesalku<br />"Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa ngomong lagi…nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu di memiawku." Linda tersenyum<br />"Eh, Ndrew…ssstttt…coba liat tuh…jailin yuk….."ajak Linda<br />Ya ampuuunnnn…aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamat Rika. Segera kulirik Rika, yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri. Tangannya menggosok-nggosok sapndexnya, yang mulai membasah. Kulihat lekukan cameltoenya makinbesar, lebih besar dari yang kulihat diruang tamu. Pertanda bahwa Rika juga telah dilanda birahi.</div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-39361506714144007892015-11-19T05:20:00.000-08:002016-04-28T12:48:35.737-07:00Nafsu Birahi Adik Ipar<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; text-align: justify;">“Masak apa Yen?” kataku sedikit mengejutkan adik iparku, yang saat itu sedang berdiri sambil memotong-motong tempe kesukaanku di meja dapur. “Ngagetin aja sih, hampir aja kena tangan nih,” katanya sambil menunjuk ibu jarinya dengan pisau yang dipegangnya. “Tapi nggak sampe keiris kan?” tanyaku menggoda. “Mbak Ratri mana Mas, kok nggak sama-sama pulangnya?” tanyanya tanpa menolehku. “Dia lembur, nanti aku jemput lepas magrib,” jawabku. “Kamu nggak ke kampus?” aku balik bertanya. “Tadi sebentar, tapi nggak jadi kuliah. Jadinya pulang cepat.” “Aauww,” teriak Yeyen tiba-tiba sambil memegangi salah satu jarinya. Aku langsung menghampirinya, dan kulihat memang ada darah menetes dari jari telunjuk kirinya. “Sini aku bersihin,” kataku sambil membungkusnya dengan serbet yang aku raih begitu saja dari atas meja makan. </div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-IWl9PXCWCSo/Vk3MSNfl0KI/AAAAAAAAAOs/OhhmbZkGBrM/s1600/95.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="159" src="http://1.bp.blogspot.com/-IWl9PXCWCSo/Vk3MSNfl0KI/AAAAAAAAAOs/OhhmbZkGBrM/s320/95.jpg" width="320" /></a></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; text-align: justify;"><span style="line-height: 19.32px;">Yeyen nampak meringis saat aku menetesinya dengan Betadine, walau lukanya hanya luka irisan kecil saja sebenarnya. Beberapa saat aku menetesi jarinya itu sambil kubersihkan sisa-sisa darahnya (cerita porno lainnya). Yeyen nampak terlihat canggung saat tanganku terus membelai-belai jarinya. “Udah ah Mas,” katanya berusaha menarik jarinya dari genggamanku. Aku pura-pura tak mendengar, dam masih terus mengusapi jarinya dengan tanganku. Aku kemudian membimbing dia untuk duduk di kursi meja makan, sambil tanganku tak melepaskan tangannya. Sedangkan aku berdiri persis di sampingnya. “Udah nggak apa-apa kok Mas, Makasih ya,” katanya sambil menarik tangannya dari genggamanku. Kali ini ia berhasil melepaskannya. “Makanya jangan ngelamun dong. Kamu lagi inget Ma si Novan ya?” godaku sambil menepuk-nepuk lembut pundaknya. “Yee, nggak ada hubungannya, tau,” jawabnya cepat sambil mencubit punggung lenganku yang masih berada dipundaknya.</span></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Kami memang akrab, karena umurku dengan dia hanya terpaut 4 tahun saja. Aku saat ini 27 tahun, istriku yang juga kakak dia 25 tahun, sedangkan adik iparku ini 23 tahun. “Mas boleh tanya nggak. Kalo cowok udah deket Ma temen cewek barunya, lupa nggak sih Ma pacarnya sendiri?” tanyanya tiba-tiba sambil menengadahkan mukanya ke arahku yang masih berdiri sejak tadi. Sambil tanganku tetap meminjat-mijat pelan pundaknya, aku hanya menjawab, “Tergantung.” “Tergantung apa Mas?” desaknya seperti penasaran. “Tergantung, kalo si cowok ngerasa temen barunya itu lebih cantik dari pacarnya, ya bisa aja dia lupa Ma pacarnya,” jawabku sekenanya sambil terkekeh. “Kalo Mas sendiri gimana? Umpamanya gini, Mas punya temen cewek baru, trus tu cewek ternyata lebih cantik dari pacar Mas. Mas bisa lupa nggak Ma cewek Mas?” tanya dia. “Hehe,” aku hanya ketawa kecil aja mendengar pertanyaan itu. “Yee, malah ketawa sih,” katanya sedikit cemberut. “Ya bisa aja dong. Buktinya sekarang aku deket Ma kamu, aku lupa deh kalo aku udah punya istri,” jawabku lagi sambil tertawa. “Hah, awas lho ya. Ntar Yeyen bilangan lho Ma Mbak Ratri,” katanya sambil menahan tawa. “Gih bilangin aja, emang kamu lebih cantik dari Mbak kamu kok,” kataku terbahak, sambil tanganku mengelus-ngelus kepalanya. “Huu, Mas nih ditanya serius malah becanda.” “Lho, aku emang serius kok Yen,” kataku sedikit berpura-pura serius.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Kini belaian tanganku di rambutnya, sudah berubah sedikit menjadi semacam remasan-remasan gemas. Dia tiba-tiba berdiri. “Yeyen mo lanjutin masak lagi nih Mas. Makasih ya dah diobatin,” katanya. Aku hanya membiarkan saja dia pergi ke arah dapur kembali. Lama aku pandangi dia dari belakang, sungguh cantik dan sintal banget body dia. Begitu pikirku saat itu. Aku mendekati dia, kali ini berpura-pura ingin membantu dia. “Sini biar aku bantu,” kataku sambil meraih beberapa lembar tempe dari tangannya. Yeyen seolah tak mau dibantu, ia berusaha tak melepaskan tempe dari tangannya. “Udah ah, nggak usah Mas,” katanya sambil menarik tempe yang sudah aku pegang sebagian. Saat itu, tanpa kami sadari ternyata cukup lama tangan kami saling menggenggam. Yeyen nampak ragu untuk menarik tangannya dari genggamanku. Aku melihat mata dia, dan tanpa sengaja pandangan kami saling bertabrakan. Lama kami saling berpandangan. Perlahan mukaku kudekatkan ke muka dia. Dia seperti kaget dengan tingkahku kali ini, tetapi tak berusaha sedikit pun menghindar. Kuraih kepala dia, dan kutarik sedikit agar lebih mendekat ke mukaku. Hanya hitungan detik saja, kini bibiku sudah menyentuh bibirnya. “Maafin aku Yen,” bisiku sambil terus berusaha mengulum bibir adik iparku ini. Yeyen tak menjawab, tak juga memberi respon atas ciumanku itu. Kucoba terus melumati bibir tipisnya, tetapi ia belum memberikan respon juga.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Tanganku masih tetap memegang bagian belakang kepala dia, sambil kutekankan agar mukanya semakin rapat saja dengan mukaku. Sementara tangaku yang satu, kini mulai kulingkarkan ke pinggulnya dan kupeluk dia. “Sshh,” Yeyen seperti mulai terbuai dengan jilatan demi jilatan lidahku yang terus menyentuh dan menciumi bibirnya. Seperti tanpa ia sadari, kini tangan Yeyen pun sudah melingkar di pinggulku. Dan lumatanku pun sudah mulai direspon olehnya, walau masih ragu-ragu. “Sshh,” dia mendesah lagi. Mendengar itu, bibirku semakin ganas saja menjilati bibir Yeyen. Perlahan tapi pasti, kini dia pun mulai mengimbangi ciumanku itu. Sementara tangaku dengan liar meremas-remas rambutnya, dan yang satunya mulai meremas-remas pantat sintal adik iparku itu. “Aahh, mass,” kembali dia mendesah. Mendengar desahan Yeyen, aku seperti semakin gila saja melumati dan sesekali menarik dan sesekali mengisap-isap lidahnya. Yeyen semakin terlihat mulai terangsang oleh ciumanku. Ia sesekali terlihat menggelinjang sambil sesekali juga terdengar mendesah. “Mas, udah ya Mas,” katanya sambil berusaha menarik wajahnya sedikit menjauh dari wajahku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Aku menghentikan ciumanku. Kuraih kedua tangannya dan kubimbing untuk melingkarkannya di leherku. Yeyen tak menolak, dengan sangat ragu-ragu sekali ia melingkarkannya di leherku. “Yeyen takut Mas,” bisiknya tak jauh dari ditelingaku. “Takut kenapa, Yen?” kataku setengah berbisik. “Yeyen nggak mau nyakitin hati Mbak Ratri Mas,” katanya lebih pelan. Aku pandangi mata dia, ada keseriusan ketika ia mengatakan kalimat terakhir itu. Tapi, sepertinya aku tak lagi memperdulikan apa yang dia takutkan itu. Kuraih dagunya, dan kudekatkan lagi bibirku ke bibirnya. Yeyen dengan masih menatapku tajam, tak berusaha berontak ketika bibir kami mulai bersentuhan kembali. Kucium kembali dia, dan dia pun perlahan-lahan mulai membalas ciumanku itu. Tanganku mulai meremas-remas kembali rambutnya. Bahkan, kini semakin turun dan terus turun hingga berhenti persis di bagian pantatnya. Pantanya hanya terbalut celana pendek tipis saja saat aku mulai meremas-remasnya dengan nakal. “Aahh, Mas,” desahnya. Mendengar desahannya, tanganku semakin liar saja memainkan pantat adik iparku itu. Sementara tangaku yang satunya, masih berusaha mencari-cari payudaranya dari balik kaos oblongnya. Ah, akhirnya kudapati juga buah dadanya yang mulai mengeras itu. Dengan posisi kami berdiri seperti itu, batang penisku yang sudah menegang dari tadi ini, dengan mudah kugesek-gesekan persis di mulut vaginanya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Kendati masih sama-sama terhalangi oleh celana kami masing-masing, tetapi Yeyen sepertinya dapat merasakan sekali tegangnya batang kemaluanku itu. “Aaooww Mas,” ia hanya berujar seperti itu ketika semakin kuliarkan gerakan penisku persis di bagian vaginanya. Tanganku kini sudah memegang bagian belakang celana pendeknya, dan perlahan-lahan mulai kuberanikan diri untuk mencoba merosotkannya. Yeyen sepertinya tak protes ketika celana yang ia kenakan semakin kulorotkan. Otakku semakin ngeres saja ketika seluruh celananya sudah merosot semuanya di lantai. Ia berusaha menaikan salah satu kakinya untuk melepaskan lingkar celananya yang masih menempel di pergelangan kakinya. Sementara itu, kami masih terus berpagutan seperti tak mau melepaskan bibir kami masing-masing. Dengan posisi Yeyen sudah tak bercelana lagi, gerakan-gerakan tanganku di bagian pantatnya semakin kuliarkan saja.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Ia sesekali menggelinjang saat tanganku meremas-remasnya. Untuk mempercepat rangsangannya, aku raih salah satu tanganya untuk memegang batang zakarku kendati masih terhalang oleh celana jeansku. Perlahan tangannya terus kubimbing untuk membukakan kancing dan kemudian menurunkan resleting celanaku. Aku sedikit membantu untuk mempermudah gerakan tangannya. Beberapa saat kemudian, tangannya mulai merosotkan celanaku. Dan oleh tanganku sendiri, kupercepat melepaskan celana yang kupakai, sekaligus celana dalamnya. Kini, masih dalam posisi berdiri, kami sudah tak lagi memakai celana. Hanya kemejaku yang menutupi bagian atas badanku, dan bagian atas tubuh Yeyen pun masih tertutupi oleh kaosnya. Kami memang tak membuka itu. Tanganku kembali membimbing tangan Yeyen agar memegangi batang zakarku yang sudah menegang itu. Kini, dengan leluasa Yeyen mulai memainkan batang zakarku dan mulai mengocok-ngocoknya perlahan. Ada semacam tegangan tingi yang kurasakan saat ia mengocok dan sesekali meremas-remas biji pelerku itu. “Oohh,” tanpa sadar aku mengerang karena nikmatnya diremas-remas seperti itu. “Mas, udah Mas. Yeyen takut Mas,” katanya sambil sedikit merenggangkan genggamannya di batang kemaluanku yang sudah sangat menegang itu. “Aahh,” tapi tiba-tiba dia mengerang sejadinya saat salah satu jariku menyentuh klitorisnya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Lubang vagina Yeyen sudah sangat basah saat itu. Aku seperti sudah kerasukan setan, dengan liar kukeluar-masukan salah satu jariku di lubang vaginanya. “Aaooww, mass, een, naakk..” katanya mulai meracau. Mendengar itu, birahiku semakin tak terkendali saja. Perlahan kuraih batang kemaluanku dari genggamannya, dan kuarahkan sedikit demi sedikit ke lubang kemaluan Yeyen yang sudah sangat basah. “Aaoww, aaouuww,” erangnya panjang saat kepala penisku kusentuh-sentukan persis di klitorisnya. “Please, jangan dimasukin Mas,” pinta Yeyen, saat aku mencoba mendorong batang zakarku ke vaginanya. “Nggak Papa Yen, sebentaar aja,” pintaku sedikit berbisik ditelinganya. “Yeyen takut Mas,” katanya berbisik sambil tak sedikit pun ia berusaha menjauhkan vaginanya dari kepala kontolku yang sudah berada persis di mulut guanya. Tangan kiri Yeyen mulai meremas-remas pantatku, Sementara tangan kanannya seperti tak mau lepas dari batang kemaluanku itu. Untuk sekedar membuatnya sedikit tenang, aku sengaja tak langsung memasukan batang kemaluanku. Aku hanya meminta ia memegangi saja. “Pegang aja Yen,” kataku pelan.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Yeyen yang saat itu sebenarnya sudah terlihat bernafsu sekali, hanya mengangguk pelan sambil menatapku tajam. Remasan demi remasan jemari yeyen di batang zakarku, dan sesekali di buah zakarnya, membuatku kelojotan. “Aku udah gak tahan banget Yen,” bisikku pelan. “Yeyen takut banget Mas,” katanya sambil mengocok-ngocok lembut kemaluanku itu. “Aahh,” aku hanya menjawabnya dengan erangan karena nikmatnya dikocok-kocok oleh tangan lembut adik iparku itu. Kembali kami saling berciuman, sementara tangan kami sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Saat bersamaan dengan ciuman kami yang semakin memanas, aku mencoba kembali untuk mengarahkan kepala kontolku ke lubang vaginanya. Saat ini, Yeyen tak berontak lagi. Kutekan pantat dia agar semakin maju, dan saat bersamaan juga, tangan Yeyen yang sedang meremas-remas pantatku perlahan-lahan mulai mendorongnya maju pantatku. “Kita sambil duduk, sayang,” ajaku sambil membimbing dia ke kursi meja makan tadi. Aku mengambil posisi duduk sambil merapatkan kedua pahaku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Sementara Yeyen kududukan di atas kedua pahaku dengan posisi pahanya mengangkang. Sambil kutarik agar dia benar-benar duduk di pahaku, tanganku kembali mengarahkan batang kemaluanku yang posisinya tegak berdiri itu agar pas dengan lubang vagina Yeyen. Ia sepertinya mengerti dengan maksudku, dengan lembut ia memegang batang kemaluanku sambil berupaya mengepaskan posisi lubang vaginanya dengan batang kemaluanku. Dan bless, perlahan-lahan batang kemaluanku menusuk lubang vagina Yeyen. “Aahh, aaooww, mass,” Yeyen mengerang sambil kelojotan badannya. Kutekan pinggulnya agar dia benar-benar menekan pantatnya. Dengan demikian, batang kontolku pun akan melesak semuanya masuk ke lubang vaginanya. “Yeenn,” kataku. “Aooww, ter, russ mass.., aahh..” pantatnya terus memutar seperti inul sedang ngebor. “Ohh, nik, nikmat banget mass..” katanya lagi sambil bibirnya melumati mukaku. Hampir seluruh bagian mukanku saat itu ia jilati. Untuk mengimbangi dia, aku pun menjilati dan mengisap-isap puting susunya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Darahku semakin mendidih rasanya saat pantatnya terus memutar-mutar mengimbangi gerakan naik-turun pantatku. “Mass, Yee, Yeeyeen mau,” katanya terputus. Aku semakin kencang menaik-turunkan gerakan pantatku. “Aaooww mass, please mass” erangnya semakin tak karuan. “Yee, Yeyeen mauu, kee, kkeeluaarr mass,” ia semakin meracau. Namun tiba-tiba, “Krriingg..” “Aaooww, Mas ada yang datang Mas..” bisik Yeyen sambil tanpa hentinya mengoyang-goyangkan pantatnya. “Yenn,” suara seseorang memanggil dari luar. “Cepetan buka Yenn, aku kebelet nih,” suara itu lagi, yang tak lain adalah suara Ratri kakaknya sekaligus istriku. “Hah, Mbak Ratri Mas,” katanya terperanjat. Yeyen seperti tersambar petir, ia langsung pucat dan berdiri melompat meraih celana dalam dan celana pendeknya yang tercecer di lantai dapur. Sementara aku tak lagi bisa berkata apa-apa, selain secepatnya meraih celana dan memakainya. Sementara itu suara bel dan teriakan istriku terus memanggil. “Yeenn, tolong dong cepet buka pintunya. Mbak pengen ke air nih,” teriak istriku dari luar sana. Yeyen yang terlihat panik sekali, buru-buru memakai kembali celananya, sambil berteriak, “Sebentarr, sebentar Mbak..” “Mas buruan dipake celananya,” Yeyen masih sempet menolehku dan mengingatkanku untuk secepatnya memakai celana.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Ia terus berlari ke arah pintu depan, setelah dipastikan semuanya beres, ia membuka pintu. Aku buru-buru berlari ke arah ruang televisi dan langsung merebahkan badan di karpet agar terlihat seolah-olah sedang ketiduran. “Gila,” pikirku. “Huu, lama banget sih buka pintunya? Orang dah kebelet kayak gini,” gerutu istriku kepada Yeyen sambil terus menyelong ke kamar mandi. “Iya sori, aku ketiduran Mbak,” kata Yeyen begitu istriku sudah keluar dari kamar mandi. “Haa, leganyaa,” katanya sambil meraih gelas dan meminum air yang disodorkan oleh adiknya. “Mas Jeje mana Yen?” “Tuh ketiduran dari tadi pulang ngantor di situ,” kata Yeyen sambil menunjuk aku yang sedang berpura-pura tidur di karpet depan televisi. “Ya ampun, Mas kok belum ganti baju sih?” kata istriku sambil mengoyang-goyangkan tubuhku dengan maksud membangunkan. “Pindah ke kamar gih Mas,” katanya lagi. Aku berpura-pura ngucek-ngucek mata, agar kelihatan baru bangun beneran. Aku tak langsung masuk kamar, tapi menyolong ke dapur mengambil air minum. “Lho katanya pulang ntar abis magrib, kok baru jam setengah lima udah pulang? Kamu pulang pake apa?” tanyaku berbasa-basi pada istriku. “Nggak jadi rapatnya Mas. Pake taksi barusan,” jawab dia. “Lho, kamu lagi masak toh Yen? Kok belum kelar gini dah ditinggal tidur sih?” kata istriku kepada Yeyen setelah melihat irisan-irisan tempe berserakan di meja dapur. “Mana berantakan, lagi,” katanya lagi. “Iya tadi emang lagi mo masak.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.32px; margin-top: 6px;"></div><div style="text-align: justify;"><span style="line-height: 19.32px;">Tapi nggak tahan ngantuk. Jadi kutinggal tidur aja deh,” Yeyen berusaha menjawab sewajarnya sambil senyum-senyum. Sore itu, tanpa mengganti pakaiannya dulu, akhirnya istrikulah yang melanjutkan masak. Yeyen membantu seperlunya. Sementara itu, aku hanya cengar-cengir sendiri saja sambil duduk di kursi yang baru saja kupakai berdua dengan Yeyen bersetubuh, walau belum sempat mencapai puncaknya. “Waduh, kasihan Yeyen. Dia hampir aja sampai klimaksnya padahal barusan, eh keburu datang nih mbaknya,” kataku sambil nyengir melihat mereka berdua yang lagi masak</span></div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-1967953865033372182015-11-19T05:16:00.000-08:002016-04-28T12:48:35.771-07:00Ku Setubuhi Istri Orang Yang Menyetubuhi Istriku<div style="text-align: justify;">Sesampainya di rumah setelah terbang sana terbang sini di beberapa kota masih di Pulau Jawa maupun di Pulau Kalimantan dan Sulawesi selama 7 minggu ini untuk urusan bisnis kayu dan hasil-hasil bumi lainnya, tubuhku mulai dilanda letih dan penat luar biasa. Namun secara psikologis justru sebaliknya, aku mulai dapat merasakan suasana rileks dan tentram. Merasa at home dan ingin selekasnya menemui mantan kekasihku, sang isteri tercinta. Hal ini cukup membantu keseimbangan diriku sehingga tidak membuatku dilanda senewen. Karena penerbangan yang kuambil adalah sore jam 6 dari Surabaya, maka masih sore pula sekitar jam 7.30 aku sudah mendarat dan lalu setengah jam kemudian dengan menggunakan jasa taksi aku sudah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi. Lalu lintas tidak macet karena ini hari Minggu. Dari luar ruang tamu nampak terang disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja. Aku yang berusia 38, isteriku 31, pembantu laki-laki 52, dan pembantu wanita 44. Oh ya, setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-T2VXP86JPkU/Vk3LK8i7IcI/AAAAAAAAAOg/uTNDqYw-c0s/s1600/186.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-T2VXP86JPkU/Vk3LK8i7IcI/AAAAAAAAAOg/uTNDqYw-c0s/s1600/186.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jadi semakin menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis karena belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah selama ini bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami. Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan oleh pembantu wanitaku karena kebetulan dia pas lagi mau keluar untuk membuang sampah. Setelahnya dia kembali ke kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali sisi kiri karena kepotong kamar-kamar pembantu dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter. Benar, pintu tidak dikunci dan aku masuk dengan senyap demi membikin isteriku kaget. Aku suka sekali dengan permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur ke pelukanku dan dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dan itu sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu lama pula, rekorku pernah sampai 3 bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kami tidaklah demikian, namun 5 tahun belakangan ini yah begitulah. Dampaknya adalah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun kualitasnya. Kali ini aku menangkap suasana lain. Memang biasanya sebelum pulang aku memberitahukan isteriku bahwa dalam 2 sampai 5 hari bakal pulang. Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih dahsyat pekikan-pekikan kangen isteriku itu. Di ruang tamu TV menyala agak keras. Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana dan sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. Ah mungkin lagi tidur barangkali di kamar pikirku. Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas. Kuletakkan pantatku di atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada sekitar 5 menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar tidur kami berada.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, namun hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin mengintip kegiatan isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi lelap dengan pose yang aduhai. Ataukah lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku. Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada 2 manusia. Jelas salah satu sosoknya adalah isteriku, mana mungkin aku pangling. Dia lagi mengangkangi seseorang. Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan. Sulit kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan tertahan seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual. Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari. Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan dan makin kencang. Rasa penasaranku sudah mulai dicampur aduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ini lebih dahsyat ketimbang menonton film-film bokep terpanas sekalipun. Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang pasti bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai tuntas. Kontolku mulai mengejang. Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya memek isteriku yang dijadikan sasaran. Aku semakin ngaceng. “Ohh.. Sshh…” suara desisan isteriku berulang-ulang. Telaten sekali si pria (aku sudah menangkap sosok lawannya dengan jelas adalah pria) sehingga isteriku mulai bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali. “Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..”. Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Karmin pembantu priaku yang tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengenali sosoknya. Belum sempat aku banyak berpikir kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..” Semakin binal kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah berada di awang-awang kenikmatan. Aku juga semakin dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku sendiri. “Ahh…” Ah isteriku akhirnya jebol juga. Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Karmin masih meneruskan aktivitasnya. Sebentar kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (meskipun sudah tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang secara fisik membutuhkan kekuatan). Dimainkan jari-jarinya di liang memek isteriku. Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin kencang kocokan jari Pak Karmin pada memek isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali dibuat mabuk kepayang. Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Karmin sudah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku. Busseett gede juga nih punya si tua bangka. Semakin menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana memek isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan. “Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..”. Pelan-pelan dipompanya memek isteriku dengan godam si Mr. Karmin. Mulai menggila kembali goyangan pantat isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu. “Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..” Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan Mr. Karmin tak tinggal diam menyenggamai buah dada isteriku yang telah menjulang tegak. Wuuhh gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Setelah hampir 10 menit diangkatlah tubuh isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging. Gaya anjing rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang memek isteriku dihunjam dari arah belakang. Konsistensi gerakan anjing yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku semakin mengobarkan hasratku. “Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..” Pompaan Mr. Karmin semakin lama dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu.. Teruss.. Paakkhh..” Kupikir bakalan selesai eh ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. Karmin menyetubuhinya sambil berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita memergokiku sedang mengintip. Karena jengah atau bagaimana Mrs. Karmin merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan tergesa. Pembantuku adalah suami isteri. “Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh..” “Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu..” “Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh” Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terakhir dan terbesar yang disertai ledakan kenikmatan luar biasa. Mr. Karmin akhirnya jebol juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan perlahan sekali menutup pintunya. Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku senewen ingin menuntaskan hasratku. Ketika sampai dapur kulihat Mrs. Karmin sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam keadaan bingung dan resah. Kudekati dia ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan hatinya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama aku tidak di rumah. “Sudah sering kejadianya Mbok?” tanyaku. Dia mengangguk. “Maafkan isteriku yah” Entah kenapa tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini dia tidak berani menatapku. Kali ini mungkin dia sedang kesepian dan masygul hatinya. “Ayo ke kamarmu Mbok.” Hasratku masih tinggi dan harus dituntaskan. Kami saat ini sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Ketika sampai kamarnya yang agak sempit itu, kusuruh dia duduk di ranjang. Kupegang tangannya dan kuelus. Sosok wanita ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun tidak semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak terlalu melambung. Tetek cukup besar setelah kusadari saat ini. Dia selalu memakai kebaya dan kain. Kepalanya ditimpakan di dadaku. Meskipun dia lebih tua dari aku namun dalam kondisi begini dia memerlukan kekuatan dari dada laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur. Tapi tidak terlalu menyengat. Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian. Mulai kuusap lengannya. Semakin erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku. Sambil mengusap lengan kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang sampai akhirnya kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dia mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh. Kubaringkan. Menurut saja. Kubuka bagian dada dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Ehhmm.. Eehhf..” Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya. “Ehh.. Ehhshs..” Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya. “Ehhss.. Ehhss.. Oohh…” tergolek kanan kiri kepalanya. Kutindih dia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek sampai leher kanan kiri dengan lidahku. “Oohh.. Paakk.. Oohh..” Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya pasif. Lalu dia mulai mengerti dan kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak suara kuluman kami. Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek wilayah memeknya. Mengerinjal pantatnya. “Esshh.. Ehhss.. Oohh…” desahnya berulang-ulang. Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing setelah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung rambut sampai kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat wanita membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya lebat sekali dan cenderung tidak rapi. Luar biasa. Karena hasratku yang sudah tinggi sejak tadi langsung kugumul Dia dan menjatuhkannya di ranjang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, tetek, ketek (di sini aku berlama-lama karena penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan memeknya. Kumainkan lidahku memutari labia mayoranya. “Oohh.. Paakk.. Ohh..” Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku tidak jijik kali ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini. “Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass..” Dia memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya kujebloskan kontolku ke memeknya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa. Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam. Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Karmin ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya. “Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.” Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami memeknya dari belakang. Kami bersetubuh dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Namun dia telungkup sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal. Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya memeknya yang rimbun itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs…” begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak. Akhirnya setelah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di dalam memeknya. Cairan miliknya sampai tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku juga demikian saking tidak tertampungya semprotan maniku. Kubiarkan kontolku masih terbenam sambil aku tetap menindihnya. Aku jilatin lagi leher dan pipinya sampai kontolku sudah lemas tak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat kami campur aduk membanjiri spreinya yang sudah agak kusam itu. Sejak saat itu bila aku pulang dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs. Karmin terlebih dahulu untuk bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah setelah maniku terhambur ke memeknya yang mudah basah itu. Malah boleh dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku sendiri. Suatu kali Mr. Karmin memergokinya ketika mau ambil rokok, namun aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi dia mafhum saja. Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk melakukan sex party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena aku masih merasa risih kalau rame-rame begitu.</div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-54462124846758086012015-10-29T19:13:00.000-07:002016-04-28T12:48:35.788-07:00Istriku Digagahi Mbah Pijat Didepanku 2<h1 style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 18px;">Istriku Digagahi Mbah Pijat Didepanku 2</span></h1><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Cerita Bokep Hot - Benda itu mendengus dan tampak olehku asap seluar dari liang berbibirnya menyembur bulu bulu kemluan istriku yang langsung memejamkan kedua matanya dan mendesis “Mmmmpppppfffzzzzzz ??.” Tiba ?tiba benda itu mematuk ke bagian atas kemaluan istriku dan “Itiiiilkuuuuuu mbaaaaaah ?..”meluncur kata kata istriku seperti seorang pelacur saat lubang berbibir benda itu melahap kelentit istriku. “Mbaaah ? ooohh ?.. hgggghhhh ?. mmmmmppppffzzzz?,”istriku merintih rintih dan pantat bahenolnya berguncang tangan kirinya meremas sprei dan tangan kanan istriku memeluk pinggang Mbah Pairan kencang. Keringat istriku mengucur deras nafasnya menderu deru menahan nafsu birahinya<o:p></o:p></span></div></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;"><br /></span></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-6hIVh9W1DIo/VjLRDlIP3XI/AAAAAAAAAFw/yiQmfdsus1U/s1600/Cerita%2BBokep%2BHot%2BMbah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Bokep Hot Istri Digagahi Mbah" border="0" height="186" src="http://4.bp.blogspot.com/-6hIVh9W1DIo/VjLRDlIP3XI/AAAAAAAAAFw/yiQmfdsus1U/s320/Cerita%2BBokep%2BHot%2BMbah.jpg" title="" width="320" /></a></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;"><br /></span></div></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Rupanya benda itu semakin ganas mengulum dan menyedot nyedot kelentit istriku sehingga tubuh istriku benar benar bergetar hebat, tangan kiri istriku meremas sprei ranjangnya hingga “mmmmppppffzzzz akuuuuuuu ngaaaaaak tahaaaaaan mbaaaaaah ?. akuuuuuu keluaaaaaar ??..”erang istriku dan pantat bahenol istriku tersentak sentak dan kedua kakinya mengejang lurus terkangkang mencapai orgasme di sore hari itu.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Mbah Pairan membiarkan istriku sampai nafasnya tenang dan kemudian menegakkan tubuh istriku yang lunglai berdiri dan memeluk istriku dari belakang dimana kedua payudara istriku keluar dari blaser kuningnya dan rok spannya tersingkap sampai diperutnya. Mbah Pairan menuntun istriku ke ranjangku. Kulihat benda itu membujur sepanjang bibir vagina istriku dan Mbah Pairan memelorotkan celana dalam sutera istriku sampai di lututnya. Aku hanya dapat menelan ludah saat benda itu mulai bergerak seperti gerakan mengempot bibir vagina istriku yang langsung mendesis desis “hhhheggggghhhhh enaaaaak enaaaaak maaaas akuuu dikempoooot ?.ennnaaaaak hhhhhghghghghg ?.”Pantat bahenol istriku bergoyang ke kiri kenan dan ke atas merasakan kenikmatan empotan benda itu pada bibir vaginanya. Tak lama kemudian desis istriku semakin keras dan “itiiiilkuuuuuuu ?.eehehghghghgghhh eeeempiiiiikuuuu ?. maaaas akuuuu keluaaaar ??”kembali untuk kedua kalinya pantat bahenol istriku tersentak sentak begitu kerasnya saat orgasme keduanya berlangsung.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Mbah Pairan tetap memegang tubuh istriku yang lemas dengan tangan kirinya di perut istriku, sementara tangan kanannya menarik paha kanan istriku hingga berdiri terkangkang. Kulihat benda ulat itu tetap mengulum kelentit istriku dan tiba tiba ekor ulat itu mengacung ke atas dan tangan kanan Mbah Pairan langsung membuka lebar bibir vagina istriku yang basah dan ulat itupun melingkarkan bagian ekornya saat Mbah Pairan membuka lebar-lebar Akupun merinding aaat ekar ulat itu menempel di bibir vagina istriku yang terbuka itu dan “Eeeeegggghhhhhh ?. `istriku mendesah saat ujung ekor ulat itu merambat menembus liang vagina istriku. “Mbaaaaah jangaaaaaan eeehhhgggggghhhhh ?..”istriku mendesah keras saat ekor ulat itu semakin dalam menusuk liang vagina istriku.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Secara refleks istriku membuka kedua kakinya dan tubuhya menyorongkan tubuhnya ke depan sehingga kedua payudara montok istriku yang menggantung segera ditangkap oleh tangan kanan Mbah Pairan dan meremas remas payudara istriku, sedangkan tangan kirinya yang menopang tubuh istriku ikut ikutan meremas remas payudara istriku. Tubuh istriku mengelinjang tak karuan menerima tiga sengatan birahi sekaligus, dimana kedua payudaranya secara bergantian di remas remas tangan mbah Pairan, sedangkan kelentitnya dikulum dan disedot sedot mulut ulat itu dan liang vagina istriku dijejali tubuh ulat yang berbulu seperti duri dan bergurat di tubuh ulat itu. Pantat istriku menungging nungging dan kedua tangan istriku ke belakang memegang kencang pinggul Mbah Pairan yang menggesek gesekkan selangkangannya ke pantat istriku. “Ngngnghhhhhh ?.. mbaaaaahhh ?..zzzzzzzz eeeeeccchhhhhhh ? enaaaaaaaak ?.. xxzzzz ? heeeh ? mmmmmpppffzzzzz ?..” istriku mendesis desis tak karuan, sekali kali gerakan pinggulnya maju mundur dengan cepatnya.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">“Akuuuuuuu nggaaaak heh heh keluuuaaaaaaaaaaaaar ?? ngngngngngng ?..”istriku mengerang saat orgasme ketiganya dan tubuh istriku terhuyung ke depan dan tersungkur di lantai, sedangkan kedua kakinya menekuk kedua lututnya menopang tubuhnya yang bersimba peluh di lantai, sehingga posisi istriku menungging. Istriku benar-benar tak kuasa karena baru kali ini istriku orgasme lebih dari dua kali dan kulihat Mbah Pairan yang menopang tubuh istriku mengikuti arah tubuh istriku tersungkur di belakang tubuh istriku dan melihat istriku menungging, Mbah Pairan langsung membuka kedua bulatan pantat bahenol istriku sehingga anus istriku terlihat. Mbah Pairan semakin membuka pantat istriku dan anus istriku pun terbuka dan tanpa jijik Mbah Pairan menjilati anus istriku yang membuat tubuh istriku berkelejot dan tersentak, “Mbaaaah jangaaaaaan anuuuusskuuuuu ?..heeeeghghgh ?..oooh .. oooh ? enaaaaak ?..zzzzzzccccchh ??.” istriku mengerang erang tak karuan tubuhnya seolah menggigil dan pantat istriku seolah disengat oleh listrik ribuan volt goyangannya menggetarkan pantat bahenolnya. “Uuuuuummmpppppffffzzzz ??”istriku melenguh saat Mbah Pairan menjulurkan lidahnya menembus masuk lubang anus istriku dan kepala Mbah Pairan maju mundur mengeluar masukkan lidahnya yang panjang ke dalam anus istriku.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Erangan istriku semakin kencang dan tubuh nya bergetar hebat menerima rangsangan di lubang anusnya, kelentit dan liang vaginanya bersamaan, sehingga desisan istriku seolah seperti orang yang menangis tersedu sedu merasakan nikmatnya rangsangan Mbah Pairan dan ulat yang menyumpal liang vaginanya.. “Ngngngngccchhhhhhhheeehhhhhhhhh ???”istriku mengigit bibirnya matanya terpejam dan kedua tangannya tergenggam erat dan “Wwwwwuuuuooooooooogggghhhhhh ??..’istriku mengerang dan pantat bahenolnya tersentak sentak saat mencapai orgasmenya yang ke empat dan tubuh istriku tengkurap dan tersungkur di lantai. Hanya pantat bahenol istriku yang sekali kali bergetar hebat dan tubunya tak kuasa bergerak dan nafas istriku masih memburu, kedua matanya tertutup, mulutnya masih mendesis desis lemah menikmati kenikmatan baru dimana ketiga serangan birahi di daerah paling sensitif istriku di serang dengan gencarnya.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Tiba tiba Mbah Pairan memelorotkan celana pendek komprang hitamnya dan tersembullah batang kemaluannya yang sudah menegang kaku sebesar lampu TL 40 watt dan mempunyai ujung seperti jamur besar itupun di pegang oleh tangan kanannya dan menarik kedua pangkal paha depan istriku sehingga istriku menungging kembali dan kedua tangannya kembali membuka kedua bulatan pantat bahenol istriku sehingga lubang anus istriku menganga kembali dan Mbah Pairan meludahi lubang anus istriku dan lidahnya menjulur lagi menerobos masuk ke lubang anus istriku dan Mbah Pairan terus meludahi dan mengeluar masukkan lidahnya hingga benar-benar penuh ludah Mbah Pairan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Mbah Pairan memegang batang kemaluannya kembali dan “Zzzzzzaaaaangaaaaaaan mbbbaaaaahhh aaammmpppfffuuunn heeeeegghhhhhh ?”desis istriku lemah saat Mbah Pairan dengan tenaganya yang masih greng itu menekan kepala jamur penisnya ke lubang anus istriku. istriku mengerang dan mengernyitkan dahinya dan “Mmmmmpppfpff ??.” pantat istriku bergetar lagi saat ulat itu mulai merangsang kelentit dan liang vagina istriku dan “Heeeeeeccccccgggghhhh ??”istriku melenguh saat kepala jamur batang kemaluan Mbah Pairan perlahan tapi pasti melesak ke lubang anus istriku. “Amppuuuuuucccccchhhhhh ?.ampuuuuuun mbaaaaaah saaaakkkiiiii eeeeeeeh ?.. “pantat istriku bergetar lagi, rupanya setiap Mbah Pairan menekan penisnya ke lubang anus istriku, ulat yang menyumpal di liang vagina istriku bergetar dan mulut ulat itu menyedot kelentit istriku bersaamaan sehingga batang kemaluan Mbah Pairan semakin lama semakin dalam di lubang anus istriku. Begitu batang kemaluan Mbah Pairan masuk seluruhnya di lubang anus istriku, Mbah Pairan pun mulai menarik kembali dan memasukkan kembali batang kemaluannya di dalam lubang anus istriku dan suara “slep slep slep” semakin lama semakin cepat terdengar dan tubuh istriku kedepan ke belakang mengikuti genjotan pantat Mbah Pairan mengeluar masukkan batang kemaluannya di lubang dubur istriku.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">“Mbbbbbaaaaah akuuuuuu ??.” rintih istriku “Akuuuu jugaaaa jeng Yatiiiiii ??.” erang Mbah Pairan semakin cepat menggenjot batang kemaluannya di lubang vagina istriku dan “Mbaaaaaah Pairanoooooooooo ??.”istriku mengerang lirih dan Mbah Pairan menghujam batang kemaluannya dalam dalam ke lubang anus istriku yang mengalami orgasme ke lima dan tangan Mbah Pairan menarik pangkal paha istriku hingga pantat Mbah Pairan menyodok nyodok pantat bahenol istriku karena air manimya muncrat di dalam anus istriku dan bunyi “preeeet preeeet” seperti orang buang angin terdengar dari lubang anus istriku dan rupanya air mani Mbah Pairan keluar dari tekanan lubang anus istriku yang tersumpal oleh batang kemaluan Mbah Pairan yang cukup besar itu. Mereka kemudian menggelepar dan tersungkur bersamaan tubuh tua renta itu menindih tubuh sintal istriku yang benar benar lunglai melayani lelaki tua itu.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Keduanya pun tertidur karena kelelahan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Sekitar pukul tujuh malam, istriku terbangun dan langsung mandi keramas. Istriku mengenakan stelan blaser dan rok span coklat muda malam itu dan kulihat istriku tanpa mengenakan BH dan celana dalamnya berhias diantara dua ranjang berdiri di depan cermin. Mbah Pairan tak lama kemudian bangun dan mandi. Begitu istriku selesai berhias, Mbah Pairan pun selesai mandinya tanpa menggunakan apapun sehingga batang kemaluannya yang sebesar lampu TL 40 watt dan ujungnya yang seperti jamur besar itu sudah menegang kaku. Mbah Pairan mendekati istriku dari belakang dan memeluk tubuh istriku, tangan kirinya langsung meremas payudara kiri istriku, sedang tangan kanan Mbah Pairan langsung menelusuri perut istriku dan kemudian menyingkap rok span istriku bagian depan dan menyusupkan tangan kanannya menggerayangi selangkangan istriku. Tak lama kemudian bunyi kecepak “cek cek cek” di selangkangan istriku pun terdengar dan istriku mulai mendesis desis “Heeeeh heeeh heeeeh mbaaaaah ???” Pantat bahenol istriku pun mulai menungging nungging dan tangan kiri Mbah Pairan membuka resleting rok span istriku dan menariknya ke atas, kedua kaki istriku semakin terkangkang karena tangan kanan Mbah Pairan semakin gencar mengocok dan mengelus bibir vagina istriku yang semakin basah yang menimbulkan suara kecepak yang semakin keras di selangkangan nya. Tangan kiri Mbah Pairan mendorong tubuh istriku ke depan sehingga tubuhnya bertumpu di meja rias dan punggung istriku sejajar dengan kepalanya yang mendekati cermin meja rias.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Mbah Pairan kemudian memegang pangkal batang kemaluannya yang menegang kaku dan dari belakang mengarahkan ujung batang kemaluannya yang seperti jamur ke liang vagina istriku dan rintihan istriku pun terdengar: “Mbaaaaah jaaaanggggggg ?. uuuppppppffff besaaaar mbaaaaah oooooh maaas ?. akuuu disetubuhi mbaaah Pairanooo ?.ooooh maaass mekaaaar membesaaaaar hheghghghgh sesaaak liang kuuuu maaaaas ??.ooooh menjuluuuuur ke dalam liaaangkuuu eeeeh eh eh eh akuuu ngaaaak kuaaaat maaaas akuuu keluaaaaaarrr ??..ngngngngngngngng ?..”istriku mengerang dengan hebatnya,pantat bahenolnya tersentak sentak sehingga batang kemaluan Mbah Pairan secara otomatis amblas seluruhnya ke dalam liang vagina istriku. “Mmmmmppppfffffff kok membesssaaaaar ?.. oooooh ?.. semakiiin dalaaaaam maaaas ?..maaaas hheeeeghhh ?. mekaaaaaar ?.. ffffff ?. akuuuu mmmmmmngngngngngngngng ??.”istriku kembali mencapai orgasmenya ke dua malam itu atau ke tujuh sejak siang tadi disetubuhi Mbah Pairan. Tubuh istriku limbung dan Mbah Pairan memeluk istriku yang sempoyongan karena lutut istriku tak kuat menahan berat tubuhnya sendiri karena tenaga istriku terkuras melayani nafsu syahwat lelaki tua itu yang terus mengenjot menyetubuhi istriku tanpa ampun.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Tubuh istriku pun terjatuh di ranjangku dan posisi kakinya di kepalaku sehingga terlihat jelas batang kemaluan Mbah Pairan tengah menyumpal liang vagina istriku yang tertelungkup. “Mbaaaaah aku diboooooooor ???” rintih istriku dan kulihat Mbah Pairan tanpa mengenjot pantatnya, batang kemaluannya terlihat dengan jelas membesar mengecil dan rupanya memanjang memendek seperti mata bor melubangi kayu. “Mbaaaaaah akuuuuu keluaaaaar lagiiiiiiii ??”rintih istriku mencapai orgasme yang ketiga malam itu dan batang kemaluan Mbah Pairan terus mengebor liang vagina istriku, dan istriku merintih berkali kali. Selanjutnya istriku terus menerus mengerang dan orgasme ke 4 kalinya, Mbah Pairan menyetubuhi istriku sampai pagi dan entah berapa kali istriku mengalami orgasme, sehingga keesokkan paginya istriku sulit berjalan, kata istriku bibir vaginanya membengkak, hingga dengan terpaksa istriku tak memakai celana dalamnya pada hari ke dua seminar itu.<o:p></o:p></span></div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-14008743857419731892015-10-29T19:12:00.000-07:002016-04-28T12:48:35.822-07:00Istriku Digagahi Mbah Pijat Didepanku 1<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><h1 style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Istriku Digagahi Mbah Pijat Didepanku 1</span></h1><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Cerita Bokep Hot Aku mengantarkan istriku di sebuah seminar dua hari di sebuah hotel berbintang dan aku menginap di suatu penginapan di kota itu, untuk menghemat ongkos kamarnya cukup bagus dan kamar yang tersisa hanya kamar double beds. Istriku ditunjuk sebagai wakil dosen di universitasnya dan rencananya seminar itu akan siadakan dua hari dimana dimuali pukul 8 pagi sampai pukul 2 siang.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;"><br /></span></div></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">IstrIku yang bahenol saat itu mengenakan blaser kuning berleher rendah sehingga kedua payudara montoknya tampak dari balik blaser kuningnya dan tampak remang remang puting susu istriku di balik blasernya karena saat itu istriku yang sudah berumur 40 tahun memakai BH tipis dan pantat bahenolnya begitu menggoda saat berjalan dengan goyangannya karena istriku memakai rok span elastis hitam walaupun perutnya sudah tak kecil lagi dan memakai sepatu bertumit tinggi.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-6hIVh9W1DIo/VjLRDlIP3XI/AAAAAAAAAFs/8v-qwx3kSMA/s1600/Cerita%2BBokep%2BHot%2BMbah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Bokep Hot Istri Digagahi Mbah" border="0" height="186" src="http://1.bp.blogspot.com/-6hIVh9W1DIo/VjLRDlIP3XI/AAAAAAAAAFs/8v-qwx3kSMA/s320/Cerita%2BBokep%2BHot%2BMbah.jpg" title="" width="320" /></a></div><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Sering aku berpikiran buruk agar istriku menyeleweng dan aku dapat menemuinya dengan mengintip bagaimana saat istriku “digarap” lelaki tua. Istriku memang pernah cerita kalau salah satu mahasiswanya di kelas yang berada di luar kota pernah “mempermainkan” daerah sensitifnya di selangkangannya, sehingga istriku tak berani berdiri lama-lama di kelas dan duduk di meja pengajar yang ditutup oleh taplak meja saja.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">“Mas nanti nggak usah dijemput karena sudah disediakan angkutan oleh panitia. Mas, capai tidur saja, kalau mau pijit saja, biar nanti malam tambah ‘greng’,tapi jangan dipijit cewek lho” kata istriku “Yah, cari tukang pijit kakek kakek, sekalian mijit mijit anumu ?.” kataku berseloroh “Biar, selain memijit juga menyuntik iniku,” kata istriku tertawa sambil menunjuk selangkangannya “Bener ?”kataku “Boleh kan, mas? tanya istriku “Kau memang pingin to, dik?” tanyaku “Ya, aku pingin mas,” kata istriku vulgar menatapku dengan tajam “Boleh, kan?” kata istriku merayu “Kalau kau suka dan senang ?” jawabku<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Sesampai di penginapan, aku minta resepsionis untuk mencarikan tukang pijit. Sampai aku makan siang, barulah muncul tukang pijit itu, orangnya tua memakai ikat kepala dan membawa tas kulit kumal, berbaju hitam, dan celana komprang selutut, dia menyuruhku memakai sarung.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">“Siapa namanya, pak,” aku bertanya saat tukang pijit mulai memijitku. “Orang memanggil saya, Mbah Pairan, mas,” katanya Menurut ceritanya, dia ahli pijit urat dan bisa membuat lelaki tambah greng dan dia mampu memperbesar kemaluan laki laki dan segudang cerita lainnya, bahkan ada cerita Mbah Pairan yang membuatku bergidik, yaitu kalau dia bisa membangkitkan gairah seorang wanita tanpa menyentuh. Dia bahkan pernah membuat salah satu istri pejabat jauh- jauh datang dan menginap di rumahnya di desa untuk minta dipuaskan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Mbah Pairan terus memijit dan akhirnya aku disuruh bersandar di tempat tidur dan menyuruh menyingkapkan sarungku dan kurasakan kesakitan pada saat aku dipijit batang kemaluanku dan beberapa saat kemudian kulihat batang kemaluanku membesar dan kudengar pintu dibuka, Mbah Pairan cepat-cepat menutup sarungku, kulihat istriku masuk. “Simpananmu, mas?”tanyanya berbisik saat melihat istriku. “Istri saya, mbah,”kataku “Ah, jangan bohong, perempuan ini bisa “dipakai”,”katanya. Belum sempat aku menjawab “Aku juga bisa membuat mas tak berkutik,”katanya dan aku meringis kesakitan saat kurasakan perut kebawah seperti mengejang dan aku tak dapat bergerak.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">“Sudah pijatnya, mas,”kata istriku “Belum, jeng,” Mbah Pairan yang menjawab. “Kenalkan ini istri saya, Mbah Pairan,”kataku. “Bener to, jeng?katanya. “Lho, iya mbah kan hotel ini nggak boleh bawa-bawa, memang apa mbah melihat saya oang yang nggak bener” kata istriku sambil menjulurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan Mbah Pairan. “Saya istrinya,” istriku memperkenalkan diri mendekati Mbah Pairan yang duduk di pinggir ranjangku. “Saya, Mbah Pairan,”katanya dan tangannya bersalaman dengan tangan istriku. “Heeh ?”kudengar istriku mendesis lirih.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">“Saya kira jeng wanita simpanan kang mas ini,”kata Mbah Pairan. “Wah, kebetulan saya bawa surat nikah, mbah,”kata istriku mengambil surat nikah dari tasnya dan menyodorkan setengah membungkuk dan kulihat mata Mbah Pairan langsung tertuju di blaser kuning istriku yang berleher rendah dan Mbah Pairan menatap tajam gundukan daging payudara istriku bagian atas.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">“Jeng, pijet ya,” kata Mbah Pairan “Saya, nggak biasa dipijat ?.”kata istriku terputus “Nggak Mbah Pairan nggak perlu megang?.”katanya sambil berdiri dan menuju ranjang satunya, aku tak dapat berbuat apa apa saat istriku merebahkan dirinya di kasur empuk itu tanpa melepas sepatu tumit tingginya. Mbah Pairan duduk dipinggir ranjang pantatnya bersebelahan dengan pantat bahenol istriku yang rebahan. Kulihat Mbah Pairan membuka telapak tangannya dan hanya segenggam jaraknya dari tubuh istriku bergerak diatas tangan kanan istriku, tangan kirinya dan kedua betis istriku.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">“Gimana jeng, enak”tanya Mbah Pairan “Waah, kok bisa ya nggak nyentuh rasanya seperti dipijit “kata istriku “Enak kan jeng,” Mbah Pairan bertanya lagi “Ya ?”kata istriku “Ya apanya?”tanya Mbah Pairan “Enak rasanya..”kata istriku “Jeng, Siapa namanya?”tanya Mbah Pairan “Yati, mbah?”jawab istriku “Jeng Yati, tadi enak, kan?tanya Mbah Pairan lagi “Iya, mbah enak,” kata istriku “Kalau ini nggak enak Jeng Yati, tapi nikmat..”kata Mbah Pairan<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Kulihat Mbah Pairan mengembangkan telapak tangannya diatas kedua payudara istriku dan “Mbaaaah ?”istriku mendesah saat Mbah Pairan menutup telapak tangannya dan membuka lagi seolah Mbah Pairan tengah meremas remas payudara montok istriku. “Mbaaah jangaaan, mbaaah,” istriku mendesis dan kedua tangan istriku menekan dibawah ketiaknya sehingga kedua payudara montoknya semakin menggelembung dari balik blaser nya. “ooh mbbaaaaah Pairanooo ?.”istriku merintih ketika tangan Mbah Pairan semakin cepat membuka menutup meremas dari jauh kedua payudara montok istriku yang masih terbalut blaser kuningnya. “Hhhheeeggghhhhhh ??”istriku mendesah saat salah satu tangan Mbah Pairan seolah memelintir puting susu istriku dan tampak jelas kedua puting susu istriku tersembul dari balik blaser nya. “maaas mbaaaah Pairanoooo tolooong maaass heeqqhhhh ?..”rintih istriku dan tersentak saat tangan Mbah Pairan sepertinya memelintir sambil menarik kedua puting susu istriku.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Mbah Pairan semakin lama semakin menguasai istriku dan rupanya istriku hanya bisa mendesis dan mendesah oleh perlakuan Mbah Pairan. “Ayo buka kancingnya,”perintah Mbah Pairan Istriku yang mengerang “Ngaaaaak mauuuu mbaaaah ?.engaaaaak ??.” istriku seperti ada yang menarik tubuhnya dan terduduk di ranjang walaupun mulutnya menolak tapi kedua tangannya membuka satu kancing blaser kuningnya dan aku tertegun saat istriku melepas kaitan BHnya di belakang dan menarik BHnya sendiri hingga tali talinya terputus. “Ayo mbah haus,” kata Mbah Pairan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Istriku membuka tiga kancing blaser nya dan dengan sendirinya kedua payudara montok istriku dimana kedua puting susunya yang menegang tersembul keluar dari blaser kuningnya.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">“Aku haus Jeng Yati, aku dari tadi capek mijit kangmasmu, tapi gak dikasih minum, aku pingin minum,”kata Mbah Pairan sambil seolah mengusap kedua payudara istriku yang langsung mengerang “mbaaah ??.. ngaaaaak mauuuuuuu ?.”, tapi istriku memegang paayudara kanannya bagian bawah dan menyodorkan ke mulut Mbah Pairan dan Mbah Pairan langsung mencaplok payudara kanan istriku yang disodorkan ke mulutnya. “Mbaaaaaah akuuuuu kooook oooohhhh rasanyaaaa air susukuuuu mau keluaaaar ?.mbaaaaah ??.”dan bunyi “srep srep” kudengar mulut Mbah Pairan menyedot nyedot payudara kanan istriku yang mengeluarkan air susu. Mbah Pairan menarik tubuh istriku hingga turun dari ranjang dan istriku kini berdiri menyorongkan badannya di depan Mbah Pairan yang duduk di ranjang karena tangan kiri Mbah Pairan memeluk punggung istriku sedangkan tangan kanan Mbah Pairan meremas remas payudara kiri istriku.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">“Maaaas akuuu koook jadiiii beginiiiii??..”desis istriku “oooooh enaaak mbaaaaaah??.”rintih istriku dan kedua tangan istriku memeluk kepala Mbah Pairan yang mengenakan ikat kepala. Rupanya sedotan Mbah Pairan pada payudara kanan istriku begitu kuat dan cepat hingga beberapa menit saja air susu payudara kanan istriku pun habis dan Mbah Pairan langsung melahap payudara kiri istriku dan kembali suara “srep srep” terdengar lagi saat Mbah Pairan dengan ganasnya menyedot air susu payudara kiri istriku yang terus mengerang tak karuan. Begitu ganasnya Mbah Pairan menyedot air susu payudara kiri istriku, istriku pun menekan kepala Mbah Pairan ke dadanya hingga ikat kepala Mbah Pairan terlepas dan kulihat kepala botak berambut jarang itupun tampak, gilanya istriku memeluk kepala Mbah Pairan. Tampak kedua mata istriku terpejam mendapat perlakuan ganas Mbah Pairan pada payudara kiri istriku dan Mbah Pairan menghentikan sedotannya saat air susu istriku habis.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">“Nikmat kan Jeng Yati,”tanya Mbah Pairan Istriku hanya diam dan menoleh padaku kemudian mendesis kembali saat telapak tangan kanan Mbah Pairan di depan selangkangan istriku. Ttangan kanan Mbah Pairan seolah menggosok selangkangan istriku sehingga istriku berjinjit karenanya. Rupanya Mbah Pairan mempermainkan istriku dan Mbah Pairan membiarkan istriku terus berjinjit jinjit sementara selangkangan istriku terangkat angkat ke atas sementara tangan kirinya meraih tas kulit kumalnya dan kudengar dari selangkangan istriku berbunyi “cek cek cek” menandakan lendir vagina istriku sudah keluar.<o:p></o:p></span></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">“Mbaaaah sudaaaaah mbaaaaah ampuuuun jangaaan teruuuskannn hghghgh ?.”desis istriku dan tubuh istriku limbung dan Mbah Pairan memeluk istriku dan mendudukan istriku di samping kiri Mbah Pairan. Kini istriku yang sudah lunglai tengah duduk dipeluk tangan kiri Mbah Pairan, kepala istriku bersandar dibahu kiri Mbah Pairan, kedua payudara montoknya keluar dari blaser kuningnya, sementara kedua kakinya yang bersepatu hak tinggi terkangkang lebar, sehingga celana dalam sutera putihnya tampak. Tangan kanan Mbah Pairan meraih bungkusan putih itu dan aku begitu ngeri dan jijik melihat sesuatu entah apa namanya, sesuatu sebesar batang kemaluan orang dewasa seperti ulat hijau mempunyai gurat gurat melingkar seperti sekrup dan mempunyai seperti duri duri di sana sini.<o:p></o:p></span><br /><span style="font-size: 13.5pt;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 13.5pt;">Bungkusan di tangan kanan Mbah Pairan didekatkan pada selangkangan istriku dan pluk benda itu melompat di paha kiri istriku yang langsung menjerit tertahan “Apa mbaaah ?..”erang istriku dan Mbah Pairan menyingkap rok span hitam elastis istriku dan begitu melihat sesuatu yang merambat dipaha kirinya, istriku langsung lunglai dipelukkan Mbah Pairan. “Lihat Jeng Yati,”katanya sambil memaksa istriku melihat benda yang merayap ke selangkangan nya. “Glek” kudengar istriku menelan ludah “Apaa ini yang merayaap mbaaaah jangaaan ?.mbaaaah ? ampuuun ? ” rintih istriku menghiba. Mbah Pairan bukannya mengambil benda itu, tapi malah menundukkan kepala istriku agar bisa melihat sedang apa benda yang semakin mendekati selangkangan istriku dan Mbah Pairan meyingkap celana dalam sutera istriku ke kanan sehingga bulu bulu kemaluan istriku yang lebat terlihat. </span><br /><span style="font-size: 13.5pt;"><br /></span><span style="font-size: 13.5pt;">Sambung ke <a href="http://adf.ly/1QmW3O">Istriku Digagahi Mbah Pijat Didepanku 2</a><span id="goog_1539952372"></span><span id="goog_1539952373"></span><a href="https://www.blogger.com/"></a><o:p></o:p></span></div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-47577039700899534352015-10-29T18:29:00.000-07:002016-04-28T12:48:35.838-07:00Diperkosa Oleh Dukun<h1 style="text-align: justify;">Cerita Bokep Hot Diperkosa Oleh Dukun</h1><div style="text-align: justify;">Cerita Bokep Hot Namaku Salmiah. Aku seorang guru berusia 28 tahun. Di kampungku di daerah Sumatera, aku lebih dikenal dengan panggilan Bu Miah. Aku ingin menceritakan satu pengalaman hitam yang terjadi pada diriku sejak enam bulan yang lalu dan terus berlanjut hingga kini. Ini semua terjadi</div><div style="text-align: justify;">karena kesalahanku sendiri. Kisahnya begini, kira-kira enam bulan yang lalu aku mendengar cerita kalau suamiku ada hubungan gelap dengan seorang guru di sekolahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Suamiku juga seorang guru di sekolah menengah di kampungku. Dia lulusan perguruan tinggi lokal sedangkan aku cuma seorang guru pembantu. Tanpa mencek lebih lanjut kebenarannya, aku langsung</div><div style="text-align: justify;">mempercayai cerita tersebut. Yang terbayangkan saat itu cuma nasib dua anakku yang masih kecil. Secara fisik, sebetulnya aku masih menawan karena kedua anakku menyusu botol. Cuma biasalah yang namanya lelaki, walau secantik apapun isterinya, tetap akan terpikat dengan orang lain, pikirku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-wsgRtRQAQ2M/VjLGx36KnJI/AAAAAAAAAFc/nsKQ2u5T1qg/s1600/Cerita%2BBokep%2BHot%2BDukun.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Sex Bokep Hot Dukun" border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-wsgRtRQAQ2M/VjLGx36KnJI/AAAAAAAAAFc/nsKQ2u5T1qg/s1600/Cerita%2BBokep%2BHot%2BDukun.jpg" title="" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diam-diam aku pergi ke rumah seorang dukun yang pernah kudengar ceritanya dari rekan-rekanku di sekolah. Aku pergi tanpa pengetahuan siapa pun, walau teman karibku sekalipun. Pak Itam adalah seorang</div><div style="text-align: justify;">dukun yang tinggal di kampung seberang, jadi tentulah orang-orang kampungku tidak akan tahu rahasia aku berjumpa dengannya. Di situlah berawalnya titik hitam dalam hidupku hingga hari ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pak Itam orangnya kurus dan pendek. Tingginya mungkin tak jauh dari 150 cm. Kalau berdiri, ia hanya sedadaku. Usianya kutaksir sekitar 40-an, menjelang setengah abad. Ia mempunyai janggut putih yang cukup</div><div style="text-align: justify;">panjang. Gigi dan bibirnya menghitam karena suka merokok.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku masih ingat saat itu Pak Itam mengatakan bahwa suamiku telah terkena guna-guna orang. Ia lalu membuat suatu ramuan yang katanya air penawar untuk mengelakkan diriku dari terkena santet wanita tersebut dan menyuruhku meminumnya. Setelah kira-kira lima menit meminum air penawar tersebut kepalaku menjadi ringan. Perasaan gairah yang tidak dapat dibendung melanda diriku secara tiba-tiba.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pak Itam kemudian menyuruhku berbaring telentang di atas tikar ijuk di ruang tamu rumahnya. Setelah itu ia mulai membacakan sesuatu yang tidak kupahami dan menghembus berulang kali ke seluruh badanku. Saat</div><div style="text-align: justify;">itu aku masih lengkap berpakaian baju kurung untuk mengajar ke sekolah pada petangnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah itu aku merasa agak mengkhayal. Antara terlena dan terjaga aku merasakan tangan Pak Itam bermain-main di kancing baju kurungku. Aku tidak berdaya berbuat apa-apa melainkan merasakan gairah yang amat sangat dan amat memerlukan belaian lelaki. Kedua buah dadaku terasa</div><div style="text-align: justify;">amat tegang di bawah braku. Putingku terasa menonjol. Celah kemaluanku terasa hangat dan mulai becek.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku dapat merasakan Pak Itam mengangkat kepalaku ke atas bantal sambil membetulkan tudungku. Selanjutnya ia menanggalkan pakaianku satu-persatu. Setelah aku berbaring tanpa sehelai pakaian pun kecuali</div><div style="text-align: justify;">tudungku, Pak itam mulai menjilat bagian dadaku dahulu dan selanjutnya mengulum puting tetekku dengan rakus. Ketika itu aku terasa amat berat untuk membuka mata.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah aku mendapat sedikit tenaga kembali, aku merasa sangat bergairah. Kemaluanku sudah mulai banjir. Aku berhasil menggerakkan tanganku dan terus menggapai kepala Pak Itam yang sedang berada di</div><div style="text-align: justify;">celah selangkanganku. Aku menekan-nekan kepala Pak Itam dengan agak kuat supaya jilatannya lidahnya masuk lebih dalam lagi. Aku mengerang sambil membuka mataku yang lama terpejam.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Alangkah terkejutnya aku saat aku membuka mataku terlihat dalam samar-samar ada dua sosok lain sedang duduk bersila menghadapku dan memandangku dengan mata yang tidak berkedip.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Bu Miah,” tegur seorang lelaki yang masih belum kukenali, yang duduk di sebelah kanan badanku yang telanjang bulat. Setelah kuamat-amati barulah aku bisa mengenalinya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Leman,” jeritku dalam hati. Leman adalah anak Pak Semail tukang kebun sekolahku yang baru saja habis ujian akhirnya. Aku agak kalang kabut dan malu. Aku coba meronta untuk melepaskan diri dari genggaman Pak Itam.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Menyadari bahwa aku telah sadarkan diri, Pak Itam mengangkat kepalanya dari celah selangkanganku dan bersuara. “Tak apa Bu, mereka berdua ini anak murid saya,” ujarnya sambil jarinya bermain kembali menggosok-gosok kemaluanku yang basah kuyup.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebelah lagi tangannya digunakan untuk mendorong kembali kepalaku ke bantal. Aku seperti orang yang sudah kena sihir terus berbaring kembali dan melebarkan kangkanganku tanpa disuruh. Aku memejamkan mata kembali. Pak Itam mengangkat kedua kakiku dan diletakkannya ke atas bahunya. Saat dia menegakkan bahunya, punggungku juga ikut terangkat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pak Itam mulai menjilat kembali bibir vaginaku dengan rakus dan terus dijilat hingga ke ruang antara vagina dan duburku. Saat lidahnya yang basah itu tiba di bibir duburku, terasa sesuatu yang menggelikan bergetar-getar di situ. Aku merasa kegelian serta nikmat yang amat sangat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Leman, Kau pergi ambil minyak putih di ujung tempat tidur. Kau Ramli, ambil kemenyan dan bekasnya sekalian di ujung itu,” perintah Pak Itam kepada kedua anak muridnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku tersentak dan terus membuka mata.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Bu ini rawatan pertama, duduk ya,” perintah Pak Itam kepadaku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku seperti kerbau dicocok hidung langsung mengikuti perintah Pak Itam. Aku duduk sambil sebelah tangan menutup buah dadaku yang tegang dan sebelah lagi menggapai pakaianku yang berserakan untuk menutup bagian kemaluanku yang terbuka.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah menggapai baju kurungku, kututupi bagian pinggang ke bawah dan kemudian membetulkan tudungku untuk menutupi buah dadaku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah barang-barang yang diminta tersedia di hadapan Pak Itam, beliau menerangkan rawatannya. Kedua muridnya malu-malu mencuri pandang ke arah dadaku yang kucoba tutupi dengan tudung tetapi tetap jelas kelihatan kedua payudaraku yang besar dan bulat di bawah tudung tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Ini saya beritahu Ibu bahwa ada sihir yang sudah mengenai bagian-bagian tertentu di badan Ibu. Punggung Ibu sudah terkena penutup nafsu dan perlu dibuang.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku cuma mengangguk.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Sekarang Ibu silakan tengkurep.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku memandang tepat ke arah Pak itam dan kemudian pandanganku beralih kepada Leman dan Ramli.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Nggak apa-apa, Bu… mereka ini sedang belajar, haruslah mereka lihat,” balas Pak Itam seakan-akan mengerti perasaanku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku pun lalu tengkurep di atas tikar ijuk itu. Pak Itam menarik kain baju kurungku yang dirasa mengganggunya lalu dilempar ke samping. Perlahan-lahan dia mengurut punggungku yang pejal putih berisi dengan minyak yang tadi diambilkan Leman. Aku merasa berkhayal kembali, punggungku terasa tegang menahan kenikmatan lumuran minyak Pak Itam. Kemudian kurasakan tangan Pak Itam menarik bagian pinggangku ke atas seakan-akan menyuruh aku menungging dalam keadaan tengkurep tersebut. Aku memandang ke arah Pak itam yang duduk di sebelah kiri punggungku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Ya, angkat punggungnya,” jelasnya seakan memahami keraguanku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku menurut kemauannya. Sekarang aku berada dalam posisi tengkurep, muka dan dada di atas tikar sambil punggungku terangkat ke atas. Pak Itam mendorong kedua kakiku agar berjauhan dan mulai melumurkan minyak ke celah-celah bagian rekahan punggungku yang terbuka.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tanpa dapat dikontrol, satu erangan kenikmatan terluncur dari mulutku. Pak Itam menambahkan lagi minyak di tangannya dan mulai bermain di bibir duburku. Aku meremas bantal karena kenikmatan. Sambil melakukan itu, jarinya berusaha mencolok lubang duburku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Jangan tegang, biarkan saja,” terdengar suara Pak Itam yang agak serak. Aku coba merilekskan otot duburku dan menakjubkan… jari Pak Itam yang licin berminyak dengan mudah masuk sehingga ke pangkal. Setelah berhasil memasukkan jarinya, Pak Itam mulai menggerakkan jarinya keluar masuk lubang duburku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku coba membuka mataku yang kuyu karena kenikmatan untuk melihat Leman dan Ramli yang sedang membetulkan sesuatu di dalam celana mereka. Aku jadi merasakan semacam kenikmatan pula melihat mereka sedang memperhatikan aku diterapi Pak Itam. Perasaan malu terhadap kedua muridku berubah menjadi gairah tersembunyi yang seolah melompat keluar setelah lama terkekang!</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah perjalanan jari Pak Itam lancar keluar masuk duburku dan duburku mulai beradaptasi, dia mulai berdiri di belakangku sambil jarinya masih terbenam mantap dalam duburku. Aku memandang Pak Itam yang sekarang menyingkap kain sarungnya ke atas dengan satu tangannya yang masih bebas. Terhunuslah kemaluannya yang panjang dan bengkok ke atas itu. Tampak sudah sekeras batang kayu!</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Bbbbuat apa ini, Pak….” tanyaku dengan gugup.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Jangan risau… ini buat buang sihir,” katanya sambil melumur minyak ke batang kemaluannya yang cukup besar bagi seorang yang kurus dan pendek. Selesai berkata-kata, Pak Itam menarik jarinya keluar dan sebagai gantinya langsung menusukkan batangnya ke lubang duburku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“ARRrgggghhggh…” spontan aku terjerit kengiluan sambil mengangkat kepala dan dadaku ke atas. Kaki bawahku pun refleks terangkat ke atas.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Jangan tegang, lemaskan sedikit!” perintah Pak Itam sambil merenggangkan daging punggungku. Aku berusaha menuruti perintahnya. Setelah aku melemaskan sedikit ototku, hampir separuh batang Pak Itam terbenam ke dalam duburku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku melihat Leman dan Ramli sedang meremas sesuatu di dalam celana masing-masing. Setelah berhasil memasukkan setengah zakarnya Pak itam menariknya keluar kembali dan lalu memasukkannya kembali sehingga semua zakarnya masuk ke dalam rongga duburku. Dia berhenti di situ.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Sekarang Ibu merangkak mengelilingi bara kemenyan ini tiga kali,” perintahnya sambil zakarnya masih terbenam mantap dalam duburku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku sekarang seakan-akan binatang yang berjalan merangkak sambil zakar Pak Itam masih tertanam dengan mantapnya di dalam duburku. Pak Itam bergerak mengikutiku sambil memegangi pinggangku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Pelan-pelan saja, Bu,” perintahnya sambil menahan pinggangku supaya tidak bergerak terlalu cepat. Rupanya ia takut penisnya terlepas keluar dari lubang duburku saat aku bergerak. Aku pun mematuhinya dengan bergerak secara perlahan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kulihat kedua murid Pak Itam sekarang telah mengeluarkan zakar masing-masing sambil bermasturbasi dengan melihat tingkahku. Aku merasa sangat malu tetapi di lain pihak terlalu nikmat rasanya. Zakar Pak Itam terasa berdenyut-denyut di dalam duburku. Aku terbayang wajah suamiku seakan-akan sedang memperhatikan tingkah lakuku yang sama seperti binatang itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sementara aku merangkak sesekali Pak Itam menyuruhku berhenti sejenak lalu menarik senjatanya keluar dan lalu menusukku kembali dengan ganas sambil mengucapkan mantera-mantera. Setiap kali menerima tusukan Pak Itam setiap kali itu pula aku mengerang kenikmatan. Lalu Pak Itam pun akan menyuruhku untuk kembali merangkak maju. Demikian berulang-ulang ritual yang kami lakukan sehingga tiga keliling pun terasa cukup lama.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah selesai tiga keliling, Pak Itam menyuruhku berhenti dan mulai menyetubuhiku di dubur dengan cepat. Sebelah tangannya memegang pinggangku kuat-kuat dan sebelah lagi menarik tudungku ke belakang seperti peserta rodeo. Aku menurut gerakan Pak Itam sambil menggoyang-goyangkan punggungku ke atas dan ke bawah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tiba-tiba kurasakan sesuatu yang panas mengalir di dalam rongga duburku. Banyak sekali kurasakan cairan tersebut. Aku memainkan kelentitku dengan jariku sendiri sambil Pak Itam merapatkan badannya memelukku dari belakang. Tiba-tiba sisi kiri pinggangku pun terasa panas dan basah. Leman rupanya baru saja orgasme dan air maninya muncrat membasahi tubuhku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lalu giliran Ramli mendekatiku dan merapatkan zakarnya yang berwarna gelap ke sisi buah dadaku. Tak lama kemudian air maninya muncrat membasahi ujung putingku. Aku terus mengemut-ngemut zakar Pak Itam yang masih tertanam di dalam duburku dan bekerja keras untuk mencapai klimaks.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Arghhhhhhhrgh…” Aku pun akhirnya klimaks sambil tengkurep di atas tikar ijuk.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Ya, bagus, Bu…” kata Pak Itam yang mengetahui kalau aku mengalami orgasme. “Dengan begitu nanti guna-gunanya akan cepat hilang.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pak Itam lalu mencabut zakarnya dan melumurkan semua cairan yang melekat di zakarnya ke atas punggungku sampai batangnya cukup kering. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Jangan basuh ini sampai waktu magrib ya,” katanya mengingatkanku sambil membetulkan kain sarungnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku masih lagi tengkurep dengan tudung kepalaku sudah tertarik hingga ke leher. Aku merasakan bibir duburku sudah longgar dan berusaha mengemut untuk menetralkannya kembali. Setelah itu aku bangun dan memunguti pakaianku yang berserakan satu per satu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selesai mengenakan pakaian dan bersiap untuk pulang setelah dipermalukan sedemikian rupa, Pak Itam berpesan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Besok pagi datang lagi ya, bawa sedikit beras bakar.” </div><div style="text-align: justify;">Aku seperti orang bodoh hanya mengangguk dan memungut tas sekolahku lalu terus menuruni tangga rumah Pak itam.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sejak itu sampai hari ini, dua kali seminggu aku rutin mengunjungi Pak Itam untuk menjalani terapi yang bermacam-macam. Leman dan Ramli yang sedang belajar pada Pak Itam sedikit demi sedikit juga mulai ditugaskan Pak Itam untuk ikut menterapiku. Walaupun tidak tahu pasti, aku merasa bahwa suamiku perlahan-lahan mulai meninggalkan affairnya. Yang pasti, kini sulit rasanya bagiku untuk menyudahi terapiku bersama Pak Itam dan murid-muridnya. Sepertinya aku sudah kecanduan untuk menikmati terapi seperti itu. </div><div style="text-align: justify;">-tamat-</div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-68355657243851550012015-10-29T17:23:00.000-07:002016-04-28T12:48:35.872-07:00Selingkuh dengan mahasiswi<h1 style="text-align: center;">Cerita Bokep Hot Selingkuh Dengan Mahasiswi</h1><div style="text-align: justify;">Cerita Bokep Hot : Kisah ini berawal ketika aku sering ditugaskan kantorku keluar kota untuk mengikuti training, melakukan negosiasi dan maintenance pelanggan yang umumnya adalah perusahaan asing . Oh iya, Perkenalkan nama saya john, 30 Tahun, berkeluarga dan tinggal di wilayah jakarta timur. Bekasi kali yah lebih tepatnya. Sebetulnya sejauh ini tidak ada yang kurang dengan keluarga dan profesiku sebagai orang marketing. Sebagai tenaga penjual dengan berbagai training yang pernah kuikuti, aku tidak pernah kekurangan teman pria ataupun wanita.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-8XB5oX42MNY/VjK4SW3SUyI/AAAAAAAAAFM/v0oiMEGgeSs/s1600/Cerita%2BSelingkuh.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Bokep Hot Selingkuh Mahasiswi" border="0" height="165" src="http://3.bp.blogspot.com/-8XB5oX42MNY/VjK4SW3SUyI/AAAAAAAAAFM/v0oiMEGgeSs/s320/Cerita%2BSelingkuh.jpg" title="" width="320" /></a></div><br />Dì mata ìstrìku aku adalah seorang suamì yang baìk, penuh perhatìan dan selalu pulang cepat ke rumah. Namun dì balìk ìtu, sebuah kebìasaan, yang entah ìnì sudah kebablasan, aku masìh suka ìseng. ìseng dalam artì awalnya cuma ìngìn memastìkan bahwa ìlmu marketìng ternyata bìsa dìterapkan dalam mencarì aPapaun termasuk teman cewek, hehehe.. Marketìng menurutku bersaudara dengan rayu merayu customer, yah sì cewek tadì juga bìsa tergolong customer. Anyway, Anne adalah orang kesekìan yang masuk perangkap ìlmu marketìng versì 02 (versì 01 adalah customer beneran).</div><div style="text-align: justify;">Anne gadìs berkulìt putìh berumur 23 tahun, lulusan unìv ternama, tìnggì 167, berat 50, (buset, kapan gue ngukurnya ya). Ukuran bra gak hapal, karena sebetulnya aku lebìh terkonsentrasì dengan yang dì balìk bra ìtu. Mojang Bandung ìnì kukenal dalam sebuah traìnìng dì Puncak, Bogor. Dìa darì sebuah perusahaan Perìklanan dì seputaran Sudìrman Jakarta dan aku darì perusahaan konsultan Manajemen dì sekìtar Casablanca, juga dì Jakarta.</div><div style="text-align: justify;">“Haì Anne, tadì kulìhat kamu ngantuk ya?” kataku ketìka rehat kopì sore ìtu dì sebuah traìnìng yang kuìkutì.</div><div style="text-align: justify;">“ìya nìh, gue ngejar deadlìne 2 harì dan boss langsung nyuruh ke traìnìng ìnì” katanya.</div><div style="text-align: justify;">“Kemarì dengan sìapa?” kataku menyelìdìk</div><div style="text-align: justify;">“Sendìrì.., kenapa, elo dìantar ama bìnì ya?” Buset dah ketahuan nìh gue udah punya bìnì.</div><div style="text-align: justify;">“Ah, enggak, gue sama Andre.. tuh..” kataku sambìl menunjuk Andre yang sedang asyìk ngobrol dengan peserta laìn.</div><div style="text-align: justify;">“Lo sendìrì kok gak ngantuk sìh?”</div><div style="text-align: justify;">“Gìmana bìsa ngantuk sebelah gue ada cewe cakep, hehehe..”</div><div style="text-align: justify;">“Ah, masa? Sìapa?” Ye, pura pura dìa, pìkìrku.</div><div style="text-align: justify;">“ìtu tuh, yang tadì ngantuk..”</div><div style="text-align: justify;">“Ah, sìalan lo..” sambìl tangannya mencubìt lenganku. Usaì sesì yang melelahkan sore ìtu, kamì kembalì ke kamar masìng masìng.</div><div style="text-align: justify;">Aku antar dìa sampaì pìntu kamarnya dan janjìan ngobrol lagì sambìl makan malam.</div><div style="text-align: justify;">“Hmm..elo kok nggak bawa jaket An?” kataku ketìka dìa kulìhat agak merìngkuk kedìngìnan dì meja makan.</div><div style="text-align: justify;">“ìya nìh, buru buru.. kelupaan”</div><div style="text-align: justify;">“Aku masìh punya satu dì kamar, bìar aku ambìlkan”</div><div style="text-align: justify;">“Oh, gak usah John.. toh cuma sebentar..” Tapì aku keburu pergì dan mengambìlkan baju hangatku untuknya.</div><div style="text-align: justify;">“Thanks, John.. elo emang temen yang baìk” katanya sambìl mengenakan sweater. Aku membayangkan seandaìnya aku jadì sweater, heheheh.. Usaì makan nampaknya dìa buru buru ìngìn masuk ke kamar.</div><div style="text-align: justify;">Anne tìdak menolak ketìka aku menawarkan mengantarkannya. Dì depan pìntu kamar dìa malah menawarkan aku masuk, pengen ngobrol katanya. Alamak, pucuk dìcìnta ulam tìba. Aku pura pura lìhat jam. Masìh jam besar 20.15.</div><div style="text-align: justify;">“Laìn kalì aja deh, gak enak kan ntar apa kata teman teman” kataku agak nervous tapì dalam hatì aku berdoa, mudah mudahan dìa tìdak basa basì.</div><div style="text-align: justify;">“Cuek aja John, kìta kan ada tugas bìkìn outlìne..” Memang kebetulan aku dan Anne satu group dengan 3 orang laìnnya, tetapì tugas ìtu sebetulnya bìsa dìkerjakan besok sìang. Akhìrnya aku masuk, duduk dì kursì.</div><div style="text-align: justify;">Anne menyetel TV lalu naìk ke ranjang dan dengan santaì duduk bersìla.</div><div style="text-align: justify;">“Gìmana An, kamu udah punya gambaran tentang tugas besok?” kataku basa basì.</div><div style="text-align: justify;">“Belum tuh, males ah ngomongìn tugas, mendìng ngobrol yang laìn saja” Horee.. aku bersorak, pastì dìa mau curhat nìh. Bener juga.</div><div style="text-align: justify;">“John, gue jadì ìnget cowok gue yang perhatìan kayak elo..sama bìnì elo juga begìtu ya?”</div><div style="text-align: justify;">“Yah, Anne.. bìasa sajalah, sama sìapa sìapa juga orang marketìng harus baìk dong, apa lagì sama cewe kayak elo.. hehehe..”</div><div style="text-align: justify;">“Tapì gue akhìrnya mengertì kalau cowo perhatìan ìtu gak hanya punya satu cewe, tul gak sìh?”</div><div style="text-align: justify;">“Tergantung dong An, buktìnya gue punya bìnì satu, hahaha..”</div><div style="text-align: justify;">“Tapì kayaknya elo juga punya cewe laìn.. ya kan?”</div><div style="text-align: justify;">“Kok tau sìh?” kataku pelan.</div><div style="text-align: justify;">Aku jadì ìngat Vìna mahasìswì yang mìnta bantuanku menyelesaìkan skrìpsìnya dan akhìrnya bìsa tìdur dengannya. Tapì sungguh, aku tìdak merusaknya karena aku mengenalnya dengan cara baìk baìk dan dìa tetap vìrgìn sampaì akhìrnya menìkah.</div><div style="text-align: justify;">“Stereotìp saja, berbandìng lurus dengan keramahan dan perhatìannya” katanya lagì dengan senyum yang genìt. “Kenapa emang An, elo lagì ada masalah dengan cowo lo yang ramah ìtu?”</div><div style="text-align: justify;">“Justru ìtu John, gue lagì mìkìr mau putus sama dìa. Eh, sorì kok malah curhat..”</div><div style="text-align: justify;">“Santaì aja An, setìap orang punya masalah dan banyak cara menghadapìnya” kataku seolah psìkolog kawakan.</div><div style="text-align: justify;">“Gue melìhat dìa jalan ama temen gue, dan kepergok dì kosan temen gue ìtu”</div><div style="text-align: justify;">“Trus?”</div><div style="text-align: justify;">“Gue gak bìsa maafìn dìa..”</div><div style="text-align: justify;">“Ya, sudah mungkìn kamu masìh emosì saja, santaì saja dulu masìh banyak pekerjaan. Toh kalau jodoh dìa pastì pulang ke pangkuanmu..” kataku.</div><div style="text-align: justify;">“Kadang gue pengen balas aja, selìngkuh sama yang laìn, bìar ìmpas..”</div><div style="text-align: justify;">“Hmm.. tapì ìtu kan gak menyelesaìkan?”</div><div style="text-align: justify;">“Bìar puas aja..” Tìba tìba dìa menangìs.</div><div style="text-align: justify;">Wah gawat nìh, pìkìrku. Aku mendekat dan berusaha membujuknya. Lalu entah bagaìmana cerìtanya aku sudah memeluknya.</div><div style="text-align: justify;">“An, jangan nangìs, entar orang orang pada dengar” Bukannya mereda, tangìsnya malah makìn keras. Kudekap dìa sehìngga tangìsnya teredam dì dadaku. Jantungku berdebar tak karuan.</div><div style="text-align: justify;">Telunjukku menyeka aìr matanya. Kupandangì wajahnya. Bodoh amat nìh cowoknya, cewe cakep begìnì kok dìsìa sìakan pìkìrku. Dan tanpa sadar aku mencìum pìpìnya, dìa melìhatku dengan mata sayu lalu tìba tìba Anne membalas dengan kecupan dì bìbìr. Wah, sepertì keìngìnan gue nìh, pìkìrku dalam hatì.</div><div style="text-align: justify;">Dan sepertì kehìlangan kontrol akupun membalas menghìsap bìbìr mungìl yang harum dan merekah ìtu. Anne membalas tìdak kalah hotnya. Napasnya terengah engah tanda napsunya mulaì naìk. Dengan lembut kutìdurkan dìa. Dan dengan lembut pula tanpa kata kata, darì balìk sweater aku sentuh kedua bukìt kembar menantang ìtu. Anne mendesìs desìs.</div><div style="text-align: justify;">“Terus John, perhatìan elo bìkìn gue jadì wanìta..”</div><div style="text-align: justify;">“Tenang sayang, wanìta sepertì kamu memang pantas dìperhatìkan.. hmm?” Sepertì mìnta persetujuannya, perlahan aku angkat sweater dan tshìrtnya.</div><div style="text-align: justify;">Sekarang kedua bukìt kembarnya terbuka. Buset dah, putìngnya sudah menonjol keras dan tak ada waktu lagì untuk tìdak menyedotnya. Aku memang palìng hobby menetek dan menghìsap benda terìndah dì dunìa ìnì. Anne terus mendesìs desìs. Tangannya juga sudah menggenggam senjataku yang mulaì mengeras.</div><div style="text-align: justify;">“Uh.. ahh.. uh..”</div><div style="text-align: justify;">“Anne.. tubuhmu ìndah sekalì..” Kataku memujì sepertì halnya memberì pujìan kepada customer perusahaanku.</div><div style="text-align: justify;">“Ayo, John.. jangan dìlìhat saja, aku rela kamu apakah saja..”</div><div style="text-align: justify;">“ìya, sayang..” kataku, sambìl tanganku merogoh bagìan depan celana jìnnya.</div><div style="text-align: justify;">Tangannya membantu membuka retsìletìng dan dengan cepat Anne sudah terlìhat dengan CD warna kremnya. Hmm, seksì sekalì anak ìnì, pìkìrku. Hmm..darì balìk CD-nya terlìhat bulu bulu halus dan hìtam legam. Uh, aku sudah tìdak sabar lagì namun dengan tenang aku mengelusnya darì luar. Anne menggelìjang, matanya terlìhat saya menahan gejolak. Perlahan kuturunkan CD-nya. Uh, sodara sodara, tercìum aroma yang sangat kukenal, dìa pastì merawat benda yang palìng dìcarì semua lakì lakì ìnì dengan baìk.</div><div style="text-align: justify;">“Anne.. boleh aku cìum?” bìsìkku pelan.</div><div style="text-align: justify;">Anne mengangguk lemah dan tersenyum. Perlahan Anne merenggangkan kedua kakìnya. Pasrah. Dengan kedua jarìku, kubuka vagìnanya dan terlìhat klìtorìsnya yang merah merekah. Basah. Sungguh ìndah dan harum. Kujulurkan lìdahku dì sekìtar pahanya sebelum mencapaì klìtorìsnya. Anne mendesìs desìs dan mulaì meracau dan terlìhat seksì sekalì.</div><div style="text-align: justify;">“Ayo, John.. jangan buat gue tersìksa.. terus ke tengah sayang..” Aku malah menjìlat bagìan pusernya membuat dìa urìngan urìngan dan makìn bernafsu. Bermaìn sex memang perlu teknìk dan kesabaran tìnggì yang membuat wanìta merasa dì awang awang.</div><div style="text-align: justify;">“Johnn.. gìla lo, ke bawah sayang.. please..”</div><div style="text-align: justify;">“Hmm.. ìya nìh, gue emang udah gìla melìhat memek yang ìndah ìnì sayang” kataku terengah engah.</div><div style="text-align: justify;">Akhìrnya lìdahku hìnggap dì labìa mayoranya. Kusìbak dengan lembut rìmbunan hutan yang sudah becek ìtu. Kuhurìp caìran yang meleleh dì sela selanya. Kelentìtnya kuhìsap sepertì menghìsap permen karet. Akìbatnya pantatnya terangkat tìnggì dan Anne menjerìt nìkmat. Lìdahku terus merojok sampaì ke dalam dalamnya. Kuangkat pantatnya dan kupandangì, lalu kusedot lagì. Anne berterìak terìak nìkmat. Aku jadì kuatìr kalau suaranya sampaì keluar. Kupìndahkan bìbìrku ke bìbìrnya.</div><div style="text-align: justify;">“Tenang sayang, perang baru dìmulaì..” Kataku berbìsìk.</div><div style="text-align: justify;">ìa mengangguk dan perlahan aku putar posìsì menjadì 69. Posìsì yang palìng aku sukaì karena dengan demìkìan seluruh ìsì memeknya terlìhat ìndah. Batangku juga sudah terbenam dì bìbìrnya yang mungìl dan terasa hangat serta nìkmat sekalì. Kutahan agar aku tìdak meletus duluan.</div><div style="text-align: justify;">“Punya kamu enak John..” Pujìnya layaknya memujì Customer.</div><div style="text-align: justify;">“ìya, sayang punya kamu lebìh enak dan baguss sekalì..” kataku terengah engah.</div><div style="text-align: justify;">“Uh, becek sayang..” Aku lanjutkan menjìlat seluruh permukaan memeknya darì bawah.</div><div style="text-align: justify;">Uh, benar pemìrsa, sìapa tahan melìhat barang bagus dan cantìk ìnì. Yang luar bìasa, aku yakìn dìa masìh perawan. Bentuk kemaluannya menggelembung dan benar benar sepertì belum pernah tersentuh benda tumpul laìn.</div><div style="text-align: justify;">“Anne.. kamu masìh perawan sayang..”</div><div style="text-align: justify;">“ìya, John.. gue belum pernah..”</div><div style="text-align: justify;">“ìya, kamu harus jaga sampaì kamu menìkah..”</div><div style="text-align: justify;">“Gue gak tahan John, cepetan sayang..” Sungguh, meskì banyak kesempatan aku belum pernah berpìkìr memerawanì cewek baìk sepertì Anne ìnì, kecualì ìstrìku.</div><div style="text-align: justify;">Wanìta yang kutahu sedang stress dan sedang mencarì pelarìan sesaat ìnì harus dìtenangkan. Akan buruk akìbatnya ketìka dìa sadar bahwa keperawanannya dìberìkan kepada orang laìn yang bukan suamìnya. Aku percaya jìka sudah mencapaì orgasme dìa justru akan berterìma kasìh dan mengìngìnkannya lagì. Kembalì kujelajahì kemaluannya. Cepat cepat aku jìlat berulang ulang klìtorìsnya.</div><div style="text-align: justify;">Dan sodara pemìrsa, apa kataku, pantatnya tìba tìba menekan keras wajahku dan mengejang beberapa kalì..lalu mengendur.</div><div style="text-align: justify;">“Uuhh.. gue nyampe Johnn.. aahh.. uhh.. uhh..” Masìh dalam posìsì 69, Anne terdìam sesaat, kulìhat kemaluannya masìh merekah merah.</div><div style="text-align: justify;">Perlahan ìa mulaì bangkìt dan mngecup bìbìrku.</div><div style="text-align: justify;">“Sorry sayang, gue duluan..”</div><div style="text-align: justify;">“No problem Anne.. kamu merasa mendìngan?” ìa mengangguk, memelukku dan mencìum bìbìrku.</div><div style="text-align: justify;">“Terìma kasìh John, elo emang hebat..”</div><div style="text-align: justify;">“ìya nìh, Ann, gue mìnta maaf jadì telanjur begìnì..”</div><div style="text-align: justify;">“Gak Papa kok, gue juga senang..” Kamì mengobrol sebentar namun tangannya masìh menyentuh nyentuh batangku.</div><div style="text-align: justify;">ìa mengambìlkanku mìnuman dan menyorongkan gelas ke bìbìrku. Ketìka tegukan terakhìr habìs, bìbìrku perlahan mengulum bìbìrnya. Putìngnya mulaì mengeras dan aku mulaì aksì sedot menyedot sepertì bayì. Anne kembalì menggelìjang.</div><div style="text-align: justify;">Aku bìsìkkan perlahan,</div><div style="text-align: justify;">“Anne.. gue pengen menggendong kamu sayang”.</div><div style="text-align: justify;">“Hmm..mulaì nakal ya..” katanya dan merentangkan tangannya.</div><div style="text-align: justify;">Aku peluk dan angkat dìa lalu kusenderkan ke dìndìng dekat meja rìas. Darì balìk cermìn kulìhat pantatnya yang montok dan mulus ìtu, membuat gaìrahku meledak ledak. Dengan posìsì berdìrì, tubuhnya sungguh seksì. Aku perhatìkan darì atas ke bawah, sungguh proporsìonal tubuhnya. Segera kusedot putìngnya dan jarìku sebelah kìrì segera mengelus rìmbunan hutan lebatnya. B</div><div style="text-align: justify;">asah, hmm..dìa mulaì naìk lagì. Klentìtnya kupìlìn pìlìn pelan dan Anne mendesìs sepertì ular. Makìng love sambìl berdìrì adalah posìsì favorìtku selaìn 69. Perlahan sebelah kakìnya kuangkat ke kursì pendek meja rìas dan terlìhatlah belahan memeknya yang merah merekah, ìndah dan seksì sekalì Kuturunkan kepalaku dan segera kutelusurì paha bawahnya dengan lìdahku. Darì bawah aku lìhat wajahnya mendongak ke atas menahankan nìkmat. Sungguh saat ìtu Anne kelìhatan sangat seksì. Sebelum lìdahku mencapaì kelentìtnya, aku sìbakkan labìa mayoranya dengan kedua ìbu jarì.</div><div style="text-align: justify;">Hmm.. sungguh harum.</div><div style="text-align: justify;">“Cepat John.. gue udah gak tahan.. jìlat sayang.. jìlat..” Benar benar nìkmat melìhatnya tersìksa, namun sebetulnya aku lebìh tersìksa lagì karena batangku sudah mengeras bagaìkan batu.</div><div style="text-align: justify;">Aku nyarìs tak bìsa menahan klìmaks, namun aku harus membuatnya orgasme untuk kedua kalìnya. Benar saja, begìtu lìdahku menyedot klìtorìsnya, Anne langsung mengejang dan berterìak pertanda orgasme. Kusedot habìs caìrannya. Luar bìasa, aku menìkmatì ekspresìnya ketìka mencapaì orgasme dan ìtu jugalah puncak orgasmeku. Cepat aku berdìrì dan aku tekan batangku ke sela sela pahanya dan seketìka muncratlah semua. crott.. crott..! Wuahh..</div><div style="text-align: justify;">“Oh John, kìta keluar bersamaan sayang..”</div><div style="text-align: justify;">“ìya, enak banget An.. elo membuat gue gìla..”</div><div style="text-align: justify;">“Sama.., gue berterìma kasìh elo menjaga gue..”</div><div style="text-align: justify;">“Gue sayang kamu An..” ***** Pemìrsa, begìtulah cerìtanya.</div><div style="text-align: justify;">Tak selamanya seks harus membobol gawang. Setelah kejadìan ìtu Anne makìn ketagìhan.</div><div style="text-align: justify;">Dìa sangat terkesan bìsa mencapaì orgasme tanpa merusak keperawanannya. Dìa juga menyukaì posìsì 69 dan posìsì berdìrì yang bìsa mìrìp 69. Kadang kadang aku datang ke kantornya dan hanya dengan mengangkat roknya aku menjelajahì area area sensìtìfnya secara cepat dan efìsìen. Dan pada saat yang sama aku juga mencapaì orgasme. Masìh ada Vìna dan Dìna yang ketagìhan sepertì Anne. Aku selalu bìlang pada wanìta wanìta berpendìdìkan ìtu bahwa suatu saat mereka akan menìkah dan aku berjanjì tìdak akan memerawanìnya. Cukuplah 69! </div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-78756957104280112272015-09-07T20:54:00.000-07:002016-04-28T12:48:35.889-07:00Pembantu Nikmat<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px;"></div><div style="text-align: justify;"><span style="line-height: 19.3199996948242px;">Cerita Bokep Hot - Hari ini seperti biasa aku perhatikan istriku sedang bersiap untuk berangkat kerja, sementara aku masih berbaring. Istriku memang harus selalu berangkat pagi, tidak seperti pekerjaanku yang tidak mengharuskan berangkat pagi. Tidak lama kemudian aku perhatikan dia berkata sesuatu, pamitan, dan perlahan meninggalkan rumah. Sementara aku bersiap kembali untuk tidur, kembali kudengar suara orang mendekat ke arah pintu kamar. Tetapi langsung aku teringat pasti pembantu rumah tangga kami, Lia, yang memang mendapat perintah dari istriku untuk bersih-bersih rumah sepagi mungkin, sebelum mengerjakan yang lain.</span></div><br /><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Lia ini baru berumur 17 tahun, dengan tinggi badan yang termasuk pendek namun bentuk tubuhnya sintal. Aku hanya perhatikan hal tersebut selama ini, dan tidak pernah berfikir macam-macam sebelumnya. Tidak berapa lama dari suara langkah yang kudengar tadi, Lia pun mulai tampak di pintu masuk, setelah mengetuk dan meminta izin sebentar, ia pun masuk sambil membawa sapu tanpa menunggu izin dariku. Baru pagi ini aku perhatikan pembantuku ini, not bad at all.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-UvIYVfdZBKA/VROaNfczvcI/AAAAAAAABsM/qjEdUqVJeNI/s1600/19.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="159" src="http://3.bp.blogspot.com/-UvIYVfdZBKA/VROaNfczvcI/AAAAAAAABsM/qjEdUqVJeNI/s320/19.jpg" width="320" /></a></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Karena aku selalu tidur hanya dengan bercelana dalam, maka aku pikir akan ganggu dia. Dengan masih pura-pura tidur, aku menggeliat ke samping hingga selimutku pun tersingkap. Sehingga bagian bawahku sudah tidak tertutup apapun, sementara karena bangun tidur dan belum sempat ke WC, kemaluanku sudah mengeras sejak tadi. Dengan sedikit mengintip, Lia berkali-kali melirik kearah celana dalamku, yang didalamnya terdapat 'Mr. Penny'ku yang sudah membesar dan mengeras. Namun aku perhatikan dia masih terus mengerjakan pekerjaannya sambil tidak menunjukkan perasaannya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Setelah itu dia selesai dengan pekerjaannya dan keluar dari kamar tidur. Akupun bangun ke kamar mandi untuk buang air kecil. Seperti biasa aku lepas celana dalamku dan kupakai handuk lalu keluar mencari sesuatu untuk minum. Kulihat Lia masih meneruskan pekerjaannya di ruang lain, aku rebahkan diriku di sofa depan TV ruang keluarga kami. Sejenak terlintas untuk membuat Lia lebih dalam menguasai 'pelajarannya'. Lalu aku berfikir, kira-kira topik apa yang akan aku pakai, karena selama ini aku jarang sekali bicara dengan dia.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Sambil aku perhatikan Lia yang sedang sibuk, aku mengingat-ingat yang pernah istriku katakan soal dia. Akhirnya aku ingat bahwa dia memiliki masalah bau badan. Dengan tersenyum gembira aku panggil dia dan kuminta untuk berhenti melakukan aktivitasnya sebentar. Lia pun mendekat dan mengambil posisi duduk di bawah. Duduknya sangat sopan, jadi tidak satupun celah untuk melihat 'perangkatnya'. Aku mulai saja pembicaraanku dengannya, dengan menanyakan apakah benar dia mempunyai masalah BB. Dengan alasan tamu dan relasiku akan banyak yang datang aku memintannya untuk lebih perhatian dengan masalahnya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Dia hanya mengiyakan permintaanku, dan mulai berani mengatakan satu dua hal. Semakin baik pikirku. Masih dengan topik yang sama, akupun mengajaknya ngobrol sejenak, dan mendapat respon yang baik. Sementara dudukku dengan sengaja aku buat seolah tanpa sengaja, sehingga 'Mr. Penny'ku yang hanya tertutup handuk akan terlihat sepenuhnya oleh Lia. Aku perhatikan matanya berkali-kali melirik ke arah 'Mr. Penny'ku, yang secara tidak sengaja mulai bangun. Lalu aku tanyakan apa boleh mencium BB-nya, sebuah pertanyaan yang cukup mengagetkannya, selain karena pertanyaan itu cukup berani, juga karena matanya yang sedang melirik ke 'anu' ku. Untuk menutupi rasa malunya, diapun hanya mengangguk membolehkan.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.grand303.com/" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="http://www.grand303.com/" border="0" height="76" src="https://2.bp.blogspot.com/-TSCKw3Ot8BM/VfAdUQ6Gb7I/AAAAAAAAB4M/EhHBadASy6k/s728-Ic42/baner1.gif" width="640" /></a></div><br /><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Aku minta dia untuk mendekat, dan dari jarak sekian centimeter, aku mencoba mencium BBnya. Akalku mulai berjalan, aku katakan tidak begitu jelas, maka dengan alasan pasti sumbernya dari ketiaknya, maka aku minta dia untuk menunjukkan ketiaknya. Sejenak dia terdiam, mungkin dipikirnya, apakah ini harus atau tidak. Aku kembali menyadarkannya dengan memintanya kembali memperlihatkan ketiaknya. Melihat tatapannya aku mengerti bahwa dia tidak tahu apa yang harus dikerjakannya untuk memenuhi permintaanku. Maka aku dengan cepat menuntunnya agar dia tidak bingung akan apa yang harus dilakukan. Dan aku katakan, naikkan saja baju kaosnya sehingga aku dapat memeriksa ketiaknya, dan aku katakan jangan malu, toh tidak ada siapapun di rumah.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Perlahan diangkatnya baju kaosnya dan akupun bersorak gembira. Perlahan kulit putih mulusnya mulai terlihat, dan lalu dadanya yang cukup besar tertutup BH sempit pun mulai terlihat. 'Mr. Penny'ku langsung membesar dan mengeras penuh. Setelah ketiaknya terlihat, akupun memberi perhatian, kudekatkan hidungku terlihat bulu ketiaknya cukup lebat. Setelah dekat aku hirup udara sekitar ketiak, baunya sangat merangsang, dan akupun semakin mendekatkan hidungku sehingga menyentuh bulu ketiaknya. Sedikit kaget, dia menjauh dan menurunkan bajunya. Lalu aku katakan bahwa dia harus memotong bulu ketiaknya jika ingin BBnya hilang. Dia mengangguk dan berjanji akan mencukurnya. Sejenak aku perhatikan wajahnya yang tampak beda, merah padam. Aku heran kenapa, setelah aku perhatikan seksama, matanya sesekali melirik ke arah 'Mr. Penny'ku. Ya ampun, handukku tersingkap dan 'Mr. Penny'ku yang membesar dan memanjang, terpampang jelas di depan matanya. Pasti tersingkap sewaktu dia kaget tadi.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Lalu kuminta Lia kembali mendekat, dan aku katakan bahwa ini wajar terjadi, karena aku sedang berdekatan dengan perempuan, apalagi sedang melihat yang berada di dalam bajunya. Dengan malu dia tertunduk. Lalu aku lanjutkan, entah pikiran dari mana, tiba-tiba aku memuji badannya, aku katakan bahwa badannya bagus dan putih. Aku juga mengatakan bahwa bibirnya bagus. Entah keberanian dari mana, aku bangun sambil memegang tangannya, dan memintanya berdiri berhadapan. Sejenak kami berpandangan, dan aku mulai mendekatkan bibirku pada bibirnya. Kami berciuman cukup lama dan sangat merangsang. Aku perhatikan dia begitu bernafsu, mungkin sudah sejak tadi pagi dia terangsang.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" /></a></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><br /><br /><br /><br /><br />Tanganku yang sudah sejak tadi berada di dadanya, kuarahkan menuju tangannya, dan menariknya menuju sofa. Kutidurkan Lia dan menindihnya dari pinggul ke bawah, sementara tanganku berusaha membuka bajunya. Beberapa saat nampaknya kesadaran Lia bangkit dan melakukan perlawanan, sehingga kuhentikan sambil membuka bajunya, dan aku kembali mencium bibirnya hingga lama sekali. Begitu Lia sudah kembali mendesah, perlahan tangan yang sejak tadi kugunakan untuk meremas dadanya, kuarahkan ke belakang untuk membuka kaitan BHnya. Hingga terpampanglah buah dadanya yang berukuran cukup besar dengan puting besar coklat muda.<br /><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Lumatan mulutku pada buah dadanya membuatnya sudah benar-benar terangsang, sehingga dengan mudah tanganku menuju ke arah 'Veggy'nya yang masih bercelana dalam, sedang tanganku yang satunya membawa tangannya untuk memegang 'Mr. Penny'ku. Secara otomatis tangannya meremas dan mulai naik turun pada 'Mr. Penny'ku. Sementara aku sibuk menaikkan roknya hingga celana dalamnya terlihat seluruhnya. Dan dengan menyibakkan celana dalamnya, 'Veggy'nya yang basah dan sempit itupun sudah menjadi mainan bagi jari-jariku. Namun tidak berapa lama, kurasakan pahanya menjepit tanganku, dan tangannya memegang tanganku agar tidak bergerak dan tidak meninggalkan 'Veggy'nya. Kusadari Lia mengalami orgasme yang pertama</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Setelah mereda, kupeluk erat badannya dan berusaha tetap merangsangnya, dan benar saja, bebrapa saat kemudian, nampak dirinya sudah kembali bergairah, hanya saja kali ini lebih berani. Lia membuka celana dalamnya sendiri, lalu berusaha mencari dan memegang 'Mr. Penny'ku. Sementara secara bergantian bibir dan buah dadanya aku kulum. Dan dengan tanganku, 'Veggy'nya kuelus-elus lagi mulai dari bulu-bulu halusnya, bibir 'Veggy'nya, hingga ke dalam, dan daerah sekitar lubang pantatnya. Sensasinya pasti sungguh besar, sehingga tanpa sadar Lia menggelinjang-gelinjang keras. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, bibirku pindah menuju bibirnya, sementara 'Mr. Penny'ku ku dekatkan ke bibir 'Veggy'nya, ku elus-elus sebentar, lalu aku mulai selipkan pada bibir 'Veggy' pembantuku ini.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Sudah seperti layaknya suami dan istri, kami seakan lupa dengan segalanya, Lia bahkan mengerang minta 'Mr. Penny'ku segera masuk. Karena basahnya 'Veggy' Lia, dengan mudah 'Mr. Penny'ku masuk sedikit demi sedikit. Sebagai wanita yang baru pertama kali berhubungan badan, terasa sekali otot 'Veggy' Lia menegang dan mempersulit 'Mr. Penny'ku untuk masuk. Dengan membuka pahanya lebih lebar dan mendiamkan sejenak 'Mr. Penny'ku, terasa Lia agak rileks. Ketika itu, aku mulai memaju mundurkan 'Mr. Penny'ku walau hanya bagian kepalanya saja. Namun sedikit demi sedikit 'Mr. Penny'ku masuk dan akhirnya seluruh batangku masuk ke dalam 'Veggy'nya. Setelah aku diamkan sejenak, aku mulai bergerak keluar dan masuk, dan sempat kulihat cairan berwarna merah muda, tanda keperawanannya telah kudapatkan.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Erangan nikmat kami berdua, terdengar sangat romantis saat itu. Lia belajar sangat cepat, dan 'Veggy'nya terasa meremas-remas 'Mr. Penny'ku dengan sangat lembut. Hingga belasan menit kami bersetubuh dengan gaya yang sama, karena ku pikir nanti saja mengajarkannya gaya lain. 'Mr. Penny'ku sudan berdenyut-denyut tanda tak lama lagi aku akan ejakulasi. Aku tanyakan pada Lia, apakah dia juga sudah hampir orgasme. Lia mengangguk pelan sambil terrsenyum. Dengan aba-aba dari ku, aku mengajaknya untuk orgasme bersama. Lia semakin keras mengelinjang, hingga akhinya aku katakan kita keluar sama-sama. Beberapa saat kemudian aku rasakan air maniku muncrat dengan derasnya didalam 'Veggy'nya yang juga menegang karena orgasme. Lia memeluk badanku dengan erat, lupa bahwa aku adalah majikannya, dan akupun melupakan bahwa Lia adalah pembantuku, aku memeluk dan menciumnya dengan erat.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Dengan muka sedikit malu, Lia tetap tertidur disampingku di sofa tersebut. Kuperhatikan dengan lega tidak ada penyesalan di wajahnya, tetapi kulihat kepuasan. Aku katakan padanya bahwa permainannya sungguh hebat, dan mengajaknya untuk mengulang jika dia mau, dan dijawab dengan anggukkan kecil dan senyum. Sejak saat itu, kami sering melakukan jika istriku sedang tidak ada. Di kamar tidurku, kamar tidurnya, kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dapur, garasi, bahkan dalam mobil.</div><div style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-top: 6px;"></div><div style="text-align: justify;"><span style="line-height: 19.3199996948242px;">Lia ikut bersama kami hingga tahunan, sampai suatu saat dia dipanggil oleh orang tuanya untuk dikawinkan. Ia dan aku saling melepas dengan berat hati. Namun sekali waktu Lia datang kerumahku untuk khusus bertemu denganku, setelah sebelumnya menelponku untuk janjian. Anak satu-satunyapun menurutnya adalah anakku, karena suaminya mandul. Tapi tidak ada yang pernah tahu..</span></div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-64785015551425134752015-09-07T20:38:00.000-07:002016-04-28T12:48:35.923-07:00Bercinta dengan Wanita Setengah baya<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Wah klo urusan cerita sex kayak gini ga akan ada habisnya bro karena akan selalu ada yang baru dan baru lagi maka dari itu simak terus cerita dewasa yang satu ini hanya di semua ada disini broo..</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Sebenarnya jujur aku merasa malu juga untuk menceritakan pengalamanku ini, akan tetapi melihat pada jaman ini mungkin hal ini sudah dianggap biasa. Maka aku beranikan diri untuk menceritakanya kepada para pembaca. Tetapi ada baiknya aku berterus terang bahwa aku menyukai wanita yang lebih tua karena selain lebih dewasa juga mereka lebih suka merawat diri. Aku seorang pria yang suka terhadap wanita yang lebih tua daripadaku.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-bQ6U2hrV0J8/VSez06411II/AAAAAAAAB_8/ru0Si3yTUK0/s1600/99.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="158" src="http://3.bp.blogspot.com/-bQ6U2hrV0J8/VSez06411II/AAAAAAAAB_8/ru0Si3yTUK0/s320/99.jpg" width="320" /></a></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Dimulai dari aku SMA aku sudah berpacaran dengan kakak kelasku begitu juga hingga aku menamatkan pendidikan sarjana sampai bekerja hingga saat ini. Satu pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika aku berpacaran dengan seorang janda beranak tiga. Demikian kisahnya, suatu hari ketika aku berangkat kerja dari Tomang ke Kelapa Gading, aku tampak terburu-buru karena waktu sudah menunjukkan pukul 07.45. Sedangkan aku harus sampai di kantor pukul 08.30 tepat. Aku terpaksa pergi ke Tanah Abang dengan harapan lebih banyak kendaraan di sana. Sia-sia aku menunggu lebih dari 15 menit akhirnya aku putuskan aku harus berangkat dengan taxi. Ketika taxi yang kustop mau berangkat tiba-tiba seorang wanita menghampiriku sambil berkata, "Mas, mau ke Pulo Gadung ya?" tanyanya, "Saya boleh ikut nggak? soalnya udah telat nich."</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Akhirnya aku perbolehkan setelah aku beritahu bahwa aku turun di Kelapa Gading. Sepanjang perjalanan kami bercerita satu sama lain dan akhirnya aku ketahui bernama Dewi, seorang janda dengan 3 orang anak dimana suaminya meninggal dunia. Ternyata Dewi bekerja sebagai Kasir pada sebuah katering yang harus menyiapkan makanan untuk 5000 buruh di Kawasan Industri Pulo Gadung. Aku menatap wanita di sebelahku ini ternyata masih cukup menggoda juga. Dewi, 1 tahun lebih tua dari aku dan kulit yang cukup halus, bodi yang sintal serta mata yang menggoda. Setelah meminta nomor teleponnya aku turun di perempatan Kelapa Gading. Sampai di kantor aku segera menelepon Dewi, untuk mengadakan janji sore hari untuk pergi ke bioskop.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Tidak seperti biasanya, tepat jam 05.00 sore aku bergegas meninggalkan kantorku karena ada janji untuk betemu Dewi. Ketika sampai di Bioskop Jakarta Theater, tentunya yang sudah aku pilih, kami langsung antri untuk membeli tiket. Masih ada waktu sekitar 1 jam yang kami habiskan untuk berbincang-bincang satu sama lain. Selama perbincangan itu kami sudah mulai membicarakan masalah-masalah yang nyerempet ke arah seks. Tepat jam 19.00, petunjukan dimulai aku masuk ke dalam dan menuju ke belakang kiri, tempat duduk favorit bagi pasangan yang sedang dimabuk cinta. Pertunjukan belum dimulai aku sudah membelai kepala Dewi sambil membisikkan kata-kata yang menggoda. "Dewi, kalau dekat kamu, saudaraku bisa nggak tahan," kataku sambil menyentuh buah dadanya yang montok. "Ah Mas, saudaranya yang di mana?" katanya, sambil mengerlingkan matanya. Melihat hal itu aku langsung melumat habis bibirnya sehingga napasnya nampak tersengal-sengal. "Mas, jangan di sini dong kan malu, dilihat orang." Aku yang sudah terangsang segera mengajaknya keluar bioskop untuk memesan taxi. Padahal pertunjukan belum dimulai hanya iklan-iklan film saja yang muncul.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" /></a></div><br /><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><span style="line-height: 19.3199996948242px;">Setelah menyebutkan Hotel **** (edited), taxi itupun melaju ke arah yang dituju. Sepanjang perjalanan tanganku dengan terampil meremas buah dada Dewi yang sesekali disertai desahan yang hebat. Ketika tanganku hendak menuju ke vagina dengan segera Dewi menghalangi sambil berkata, "Jangan di sini Mas, supir taxinya melihat terus ke belakang." Akhirnya kulihat ke depan memang benar supir itu melirik terus ke arah kami. Sampai di tempat tujuan setelah membayar taxi, kami segera berpelukan yang disertai rengekan manja dari Dewi, "Mas Jo, kamu kok pintar sekali sih merangsang aku, padahal aku belum pernah begini dengan orang yang belum aku kenal." Seraya sudah tidak sabar aku tuntun segera Dewi ke kamar yang kupesan. Aku segera menjilati lehernya mulai dari belakang ke depan. Kem<span style="font-family: inherit;">udian dengan tidak sabarnya dilucutinya satu persatu yang menempel di badanku hingga aku bugil ria. Penisku yang sudah menegang dari tadi langsung d</span>alam posisi menantang Dewi.</span></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;"></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 19.3199996948242px;">Kemudian aku membalas melucuti semua baju Dewi, sehingga dia pun dalam keadaan bugil. Kemudian dengan rakus dijilatinya penisku yang merah itu sambil berkata, "Mas kontolnya merah banget aku suka." Dalam posisi 69 kujilati juga vagina Dewi yang merekah dan dipenuhi bulu-bulu yang indah. 10 Menit, berlalu tiba-tiba terdengar suara, "Mas, aku mau keluaarr.."</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 19.3199996948242px;">"Cret.. cret.. cret.."</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 19.3199996948242px;">Vagina Dewi basah lendir yang menandakan telah mencapai oragasmenya. 5 Menit kemudian aku segera menyusul, "Dewi, Wi, Mas mau keluar.."</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 19.3199996948242px;">"Crot.. crot.. crot.."</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 19.3199996948242px;">Spermaku yang banyak akhirnya diminum habis oleh Dewi.</span></span></div><br /><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Setelah itu kami pun beristirahat. Tidak lama kemudian Dewi mengocok kembali penisku yang lunglai itu. Tidak lama kemudian penisku berdiri dan siap melaksanakan tugasnya. Dituntun segera penisku itu ke vaginanya. Pemanasan dilakukan dengan cara menggosokkan penisku ke vaginanya. Dewi mendesah panjang, "Mas, kontolnya kok bengkok sih, nakalnya ya dulunya?" Tidak kuhiraukan pembicaraan Dewi, aku segera menyuruhnya untuk memasukkan penisku ke vaginanya. "Dewi, masukkan cepat! Jonathan tidak tahan lagi nih." Sleep.. bless.. masuk sudah penisku ke vaginanya yang merekah itu. Tidak lupa tanganku meremas buah dadanya sesekali menghisap payudaranya yang besar walaupun agak turun tapi masih nikmat untuk dihisap. Goyangan demi goyangan kami lalui seakan tidak mempedulikan lagi apakah yang kami lakukan ini salah atau tidak. Puncaknya ketika Dewi memanggil namaku, "Jonathan.. terus.. terus.. Dewi, mau keluar.." Akhirnya Dewi keluar disertai memanggil namaku setengah berteriak, "Jonathan.. aku.. keluaarr.." sambil memegang pantatku dan mendorongnya kuat-kuat.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.grand303.com/" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="http://www.grand303.com/" border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-CxzLUqO8BjA/VfAcmMWIqzI/AAAAAAAAB4A/t37m2cabDDY/s728-Ic42/Banner.gif" /></a></div></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Tidak berselang lama aku pun merasakan hal sama dengan Dewi, "Wi.. ah.. ah.. tumpah dalam atau minum Wi.." kataku. Terlambat akhirnya pejuku tumpah di dalam, "Wi.. kamu hebat.. walaupun sudah punya 3 anak," kataku sambil memujinya. Akhirnya malam itu kami menginap di hotel **** (edited). Kami berpacaran selama 1 tahun, walaupun sudah putus, tetapi kami masih berteman baik.</div><div style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-top: 6px;"></div><div style="text-align: justify;"><span style="line-height: 19.3199996948242px;">Adakah di antara pembaca baik itu gadis, janda, maupun tante yang bersedia kencan lepas denganku aku siap melayaninya, terlebih lagi kalau lebih tua dariku. Silakan kirim email ke alamatku disertai nomor telepon, pasti aku hubungi. Benar juga kata pepatah, "Kelapa yang tua, tentu banyak juga santannya". Yang lebih tua memang enak juga untuk dikencani. Salam!</span></div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-68545963674772008002015-09-07T20:23:00.000-07:002016-04-28T12:48:35.939-07:00Bu Vivin Pacar Gelapku<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Cerita Bokep Hot - Cerita ini bermula pada waktu itu aku lagi kuliah di semester VI di salah satu PTS di Bandung. Ceritanya saat itu aku lagi putus dengan pacarku dan memang dia tidak tahu diri, sudah dicintai malah bertingkah, akhirnya dari cerita cintaku cuma berumur 2 tahun saja. Waktu itu aku tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau ngontrak satu rumah untuk berlima. Kebetulan di rumah itu hanya aku yang laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, "Sudah, aku pisah rumah saja atau kos di tempat", tapi kakakku ini saking sayangnya padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga teman wanita kakakku.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-CP_zUS9B9Rg/VQWSX3dU4eI/AAAAAAAABSs/eT5LysTEHnE/s1600/20.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="159" src="http://1.bp.blogspot.com/-CP_zUS9B9Rg/VQWSX3dU4eI/AAAAAAAABSs/eT5LysTEHnE/s320/20.jpg" width="320" /></a></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen tapi di Universitas lain, Ibu Vivin namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun tapi belum juga menikah. Ibu Vivin bertanya, "Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan ngelamunin yang itu.."</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Itu apanya Bu?" tanyaku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Memang dalam kesehari-harianku, ibu Vivin tahu karena aku sering juga curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal. Aku mulai cerita,</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru putus sama pacarku", kataku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri", kata Ibu Vivin.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Begitu dekatnya aku sama Ibu Vivin sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Vivin. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah. Siang itu tepat jam 11:00 siang saat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Eh Ibu Vivin, nggak ngajar Bu?" tanyaku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Kamu kok nggak kuliah?" tanya dia.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Habis sakit Bu", kataku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Sakit apa sakit?" goda Ibu Vivin.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Ah.. Ibu Vivin bisa aja", kataku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Sudah makan belum?" tanyanya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Belum Bu", kataku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya", katanya.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" /></a></div><br /><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Dengan cekatan Ibu Vivin memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu Vivin nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?" tanyaku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu", katanya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Oh kalau gitu Ibu Vivin masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis", kataku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"So pasti dong", katanya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin", dengan enaknya aku nyeletuk.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Aku bersedia kok", kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya. Ibu Vivin agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu Vivin kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Vivin", kataku.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu", katanya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Vivin terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan, "Aku sayang kamu, Ibu Vivin", tapi dia tidak menjawab sedikitpun.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup.. dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh.. tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, "Aah.. cup.. cup.. cup.." dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">"Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Vivin aja ya!</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Kubisikkan Ibu Vivin, "Vivin kita ke kamarku aja yuk!".</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak.. indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya. "Ah.. ssh.. terus Ian", Ibu Vivin tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian, "Aah.. ssh.." dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut, "Aah.. aku juga sudah mulai terangsang.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" /></a>Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu, "Aah.. uh.. ssh.. Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi", sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Vivin juga sudah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku. "Oh.. besar amat", katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku, "Uuh.. uh.. shh.." dengan cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya, "Aah.. uh.. ssh.. terus Ian", Vivin mengerang. "Aku juga enak Vivin", kataku. Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, "Assh.. oh.. ah.. Vivin terus sayang", dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, "Aahk.. uh.. ssh.." sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kurubah posisi, kembali memanggut bibirnya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, "Aakh.. sshh.. pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan", katanya. "Haa.." aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blesst, "Aahk.." teriak Vivin, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7 menit Vivin.. "Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. aku mau keluar Ian", katanya. "Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh.." kataku. Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan.. "Crot.. crot.. cret.." banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya. "Aakh.." aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya.</div><div style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-top: 6px;"></div><div style="text-align: justify;"><span style="line-height: 19.3199996948242px;">Dengan lembut dia cium bibirku, "Kamu menyesal Ian?" tanyanya. "Ah nggak, kitakan sama-sama mau." Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dengan Ibu Vivien hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Vivien menjadi pacar gelapku.</span></div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-938371697064024502015-08-24T16:37:00.000-07:002016-04-28T12:48:35.973-07:00Nikmatnya bercinta bersama boss<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-1r7QRTi1wXs/VTPZBq5LmUI/AAAAAAAACIk/OXn4Qos_jlA/s1600/137.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" height="198" src="http://1.bp.blogspot.com/-1r7QRTi1wXs/VTPZBq5LmUI/AAAAAAAACIk/OXn4Qos_jlA/s400/137.jpg" title="cerita bokep hot" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Cerita bokep hot - Sudah lama aku bekerja di perusahaan ini, kurang lebih hampir 3 tahunan,dan baru baru ini Big Bozz baru dipromosikan dan Big Bozz lama sudah cukup usia untuk pensiun. Padahal setahu aku Big bozz lama sangat baik dan jujur dalam menyelesaikan semua tugas”nya , tapi karena usianya sudah mencukupi untuk pensiun, maka Big Bozz lama pun mempromosikan Big Bozz baru untuk menggantikan posisi Big Bozz lama.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Hari-hari pertama aku lihat Big Bozz baru ini, biar lebih akrab kita panggil saja Pak Heru (Big Bozz Baru). Pak Heru terlihat baik dan perhatian, tapi dibalik semua itu aku merasa ada yang janggal, setiap aku meminta persetujuan TTD kepada Pak Heru diruangannya, Pak Heru selalu menyuruhku duduk disampingnya, Sambil mengelus-elus paha ku, akhirnya aku tak pernah lagi duduk di sebelah Pak Heru jika sedang meminta persetujuan untuk keperluan perusahaannya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Tapi semakin hari malah semakin genit dan nakal , Pak Heru (Big Bozz Baru) selalu menggodaku dan mengedipkan salah satu matanya ke arahku. Padahal aku selalu menghindar, akhirnya suatu waktu Pak Heru ada pertemuan dengan Big Bozz perusahaan lainnya, aku disuruh menemaninya , dengan alasan menjadi sekretaris sementara, mau tidak mau aku menuruti perintah Pak Heru (Big Bozz baru), rapat pun berlangsung dan diakhiri dengan dinner bersama Big Boss perusahaan lainnya itu, sepulang dari rapat antar Big Bozz itu aku ditraktirnya minum jus, aku tak tau apa yang dicampurkan dalam jus itu, tiba-tiba aku merasa panas, ingin membuka baju dan rok-ku, lalu rasanya ingin sekali bercinta dengan gairah yang tinggi.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><br /><div style="text-align: center;">Tak lama dari situ aku pun dalam perjalanan pulang bersama Pak Heru, tapi Pak Heru (Big Bozz Baru) malah membawaku ke sebuah hotel, sepertinya aku bahagia, tak ada perasaan untuk menolaknya, mungkin karena obat rangsangan yang dicampurkan dalam jus tadi, begitu aku masuk kedalam hotel, aku merasa kepanasan dan melepas semua pakaianku, hingga akhirnya aku dalam keadaan telanjang bulat, Pak Heru pun melepas pakaiannya dengan segera, karena aku merasakan rangsangan yang hebat MR. P Pak Heru pun kutarik dan kumasukkan ke dalam mulutku, aku merasa sangat bergairah, ya memang kuakui Pak Heru (Big Bozz baru) masih sangat muda dan berpengalaman, tak lama kemudian Pak Heru pun memutarkan tubuhnya , akhirnya mulutku berhadapan dengan MR.P nya dan Vaginaku berhadapan dengan Mulutnya, A</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">ku menjerit dan mendesah keenakan, karena obat rangsangan itu membuatku menjadi merasakan kenikmatan yang sempurna, lalu kudorong tubuh Pak Heru dan kutarik MR.P nya dan kumasukan kedalam mulut Vaginaku. Ternyata Pa Heru pun bersemangat mendorong MR.Pnya untuk masuk ke dalam mulut Vaginaku, aku menjerit kecil dan mendesah terengah-engah, sambil merasakan kenikmatan, lalu aku diangkatnya dan berdiri dengan posisi pantat mengangkat. Pak Heru pun memasukan MR.P nya lagi ke mulut Vaginaku, desahan demi desahan ku lontarkan untuk kenikmatan, semua gaya kami lakukan, akhirnya aku merasakan klimaks, begitu pun Pak Heru,<br /><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">mendesah dengan kenikmatannya karena kami mencapai titik klimaks bersamaan. Setelah itu, kami mandi bersama, sambil mengutarakan pembicaraan, yang didasari dengan komitmen, agar apa yang sudah terjadi tidak disebar-luaskan pada siapapun, cukup hanya aku dan Pak Heru yang tahu. Sambil mengenakan baju akhirnya kami bergegas pulang, akhirnya aku menamakan dia Big Bozz yang Nakal.</div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-8713751058690855172015-08-22T17:22:00.000-07:002016-04-28T12:48:35.987-07:00Tubuhku digerayangi ayahku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-vhKvTEp6xYc/VTpPtTLw_HI/AAAAAAAACLY/thSu2N6dtKo/s1600/148.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" height="198" src="http://3.bp.blogspot.com/-vhKvTEp6xYc/VTpPtTLw_HI/AAAAAAAACLY/thSu2N6dtKo/s400/148.jpg" title="cerita bokep hot" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Cerita bokep hot - Panggil saja aku Bunga, pada saat itu aku masih duduk di kelas 3 SMK, salah satu sekolah menengah kejuruan yang berada di Cianjur, sebenarnya aku tak ingin menceritakan ini pada siapapun, Namun aku tak tahan menyimpan semua ini sendirian, aku pun tak berani mengungkapkannya pada ibuku, pada saat itu ibuku sedang berada di luar kota, aku takut ibuku marah besar. Akhirnya kusimpan sendiri dan aku tulis di buku diary. Aku persingkat ceritanya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Mulanya perilaku dan perhatian Ayahku mulai berubah, yang awalnya pendiam dan selalu sibuk dengan kerjaannya. Namun sekarang Ayah pulang kerja lebih cepat, perhatiannya pun bertambah, pernah sekali aku melewati kamar Ayahku sewaktu aku pulang sekolah dan melihat Ayahku sedang onani sambil menonton film porno, aku berjalan sambil menuju kamar mandi & pura-pura tidak melihatnya. Setelah itu aku menonton televisi di ruangan tengah, tak lama kemudian Ayahku menghampiriku dan bertanya</div><div style="text-align: center;">Ayah : “pulang sekolah jam berapa tadi?,</div><div style="text-align: center;">: Ayah beli ikan bakar untuk makan, habiskan saja ya ikannya, Ayah sudah kenyang kok.</div><div style="text-align: center;">Bunga : tadi Bunga pulang jam 2 siang,</div><div style="text-align: center;">: iya Ayah nanti bunga makan kok.</div><div style="text-align: center;">aku pun kembali untuk menonton acara televisi.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Tak terasa hari sudah mulai gelap, aku pun segera makan dan setelah aku makan aku bergegas mandi, sewaktu makan pun aku melihat ayah yang sedang melirikku dari atas ke bawah seperti orang yang mau menerkamku, setelah aku mandi aku berniat ke kamarku dengan tubuh masih tertutup oleh selembar handuk, Ayahku yang sedang duduk di ruang tengah melihatku melintas dari kamar mandi yang hanya menggunakan selembar handuk, lalu tiba-tiba Ayahku masuk ke kamarku dan mengunci pintunya, aku pun kaget dan menyuruh Ayahku keluar dari kamarku, tapi Ayahku terlihat sangat beringas, aku didorongnya hingga terbaring di kasur, kedua tanganku dipegang erat, lalu Ayahku melepaskan handuk dari tubuhku, aku berontak dan menolak nafsu bejatnya, namun mulutku dibungkam kain, lalu tanganku diikat ke tiang ranjang tempat tidurku, aku mencoba dan terus berontak dalam keadaan telanjang / tanpa busana, aku pun tak bisa teriak karena mulutku dalam keadaan disumpal, Ayahku dengan nafsu bejatnya melepaskan pakaiannya, aku mulai ketakutan dan menangis, tapi Ayahku tak menghiraukanku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Lalu Ayahku menghampiriku lagi setelah melepaskan pakaiannya dan tangan Ayahku mulai menggerayangiku, payudaraku diremas-remas olehnya dan ujung vaginaku dimainkan dengan ujung jarinya, namun aku tetap berontak, tapi Ayahku menindih badanku hingga aku sulit untuk berontak lagi, akhirnya aku pasrah untuk melayani nafsu bejatnya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Dari payudara diremas-remas oleh Ayahku hingga ujung vaginaku dijilati oleh Ayahku, aaaaccchhhh!!! Aku hanya bisa mendesah dalam kesedihan, dan tak lama kemudian Ayah memasukan penisnya ke dalam vaginaku, aku merintih kesakitan, aku berusaha berontak lagi, namun Ayah tetap memaksa untuk memasukan penisnya ke dalam vaginaku, akhirnya penisnya masuk ke dalam vaginaku. Aku melihat wajah Ayah sangat bergairah & menikmati tubuhku, tapi aku seperti tak mengenal lagi siapa pria yang ada di depanku ini.</div><div style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" title="cerita bokep hot" /></a>Aku merintih menahan sakit karena penis Ayahku yang besar dan panjang, aku tak kuat menahan nafsu bejatnya, rasa kecewa dan marah bercampur menjadi satu dalam benakku, Ayahku semakin bersemangat dan hingga akhirnya Ayahku mencapai puncak kenikmatannya dan menarik penisnya keluar dari vaginaku dengan segera, dan mendekatkan penisnya tepat di depan wajahku, spermanya keluar melumuri wajahku. Ayahku mendesah terengah-engah sambil menunjukkan wajah kepuasan.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Setelah itu Ayahku mengenakan kembali pakaiannya, lalu membuka semua ikatan di tanganku dengan penuh senyum yang menjelaskan kepuasannya. Aku berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah selesai mandi aku kembali ke kamarku dan mengunci pintu kamarku sambil menangis menunggu ibu kembali pulang. Pada saat itu aku berharap ibu pulang lebih cepat. Ayahku pun keluar dari kamarku dan menonton acara televisi dengan wajah yang ceria dan seperti tidak ada apapun yang terjadi.</div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-29950539558333619412015-08-21T16:37:00.000-07:002016-04-28T12:48:36.021-07:00Tante Yuli pemuas nafsuku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-yhC32ICc4_A/VS-x9FqqLJI/AAAAAAAACFY/BYP_loZZquk/s1600/123.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" height="197" src="http://1.bp.blogspot.com/-yhC32ICc4_A/VS-x9FqqLJI/AAAAAAAACFY/BYP_loZZquk/s400/123.jpg" title="cerita bokep hot" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Cerita bokep hot - Awalnya tanteku sering maen dan nginep di rumah, hingga tanteku tau semua keadaan di rumahku, terkadang tanteku sering membantu masak untuk makan aku dan adik-adikku, setiap pagi kami mau berangkat kerja, tanteku pasti mencium pipi kami seperti anaknya sendiri, aku merasa ada yang aneh dengan sikap dan perilaku tante Yuli, waktu ke waktu dan hari ke hari sudah berlalu, suatu ketika kedua orang tuaku pergi ke luar kota karena ada urusan mendadak yang lebih penting dan adik-adikku ikut pergi bersama mereka, hanya aku sendiri yang berada di rumah dan ditemani tanteku Yuli yang sexy.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Setiap pagi aku diciuminya, suatu ketika setelah tanteku Yuli yang Hot itu menyiapkan sarapan, Tanteku masuk ke kamarku tanpa ketuk pintu dahulu, akupun terkejut, karena pada saat itu keadaanku sedang telanjang bulat ( selesai mandi ). Lalu tanteku yang Hot itu datang menghampiriku dan memelukku sambil berbisik “klo sudah selesai, turun ya ke ruang makan, tante tunggu diruang makan” . EEmmmmuuuuAAAccccchhhh !!!.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.grand303.com/" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="http://www.grand303.com/" border="0" height="78" src="https://2.bp.blogspot.com/-TSCKw3Ot8BM/VfAdUQ6Gb7I/AAAAAAAAB4M/EhHBadASy6k/s728-Ic42/baner1.gif" width="640" /></a></div></div><div style="text-align: center;">Tanteku Yuli mencium leherku lalu pergi ke ruang tamu, aku semakin bingung, ada apa dengan Tante Yuli ??? Ya sudahlah, mungkin hanya perasaanku saja, setelah itu aku pun sarapan bersama dan tak lama kemudian, tante Yuli selesai lebih dulu, dan aku pun masih asik sarapan, setelah selesai sarapan, aku teriak pamit sama Tante Yuli, karena takut kesiangan Kerja, tapi Tante Yuli malah memanggilku, Doniiiiiiii…!!!, ke sini sebentar, sahut Tante Yuli dengan lantang. Begitu aku masuk ke kamarnya tante Yuli, tanteku lagi asik rebahan menggunakan baju lingerie merah yang tembus pandang, ukuran payudaranya lumayan besar sekitar 32B, celana dalamnya pun berwarna sama merah, membuatku berdiri diam tak berkedip. Pada saat itu juga tante Yuli menarikku dan mendorongku ke atas ranjang, kancing kemejaku dibukanya satu demi satu sambil menciumku dengan nafsu dan birahi yang tinggi, memang setahuku sudah hampir 5 tahun tante Yuli tidah menikah lagi, padahal tante Yuli itu, baik, sexy, tubuhnya seperti gitar spanyol, lalu bibir, lidah dan leherku dijilati oleh tanteku, aku pun mendesah keenakan.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Tak kusadari celanaku pun sudah terbuka dan terlepas, lalu MR.P ku diremas-remas oleh tante Yuli, akhirnya aku merasa terangsang dan akupun tak mau kalah, kupeluk tante Yuli dan kubuka BH-nya perlahan dan kubuka celana dalamnya, lalu setelah kuremas-remas payudaranya yang montok itu, kumainkan dan kuputar-putar ujung Vagina Tanteku, AACCCHHHHH uuuhhhhhh AAACHHHH !!!! Tanteku Yuli menjerit kecil dan mendesah terengah-engah hingga membuatku ber-ereksi dan tak tahan, lalu tanteku berputar badan hingga berposisi 69, keadaan ini membuatku lebih bersemangat, tante Yuli memasukan MR.P ku ke dalam mulutnya dan mulutku menjilati ujung vagina tanteku, desahan demi desahan kudengar hingga aku merinding, akhirnya aku mulai ga tahan, lalu aku memegang MR.P ku dan mengarahkan ke mulut Vagina tanteku, Lalu kudorong dan kumasukan perlahan. Jeritan-jeritan kecil dan desahan-desahan Hot itu terdengar lagi olehku, Aghhh,.. Ouchh.. , tak lama kemudian tanteku Yuli yang hot, sudah mencapai klimaks sehingga menjerit keenakan.. lalu aku didorongnya hingga terbaring dan tanteku ada tepat diatasku, dan memberikan Goyangannya yang HOT.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Tak lama kemudian aku pun mencapai puncak klimaks, sambil menghisap payudara tanteku yang besar dan HOT, akhirnya aku dan tanteku yang HOT tidur terbaring kelelahan sambil merasakan kepuasan dan kenikmatan semata. Setelah itu aku dan tanteku yang hot BERJANJI, atas semua yang sudah terjadi, untuk tidak memberitahukan pada siapapun, lalu aku kembali ke kamarku untuk beristirahat, dan tanteku Yuli yang HOT pun beristrirahat. Karena kejadian itu membuat aku terlambat masuk kerja, akhirnya hari itu aku memutuskan untuk tidak masuk kerja.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-36301813015217653042015-08-19T18:56:00.000-07:002016-04-28T12:48:36.037-07:00Kehangatan dari kak Ayu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-iKvzn_Iet2w/VQYQJ6_fcLI/AAAAAAAABdo/Jl-ocfvqxlQ/s1600/25.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" height="198" src="http://2.bp.blogspot.com/-iKvzn_Iet2w/VQYQJ6_fcLI/AAAAAAAABdo/Jl-ocfvqxlQ/s400/25.jpg" title="cerita bokep hot" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Cerita bokep hot - Setiap sepulang sekolah, kakakku selalu pulang bersama teman perempuannya, aku sering berbincang-bincang dengan teman kakakku, lebih asyiknya aku panggil dia Ayu si cewe genit, karena dia wanita yang sangat, cantik, berkulit putih, sexy, mungil, n bersuara lembut. Dari hari ke hari aku selalu berusaha untuk mengenalnya lebih dekat, setiap ayu datang, aku selalu berusaha merayunya dengan kata mutiara, tp Ayu selalu cuek. apa yang harus aku perbuat ?.</div><div style="text-align: center;">Akhirnya aku berniat menjauh darinya, setelah sekian hari aku tak pernah menyapanya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Hingga semua itu berbalik, sekarang ayu lebih sering bertanya padaku, lalu dia mendekatiku, mengedipkan mata hingga merayu dan mengatakkan äku suka kamu, sulitku untuk menjawab, karena pada waktu itu aku pernah diacuhkannya. Tapi seiring dia bertanya, akhirnya perasaan ini tumbuh lagi dan tanpa kusadari kumencium pipinya tanpa basa basi.</div><div style="text-align: center;">Alamak aku merasakan libido ini naik hingga 99%, hingga aku berpikir, “suatu saat nanti Ayu harus kumiliki seutuhnya .</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Keesokan harinya, Ayu memintaku untuk menjemputnya sepulang sekolah nanti, aku menjawab dengan lantang, “Ya kakak, aku pasti jemput kakak”.</div><div style="text-align: center;">Sore harinya, ayu mengajakku bermain ke mall, anehnya, sepanjang perjalanan ayu memegang tanganku dengan erat sambil berbincang-bincang tentang dirinya, aku merasa bahwa aku ini milik dia seutuhnya, tak lama kemudian Ayu mengajakku pulang kerumahnya, lalu ku jawab “ga usah ka, trimakasih, aku malu sama keluarga kakak.”</div><div style="text-align: center;">Ayu menjawab dengan rayuan dan senyum yang menggoda, “Di rumahku tak ada siapa-siapa” , ayah ibuku sedang keluar kota, jadi ku ingin kau menemaniku malam ini, besok kan libur. Maka dari itu aku mengajakmu menginap dirumahku, ujar Ayu..</div><div style="text-align: center;">ya ka, aku harus minta izin sama orang tuaku dulu. “Dengan alasan maen dirumah teman”</div><div style="text-align: center;">ya sudah kalau boleh, kamu langsung kabarin kakak ya ?? atau langsung aja datang kerumah ya, ujar Ayu.</div><div style="text-align: center;">setelah pulang dan tak lama kemudian aku langsung datang, lalu mengetuk pintu rumahnya.. Ayupun bergegas membukakan pintu rumahnya dan langsung memelukku erat sekali. saat dia memelukku dia berbisik, jangan sia-siakan semuanya!. Aku hanya bisa diam dan berfikir, apa maksud yang tadi Ayu katakan.??</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Setelah masuk kedalam rumahnya, Ayu memanggilku didalam kamarnya, saat aku masuk ayu mengagetkanku dengan memelukku dan menciumku penuh cinta dan mesra,hingga tak kusadari tanganku bergerak ke arah payudaranya/dadanya lalu dengan perlahan ku berbisik “akan kubuat kau merasakan keindahan”.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">lalu Ayu menjawab dengan tatapan genit “Seberapa berani kau padaku ?” awal awalnya aku malu,lalu Ayu memelukku dan mencium bibirku dengan mesra, hingga kancing baju satu demi satu dan celanapun ikut terlepas. Tanpa disadari Ayu pun memberikan kehangatan di waktu itu, hingga aku tak bisa menahan gairahnya yang begitu besar. Dari pertama Ayu meremas-remas MR.P ku, lalu dimasukkannya ke dalam mulut Ayu, aku merasakan kenikmatannya, tak lama kemudian kuremas remas payudaranya dan tanpa ragu tanganku turun ke bawah dan memainkan ujung vaginanya. AAACCCCCCHHHH !!!!! Ayu mendesah dan berkata “lakukanlah sepuasmu sayang. Pikiranku semakin kotor karena payudara yang berukuran 36B itu dan vagina Ayu yang sempit itu membuatku ingin segera menaikinya dan bercinta dengannya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Awalnya aku menciumnya dari leher hingga mulutku turun menuju payudaranya, dan yang terakhir sampailah mulutku dihadapan vaginanya, kujilati hingga Ayu mendesah heboh lalu di atas kasur itu kuputar Ayu dan kita melakukan gaya 69, karena Ayu sudah tak sabar, aku langsung mencumbunya sambil kucium sekitar leher dan belakang telinganya, hingga MR.P ku berhadapan dengan vaginanya Ayu, lalu Mr.P ku dipegang n diarahkannya ke mulut Vaginanya Ayu. Dan kudorong masuk secara perlahan. AAAACCCHHHH !! AAAACCCHHH!!! jeritan kecil pun dilontarkan oleh Ayu, diriku semakin bergairah, kucumbu terus menerus hingga lelah, dan akhirnya Ayu menggantikan posisiku diatas, aku berbaring di bawah dan Ayu menaikiku di atas.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Dengan goyangannya yang luar biasa hingga tanganku ikut meremas-remas payudaranya yang kencang dan besar itu. Lalu tak lama kemudian kuangkat Ayu dengan posisi berdiri membokongiku. Kuangkat sebelah kaki Ayu.. dan kumasukkan MR.P ku dalam Vagina Ayu, AAACCCHHH !!! Ayu menjerit lagi dengan lepas dan mendesah karena Ayu sudah mencapai klimaks-nya. Desahan itu semakin lama semakin membuatku merasakan bergairah dan mencapai klimaks. Karena, berbagai macam gaya sudah kami lakukan, sampai aku dan Ayu mencoba gaya-gaya baru, rasanya saat itu aku tak ingin kehilangannya “sambil mengenakan pakaian”.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Keesokan harinya, setiap hari selepas pulang sekolah, ternyata aku dan Ayu sering melakukannya hingga aku ketagihan. Ayu adalah wanita yg paling sempurna untukku, cantik , mungil, sexy, berkulit putih, dan mempunyai gairah yang tinggi. Hingga Ayu berpindah tempat tinggal jauh dari tempal tinggalku., Akhirnya aku dan Ayu berkomitmen apapun yang pernah terjadi cukup hanya kita berdua yang tau. Setelah itu aku memakai jaket dan pulang kerumah dengan hati yang bahagia dan tubuh yang segar.</div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-83019083162537784772015-08-18T16:22:00.000-07:002016-04-28T12:48:36.071-07:00Kenikmatan di ruang komputer<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-_jFXn1GH6aY/VQqGi5r5ZtI/AAAAAAAABls/AuHJAto1iu0/s1600/92.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" height="198" src="http://2.bp.blogspot.com/-_jFXn1GH6aY/VQqGi5r5ZtI/AAAAAAAABls/AuHJAto1iu0/s400/92.jpg" title="cerita bokep hot" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Cerita bokep hot - Hampir tidak percaya bahwa hari telah larut malam. Aku masih berada di ruang komputer kampus sendirian. Pegal rasanya seharian menulis tugas yang harus diserahkan besok pagi. Untunglah akhirnya selesai juga. Sambil melepas lelah iseng-iseng aku buka internet dan masuk ke situs-situs porno. Aku membuka gambar-gambar orang bersenggama lewat anus. Mula-mula terasa aneh, tapi makin lama aku merasakan fantasi lain. Aku merasakan erangan perempuan yang kesakitan karena lubang duburnya yang sempit ditembus dengan kemaluan yang mengeras. Ah.. khayalanku semakin jauh.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara pintu ruangan membuka dan menutup. Hii.. aku lihat sudah jam 22:30, malam-malam begini pikiranku jadi membayangkan hal-hal menakutkan. Tapi kemudian aku dikagetkan lagi ketika melihat seorang perempuan membawa map berisi beberapa lembar kertas dan dua buah buku tipis masuk kemudian menaruhnya di sebelah komputer, lalu menyalakan komputer dan mengetik. Komputernya terhalang tiga meja komputer di sebelahku. Aku jadi lega, sekarang ada teman, walaupun dia tidak memperhatikan aku sama sekali. Aku perhatikan dari samping, wajahnya manis dengan hidung yang kecil dan mancung. Kulitnya tidak terlalu putih, tapi mulus dengan jaket jeans lengan pendek yang dikenakannya, dia tampak cantik.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Tapi, akh peduli amat. Aku melanjutkan buka-buka situs tadi, anganku semakin menerawang, kemaluanku agak menegang. Dan akhirnya aku melirik pada perempuan di ruangan itu, dan langsung aku melirik pantatnya. Besar! pikirku. Tiba-tiba saja aku membayang kalau kemaluanku merobek-robek pantatnya yang menggiurkan itu. Aku jadi deg-degan, semakin dibayangkan semakin menjadi-jadi kemaluanku menegang. Sampai akhirnya aku nekat mendekati dia. Aku mencoba menenangkan diriku agar tampak normal.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">“Ma’af.. sedang mengerjakan tugas?” suaraku sedikit bergetar. Dia melirikku sebentar lalu matanya tertuju lagi ke layar komputer, sambil menjawab, “Iya.. Mas.. aku kelupaan menuliskan beberapa judul buku dalam daftar kepustakaan, cuma dikit kok.” “Rumahnya deket sini?” “Iya di asrama, dan saya biasa kerja malam-malam begini,” jawabnya. “Nah.. selesai deh,” dia membereskan kertas-kertas, lalu terdengar suara mesin printer bekerja. Dia mengambil hasilnya dan kelihatan puas. “Bisa pulang sama-sama?” aku bertanya sambil mataku sebentar-sebentar mencuri pandang ke arah pantatnya yang kelihatan besar membayang dibalik celana trainning kain parasitnya. Aduh, dadaku mendesir. “Sebentar aku tutup dulu komputerku ya..”</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Aku bergegas pergi ke komputerku. “Mas sedang ngerjakan apaan?” Aku kaget tidak menyangka kalau dia mengikuti aku. “Ah.. ini.. iseng-iseng aja buka-buka internet, capek sih ngetik serius terus dari tadi.” “Eh.. gambar-gambar gituan yaa? Hi ih!” dia mengangkat bahunya, tapi mulutnya tersenyum. “Ah.. iseng-iseng aja.. Mau ikutan liat-liat?” tiba-tiba keberanianku muncul. Dan di luar dugaan dia tidak menolak. “Tapi bentar aja yaa.. entar keburu malam!” dia langsung duduk di kursi sebelahku. Makin lama kami makin asyik buka-buka gambar porno, sampai akhirnya, “Aku mau pulang deh Mas. Udah malem.. Aku bisa pulang sedirian.. deket kok.” Dia siap berdiri. Tapi dengan reflek tanganku cepat memegang pergelangannya. Dia terkejut. Aku sudah tidak memperdulikan apa-apa lagi, kecuali mempraktekkan gambar-gambar yang dilihat tadi. Kemaluanku sudah menegang.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Tanpa basa basi aku langsung menduduki pahanya dan langsung melumat bibirnya. “Umh.. mh..” dia berusaha meronta dan menarik kepalanya ke belakang, tapi tangan kiriku cepat menahan belakang kepalanya, sementara tangan kananku sudah memegang buah dadanya, memutar-mutar, dan meremas-remas putingnya. Gerakan perempuan itu makin lama makin lemah, akhirnya aku berani melepaskan ciumanku, dan beralih menciumi bagian-bagian tubuh lain, leher, belakang telinga, kembali ke leher, lalu turun ke bagian belahan buah dadanya. Aku melihat dia juga menikmatinya. Matanya mulai sayu, bibirnya terbuka merekah.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">“Namamu siapa?” aku tampaknya agak bisa mengendalikan keadaan. Dia tidak menjawab. Hanya matanya yang sayu itu memandang kepadaku. Aku tidak mengerti maksudnya. Tapi ah tidak perduli aku mengangkat berdiri tubuhnya, lalu aku duduk di kursi, kutarik badannya dan dia duduk di pangkuanku. “Ehh.. hh..” dia berdesah ketika kepalaku menyeruduk buah dada yang masih terhalang T-shirt merah muda di balik jaket jeans yang terbuka kancingnya. Tanganku segera menaikkan kaosnya, sehingga tampak bagian bawah dadanya yang masih berada di balik BH. Kunaikkan BH-nya tanpa melepas, dan kembali mulutku beraksi pada putingnya, sementara tanganku meremas-remas pantatnya dan pahanya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">“Oohh.. Mas.. Mas.. Aoohh..” aku semakin menggila mendengar desahnya. Lalu aku ingin melaksanakan niatku untuk menembuskan batang kemaluanku ke pantatnya. Kubalikkan badannya sehingga dia membelakangiku. Aku pun berdiri dan menurunkan celana trainingnya dengan mudah. Dengan tidak sabar celana dalamnya pun segera kuturunkan. Aku duduk dan kutarik badannya sehingga pantatnya menduduki kemaluanku. “Aghh.. Uhh” aku terkejut karena kemaluanku yang sedang menegang itu rasanya mau patah diduduki pantatnya. Tapi nafsuku menghilangkan rasa sakit itu. Aku genggam kemaluanku dan kutempelkan ke lubang duburnya, lalu kutekan. “Aaah..” dia menjerit, tubuhnya mengejang ke belakang. Tapi kemaluanku tidak bisa masuk. Terlalu sempit lubangnya. Keberingasanku makin menjadi. Aku dorong tubuhnya sehingga posisi badannya membungkuk pada meja komputer. Pantatnya kelihatan jelas, bulat. Pelukanku dari belakang tubuhnya membuat dia tertindih di meja. Kutempelkan kemaluanku pada lubang pantatnya. Sementara tangan kiriku meremas buah dada kirinya. Mulutku pun tidak henti-hentinya menggerayangi bagian belakang leher dan punggungnya. Dengan sekali hentak paksa, kudorong masuk kemaluanku. “Aih.. ah uh aoowww..” aku pun mersa sedikit kesakitan, tapi kenikmatan yang tiada taranya kurasakan. “Jangan.. aduh aahh sakiit, tidak deh.. ahh..” Aku semakin bernafsu mendengar rintihannya. Sambil memeluk buah dadanya., kutarik dia berdiri. Lalu aku pun menggerakan kemaluanku maju mundur, mulutku menciumi pipinya dari samping belakang, sementara tanganku meremas buah dadanya, seolah-olah ingin menghancur lumatkan tubuh perempuan yang sintal itu.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Perempuan itu tidak henti-hentinya merintih, terutama ketika kemaluanku kudorong masuk. Beberapa tetes air mata menggelinding di pipinya. Mungkin kesakitan, aku tidak tahu. Tapi apa daya aku pun sudah tidak kuat menahan keluar air maniku lagi dan tubuhku mengejang, perempuan itupun mengejang dan merintih, karena tanganku dengan sangat keras meremas buah dadanya. Badannya ikut tertarik ke belakang, dan mulutku tanpa terasa menggigit lehernya. “Ouhh.. hh..” kenikmatan luar biasa ketika kemaluanku menyemburkan air maniku ke pantatnya. Hangat sekali. Aku terduduk dia pun terduduk di atas kemaluanku yang masih menancap di pantatnya. Kepalaku terkulai di punggungnya. Perempuan itu memandang ke arah layar komputer dengan pandangan kosong. Sementara tetes air matanya masih terus membasahi pipinya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;">“Ma’afkan aku.. Aku tidak kuat nahan diri,” aku mencoba menghiburnya. Tapi dia tidak menjawab. “Siapa namamu?” tanyaku dengan lembut. Kembali dia membisu. “Aku mau pulang.. kamu tidak perlu nganter aku.. biar orang-orang tidak tanya macem-macem,” katanya dengan suara perlahan. “Aku sebenarnya tau siapa kamu.. Mas,” dia berbicara tanpa menoleh ke arahku. “Ha.. aku..” aku tekejut. “Ya.. karena aku temen baru pacarmu, Yuni, aku pernah liat foto-fotomu di tempat dia.” Kali ini dia menatapku dengan tajam. “Tapi.. aku sama sekali tidak nyangka kelakuanmu seperti ini,” selesai dia menaikkan celana dan membetulkan BH dan T-shirtnya. “Tapi tidak usah khawatir aku tidak bakalan cerita kejadian ini, aku takut ini akan melukai hatinya. Dia setia sama kamu,” lanjutnya. “Kamu tidak.. kasian ama dia?” Aku terdiam, termangu, bahkan tidak menyadari kalau dia sudah berlalu.<br /><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Akhir-akhir ini aku tahu nama gadis itu Rani, memang dia teman pacarku, Yuni. Aku menyesali perbuatanku. Rani tetap baik pada kami berdua. Kami bahkan menjadi kawan akrab. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Entah sampai kapan dia akan menyimpan rahasia ini. Aku kadang-kadang khawatir, kadang-kadang juga memandang iba pada Rani. Oh, aku telah menghancurkan gadis yang tulus.</div><div style="text-align: center;"><br /></div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-10649597484582988762015-08-15T18:29:00.000-07:002016-04-28T12:48:36.088-07:00Keperawananku hanya tinggal kenangan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-QgzX0e16owg/VSvMxsb0IDI/AAAAAAAACDU/xRAbDVDO_6g/s1600/114.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita bokep hot" border="0" height="197" src="http://3.bp.blogspot.com/-QgzX0e16owg/VSvMxsb0IDI/AAAAAAAACDU/xRAbDVDO_6g/s400/114.jpg" title="Cerita bokep hot" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Cerita bokep hot - Nirmala hendak berteriak minta tolong, tapi mulutnya langsung dibekap oleh preman yang berdiri di belakang Nirmala. Pembaca Cerita Dewasa : ternyata, 3 preman itu tidak mabuk meskipun mereka minum-minum karena minuman berakoholnya cuma sedikit dan lebih banyak air. Maklum preman gak modal. 2 preman yang lain tertawa dengan licik melihat Nirmala yang sudah tidak berdaya.</div><div style="text-align: center;">"gila,,bening banget nih cewek,,mimpi ape kite kemaren,,".</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"kalo gue sih mimpi ketiban duren,,".</div><div style="text-align: center;">"udeh lo bedua berisik banget,,mending lo bedua buka jaket nih cewek,,".</div><div style="text-align: center;">"oke bos,,". Salah satu preman itu menarik resleting jaket Nirmala ke bawah sementara preman terakhir memegangi kaki Nirmala agar tidak menendang-nendang lagi. Preman yang ditugasi untuk membuka jaket sangat kaget ketika resleting jaket Nirmala sudah terbuka sampai ke perutnya.</div><div style="text-align: center;">"gila,,ni cewek cuma pake jaket doang,,gak pake baju die bos,,".</div><div style="text-align: center;">"ah,,yang bener lo Jo,,", si bos preman itu pun menutupi mulut Nirmala dengan tangan kirinya dan tangan kanannya bergerak menyusup ke dalam jaket Nirmala dan langsung meremas kencang payudara kiri Nirmala.</div><div style="text-align: center;">Ekspresi wajah Nirmala menunjukkan kalau Nirmala kesakitan akibat remasan kencang si bos preman di payudara kirinya. Preman yang memegangi kaki Nirmala tidak tahan hanya melihat kaki & paha Nirmala yang putih mulus tanpa cacat sedikit pun. Jadi, preman itu mengelus-elus paha Nirmala dengan tangan kanannya. Lalu tangan preman itu terus bergerak hingga ke pangkal paha Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"die juga gak pake celana dalem bos,,kayaknye die emang udeh siap buat dientot ni bos,,".</div><div style="text-align: center;">"yaude,,lepasin jaketnye, Jo,,biar ni cewek telanjang sekalian,,".</div><div style="text-align: center;">"oke bos,,". Ketiga preman itu jadi lengah sehingga otak Nirmala langsung bekerja untuk melepaskan diri dari 3 preman itu. Nirmala mendorong kepalanya ke belakang sehingga mengenai wajah si bos preman.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"aarrgghh,,", bos preman itu langsung menjauh dari Nirmala sambil memegangi hidungnya yang hampir patah karena terbentur bagian belakang dari kepala Nirmala. 1 preman sudah lepas, 2 more to go. Nirmala mengangkat kaki kanannya sehingga lutut Nirmala langsung menghantam dagu preman yang memegangi kakinya. Preman itu langsung jatu terjerembab ke belakang. Still 1 preman standing. Nirmala langsung meninju preman yang tadi ditugasi melucuti jaket Nirmala. Meski tinju Nirmala lemah, tapi mampu membuat preman itu juga jatuh ke belakang karena preman itu berjongkok dengan sedikit berjinjit. Nirmala pun langsung mengambil langkah 2 ribu menjauhi 3 preman yang sedang kesakitan sambil berteriak minta tolong. Ada orang keluar dari warung, Nirmala berlari ke arah orang itu, sambil berlari, Nirmala menarik resleting jaketnya ke atas lagi agar payudaranya tertutupi jaket.</div><div style="text-align: center;">"tolong pak,,saya mau diperkosa,,", kata Nirmala sambil berlindung di belakang orang itu.</div><div style="text-align: center;">"mana Dek,,yang mau merkosa,,", ujar orang itu sambil bertolak pinggang seperti jagoan. 3 preman itu muncul di hadapan abang pemilik warung dengan nafas mereka yang terengah-engah. Nirmala merasa sedikit tenang melihat si abang pemilik warung kelihatannya tidak gentar menghadapi 3 orang preman itu.</div><div style="text-align: center;">Tiba-tiba, trio preman itu langsung bergerak ke belakang si abang pemilik warung dan menangkap Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"pak,,tolong saya,,", pinta Nirmala dengan wajah sedihnya. Abang pemilik warung itu menoleh ke belakang.</div><div style="text-align: center;">"ah,,parah lo betiga,,udah gue kasih minuman,,malah gak ngajak gue pas mau merkosa cewek,,", kata-kata yang keluar dari mulut si abang pemilik warung membuat Nirmala seperti tersamber petir.</div><div style="text-align: center;">"gimane mau ngajak lo Din,,die aje kabur,,".</div><div style="text-align: center;">"kok bisa kabur?".</div><div style="text-align: center;">"noh,,gara-gara si Narjo buka jaketnye kelamaan,,".</div><div style="text-align: center;">"bukan salah gue bos,,gara-gara si Bagus,,megangin kakinye gak bener,,".</div><div style="text-align: center;">"enak aje,,lo,,bos Hari juga salah,,".</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"udeh,,udeh,,mending,,kite mulai aje,,ngerjain ni cewek nyang kayak bidadari ini,,".</div><div style="text-align: center;">"bener juge ape kate lo,,Yo,,". Akhirnya, nama mereka terungkap juga. Si bos preman bernama Hari, si abang pemilik warung bernama Taryo, preman yang tadi memegangi kaki Nirmala bernama Bagus, dan preman yang terakhir bernama Narjo.</div><div style="text-align: center;">"ngapain lo kabur tadi,,hah?!", sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"udeh,,kite telanjangin aje nih cewek,,biar die kapok,,". Dalam waktu sekejap, jaket Nirmala sudah dibuang jauh-jauh oleh Hari.</div><div style="text-align: center;">"buset,,bodynye bohay banget,,", ujar Narjo.</div><div style="text-align: center;">"liat tuh memeknye,,kayaknye,,masih perawan,,".</div><div style="text-align: center;">"berarti gue yang merawanin,,", kata Udin.</div><div style="text-align: center;">"enak aje lo, Din..gue bosnye disini,,", balas Hari.</div><div style="text-align: center;">"tapi,,ini kan warung gue,,", balas Udin tak mau kalah.</div><div style="text-align: center;">"yaude,,lo yang merawanin,,tapi kite gratis minum di warung lo satu minggu ye,,", kata Hari.</div><div style="text-align: center;">"sip dah,,nyang penting bisa merawanin cewek,,".</div><div style="text-align: center;">"jangan perkosa saya,,", pinta Nirmala, air matanya pun mengalir keluar.</div><div style="text-align: center;">"diem lo !! ntar lo juga enak,,", ejek Bagus.</div><div style="text-align: center;">"kite taro aje di bangku biar lebih enak,,", usul Narjo.</div><div style="text-align: center;">"bener juga lo Jo,,". Narjo & Bagus mengangkat tubuh Nirmala dan menaruh Nirmala di kursi panjang dari kayu yang biasa ada di warteg. Bagus & Narjo mengangkat kaki Nirmala ke atas sehingga vagina Nirmala yang ada di tepi ujung bangku benar-benar terekspos dengan sangat jelas.</div><div style="text-align: center;">Hari duduk di ujung bangku yang satunya, dia memegangi kedua tangan Nirmala sambil menikmati kelembutan dari bibir Nirmala yang tipis dan lembut. Nirmala tau kalau dia tidak bisa melakukan perlawanan lagi karena kali ini dia benar-benar tidak berdaya. Nirmala tidak tau apa yang akan terjadi pada vaginanya karena pandangannya tertutupi leher Hari.</div><div style="text-align: center;">"gue jilat dulu ah,,pengen tau,,memeknye perawan manis ape nggak,,hehe,,", ujar Udin. Udin berjongkok di depan vagina Nirmala dan menatapi pemandangan indah di depannya bagai detektif yang memperhatikan dengan teliti untuk menemukan barang bukti.</div><div style="text-align: center;">"gak ade bulunye lagi,,jadi tambah napsu gue,,", kata Udin.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"udeh,,cepetan lo Din,,ntar gantian,,", kata Hari lalu Hari melanjutkan melumat bibir Nirmala lagi.</div><div style="text-align: center;">"sabar nape lo,,". Udin mengelus-elus kedua paha mulus Nirmala hingga menyentuh pangkal paha Nirmala. Lalu Udin mendekatkan wajahnya ke vagina Nirmala. Udin semakin nafsu setelah melihat bentuk vagina Nirmala yang masih sempurna serta wangi alami dari vagina Nirmala yang dirawat dengan baik oleh Nirmala.</div><div style="text-align: center;">Udin menyapu belahan bibir vagina Nirmala dari bawah ke atas dengan sekali sapuan saja. Nirmala menggelinjang karena sapuan lidah Udin seperti sengatan listrik yang mengalir di sekujur tubuhnya. Kemudian, Udin menggelitik klitoris Nirmala dengan lidahnya.</div><div style="text-align: center;">"mmmffhh,,", desah Nirmala tertahan bibir Hari. Bagus & Narjo tidak hanya memegangi kaki Nirmala saja, tapi masing-masing dari mereka juga 'memegangi' dan meremasi payudara Nirmala. Udin membuka bibir vagina Nirmala sehingga dia bisa melihat bagian dalam dari vagina Nirmala yang terlihat sangat menggiurkan karena masih merah merekah. Lidah Udin sudah terselip di dalam lubang vagina Nirmala. Udin membenamkan kepalanya ke selangkangan Nirmala agar Udin bisa memasukkan lidahnya lebih dalam ke vagina Nirmala. Nirmala memang menolak, tapi dia tidak bisa menyangkal tubuhnya yang dengan senang hati menerima serangan lidah Udin.</div><div style="text-align: center;">"nnggffhh,,,", suara lenguhan Nirmala yang masih tertahan bibir Hari. Tubuh Nirmala menjadi tegang karena dia sedang mengalami orgasme.</div><div style="text-align: center;">"ssuurpp,,slluurrp,,", Udin tidak menyia-nyiakan satu tetes pun hingga cairan vagina Nirmala tak bersisa.<br /><br /><a href="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" title="Cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"gimane Din?", tanya Bagus.</div><div style="text-align: center;">"maknyus,,enak banget,,manis 'n gurih,,", jawab Udin.</div><div style="text-align: center;">"namanye juga memek perawan,,", ujar Narjo.</div><div style="text-align: center;">"gantian lo Din,,", kata Hari.</div><div style="text-align: center;">"okeh,,". Hari & Udin bertukar posisi. Mereka bergantian menjilati vagina Nirmala hingga masing-masing mereka telah mencicipi cairan vagina Nirmala. Nirmala sudah pasrah karena tenaganya habis setelah 4x orgasme. Sekarang, Udin berhadapan dengan vagina Nirmala lagi dengan celananya yang sudah melorot sehingga penis Udin terbebas keluar dari sangkarnya.</div><div style="text-align: center;">"akhirnye,,****** gue bisa ngerasain memek perawan juga,,", ujar Udin. Udin sudah sangat bersemangat ingin segera menghujamkan penisnya ke dalam vagina Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"hoi !!", teriak seseorang. 4 orang itu menengok ke arah sumber suara yang mereka dengar.</div><div style="text-align: center;">"siape lo?!", tanya Udin.</div><div style="text-align: center;">"jangan ganggu dia !!", teriak orang itu. Udin bergegas memakai celananya lagi.</div><div style="text-align: center;">"mao jadi jagoan lo?". Bagus & Narjo melepaskan kaki Nirmala dan maju bersama Udin ke arah orang itu sementara Hari mengikat kaki & tangan Nirmala dengan tali rafiah yang Hari ambil dari warung Udin.</div><div style="text-align: center;">"lo semua,,jangan ganggu tuh cewek !!", kata orang itu.</div><div style="text-align: center;">"oh,,lo mao jadi jagoan lo yee,,", kata Hari yang bergabung dengan Udin, Bagus, dan Narjo.</div><div style="text-align: center;">"nyari mati die,,kite matiin aje nih orang,,biar kite bisa ngentotin perawan,,".</div><div style="text-align: center;">"Gus,,Jo,,maju lo bedua,,hajar ampe mampus nih jagoan kemaleman,,", perintah Hari.</div><div style="text-align: center;">"oke bos,,", jawab Bagus & Narjo maju mendekat ke orang itu. Bagus menyerang duluan, dia melayangkan tinju kanannya ke arah orang itu. Orang itu menangkis dengan tangan kanannya, lalu segera menendang perut Bagus dengan cepat. Meski hanya 1 kali tendangan, Bagus langsung sujud sambil memegangi perutnya dan meringis kesakitan. Narjo menyerang orang itu dari belakang dengan melayangkan sebuah pukulan.</div><div style="text-align: center;">Tapi, dengan cekatan orang itu menghindar ke kiri lalu menggerakkan siku tangan kanannya untuk mengenai perut Narjo. Narjo langsung kesakitan karena hantaman siku orang itu begitu kuat. Orang itu langsung melakukan tendangan berputar ke belakang dan mengenai wajah Narjo sehingga Narjo langsung terlempar ke samping.</div><div style="text-align: center;">"sialan lo !!", Hari & Udin langsung maju menyerang orang itu. Tapi, orang itu melayangkan 2 jurus tendangan saja, Udin dan Hari langsung kesakitan.</div><div style="text-align: center;">"awas lo ye,,!!", ancem Hari sambil kabur. Udin, Bagus, dan Narjo juga lari dengan sangat kencang. Orang itu mendekati Nirmala yang tidak berbusana dan tidak berdaya karena kaki & tangannya terikat ke bangku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"lo gak apa-apa?", kata orang itu sambil melepaskan ikatan di kaki dan tangan Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"terima kasih,,", jawab Nirmala masih lemah.</div><div style="text-align: center;">"nih,,pake jaket gue,,", orang itu memakaikan jaketnya ke Nirmala setelah Nirmala duduk di bangku.</div><div style="text-align: center;">"terima kasih Mas,,".</div><div style="text-align: center;">"kenalin nama gue Eno,,".</div><div style="text-align: center;">"nama saya Nirmala,,".</div><div style="text-align: center;">Ternyata, Eno adalah sabuk hitam dalam Taekwondo sehingga tidak heran dia mengalahkan 4 orang tadi dengan sangat mudah meskipun wajah Eno tidak mendekati kata ganteng sedikit pun.</div><div style="text-align: center;">"ngapain lo malem-malem ada di luar?".</div><div style="text-align: center;">"saya baru dateng dari desa Mas,,".</div><div style="text-align: center;">"oh,,pantes aja,,mukanya masih lugu,,terus sekarang mana celana kamu? masa gak pake celana kayak gini,,".</div><div style="text-align: center;">"gak tau Mas,,".</div><div style="text-align: center;">"yaudah,,lo pake celana training gue aja,,", kata Eno menyerahkan celana trainingnya yang dia ambil dari dalam tasnya.</div><div style="text-align: center;">"makasih Mas,,".</div><div style="text-align: center;">"lo mau kemana sekarang?".</div><div style="text-align: center;">"mm,,saya mau ke rumah saudara saya,,", Nirmala berbohong.</div><div style="text-align: center;">"mau gue anter?".</div><div style="text-align: center;">"ah,,gak usah Mas,,saya jalan sendiri saja,,", Nirmala menolak tawaran dari Eno karena dia sudah tidak percaya kepada laki-laki.</div><div style="text-align: center;">"yaudah,,tapi gue anterin ke tempat yang lebih rame ya?".</div><div style="text-align: center;">"apa gak ngerepotin?".</div><div style="text-align: center;">"gak apa-apa,,yuk,,". Eno berjalan ke motornya yang diparkir agak jauh dari warung. Nirmala memakai celana training Eno sehingga akhirnya, vagina Nirmala tertutup juga.</div><div style="text-align: center;">Eno datang mendekati Nirmala dengan mengendarai motornya.</div><div style="text-align: center;">"ayo,,naik,,".</div><div style="text-align: center;">"iya Mas,,". Nirmala naik membonceng di belakang lalu Eno memacu motornya menjauhi warung itu menuju ke tempat yang lebih ramai.</div><div style="text-align: center;">"makasih ya Mas,,", Nirmala turun dari motor.</div><div style="text-align: center;">"lo gak pake alas kaki ya dari tadi?".</div><div style="text-align: center;">"iya,,Mas,,ilang,,".</div><div style="text-align: center;">"oh,,kalo gitu pake sendal gue aja,,nih,,".</div><div style="text-align: center;">"ntar Mas gimana?".</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"udah,,gak apa-apa,,pake aja,,tapi beneran lo gak apa-apa jalan sendiri?".</div><div style="text-align: center;">"iya Mas,,gak apa-apa,,makasih banyak udah nyelametin saya Mas,,".</div><div style="text-align: center;">"yaudah deh,,gue duluan ya,,ati-ati lo,,". Eno pun pergi meninggalkan Nirmala karena dia ada urusan penting. Nirmala berjalan sendiri lagi, tapi kali ini dia memakai celana untuk menutupi bagian bawah tubuhnya dan sendal untuk melindungi kakinya. Tenaga Nirmala tinggal seperempat saja sehingga Nirmala hanya mengikuti kakinya tanpa tau arah & tujuan. Kakinya membawa Nirmala ke sebuah komplek perumahan yang lumayan elit. Seperti komplek lainnya, ada pos satpam dan portal sebelum masuk ke komplek, tapi kelihatannya satpamnya sedang tidak ada.</div><div style="text-align: center;">Cerita Dewasa : Nirmala masuk ke daerah komplek itu dengan langkah gontai karena dia sudah sangat lemas. Battery empty, please recharge. Tenaga Nirmala sudah benar-benar tidak tersisa lagi kali ini sehingga Nirmala jatuh pingsan di depan sebuah rumah yang besar. Dengan mata yang samar-samar, Nirmala melihat ada seseorang yang mengangkat tubuhnya. Setelah itu, Nirmala sudah tak sadarkan diri. Saat bangun, Nirmala sudah berada di atas ranjang yang sangat empuk. Dia meregangkan tubuhnya alias ngulet. Battery full. Badan Nirmala sudah benar-benar segar sehabis tidur sehingga Nirmala memutuskan untuk bangun dari ranjang. Kamar itu begitu besar, luas, dan penuh dengan barang yang keliatannya mahal. Nirmala tidak berani menyentuh apa-apa karena takut ada yang pecah. Nirmala berjalan menuju ke pintu kamar yang sangat besar. Nirmala membuka pintu kamar itu dan berjalan keluar dari kamar. Nirmala menjelajahi rumah yang lumayan besar itu dan mencari si pemilik rumah yang mungkin tadi telah membawanya masuk ke dalam rumah.</div><div style="text-align: center;">Tapi, meski dicari kemana-mana, Nirmala tidak menemukan siapa-siapa di rumah itu. Jadi, Nirmala hanya duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Tiba-tiba Nirmala mendengar suara pintu terbuka. Seorang bapak masuk ke dalam ruang tamu.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" title="Cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"eh,,kamu udah bangun?".</div><div style="text-align: center;">"bapak siapa?", tanya Nirmala ketakutan.</div><div style="text-align: center;">"nama bapak,,Dirman,,kamu?".</div><div style="text-align: center;">"nama saya Nirmala,,kenapa saya ada disini?".</div><div style="text-align: center;">"tadi kamu pingsan di depan rumah bapak,,jadi bapak bawa kamu ke dalem rumah,,".</div><div style="text-align: center;">"maaf,,saya ngerepotin bapak,,".</div><div style="text-align: center;">"kenapa nak Nirmala bisa pingsan?".</div><div style="text-align: center;">"saya kesasar,,".</div><div style="text-align: center;">"oh,,kalo gitu,,nak Nirmala tinggal disini aja dulu,,".</div><div style="text-align: center;">"aduh,,maap pak,,saya gak mau ngerepotin,,".</div><div style="text-align: center;">"gak apa-apa,,pasti kamu lapar,,udah lah,,malem ini nak Nirmala tinggal disini dulu,,".</div><div style="text-align: center;">"tapi kalau saya tinggal disini,,apa istri bapak gak apa-apa?".</div><div style="text-align: center;">"oh,,nak Nirmala tenang saja,,istri bapak sudah gak ada,,".</div><div style="text-align: center;">"oh,,maap Pak,,saya gak bermaksud,,".</div><div style="text-align: center;">"ah,,gak apa-apa,,ayo nak Nirmala,,kita makan,,".</div><div style="text-align: center;">"gak usah Pak,,".</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"kruukk,,,~~", bunyi dari perut Nirmala yang keroncongan membuat Nirmala tersipu malu.</div><div style="text-align: center;">"tuh kan,,udah ayo kita makan,,", Pak Dirman menarik tangan kanan Nirmala dan membawanya ke ruang makan. Sambil berjalan ke ruang makan, pikiran Nirmala bercabang menjadi 2. Yang satu, Nirmala deg-degan dan khawatir dengan Pak Dirman yang duda karena Nirmala teringat kejadian bersama ayah angkatnya. Sedangkan, pikiran Nirmala yang lain mengatakan kalau dia pergi malam ini, dia bakal kelaparan dan mungkin dia akan diperkosa oleh preman-preman yang sedang mabok. Jadi, Nirmala telah memilih untuk tinggal di rumah itu untuk semalam.</div><div style="text-align: center;">"gue nginep disini dulu deh,,kayaknya ni bapak gak punya pikiran macem-macem,,", pikir Nirmala. Pak Dirman memang terlihat seperti bapak yang baik, tapi who knows?.</div><div style="text-align: center;">"makanan sudah siap Pak,,", sapa orang yang ada di dekat meja makan.</div><div style="text-align: center;">"oh,,makasih To,,kamu sudah makan, To?".</div><div style="text-align: center;">"saya mah gampang, Pak,,saya permisi dulu ke belakang ya Pak,,".</div><div style="text-align: center;">Parto berjalan keluar dari dapur.</div><div style="text-align: center;">"ayo,,nak Nirmala,,mari makan,,".</div><div style="text-align: center;">"gak apa-apa nih Pak Dirman?".</div><div style="text-align: center;">"gak apa-apa,,hayo cepet,,mumpung masih anget,,". Pak Dirman duduk lebih dulu, disusul Nirmala yang masih agak malu-malu duduk di meja makan.</div><div style="text-align: center;">"ayo Nirmala,,gak usah malu-malu,,ayo makan,,".</div><div style="text-align: center;">"iya Pak,,". Pak Dirman mulai mengambil makanan sedangkan Nirmala hanya sedikit mengambil makanan karena Nirmala masih agak malu-malu.</div><div style="text-align: center;">"mm,,Pak Dirman,,saya boleh numpang ke kamar kecil?".</div><div style="text-align: center;">"oh boleh,,nak Nirmala terus aja terus belok kiri,,nah ruangan yang ada di kanan,,itu wc,,".</div><div style="text-align: center;">"makasih Pak,,saya permisi dulu,,".</div><div style="text-align: center;">"oh ya,,ya,,silakan,,". Nirmala mengikuti arahan petunjuk dari Pak Dirman sehingga dia bisa menemukan kamar mandi. Setelah buang air kecil, Nirmala mencuci tangannya di wastafel sambil menatap kaca yang ada di depannya. Nirmala melihat bayangan seorang gadis berparas cantik dengan kulit wajah putih merona. Bayangan itu tak lain dan tak bukan adalah dirinya sendiri.</div><div style="text-align: center;">Damn, my beautiful face. Nirmala berpikir kalau saja wajahnya tidak cantik mungkin hidupnya tidak seperti sekarang, mungkin dia akan hidup bahagia. Tapi, apa mau dikata. Wajah tidak bisa diganti, operasi plastik tidak mungkin Nirmala lakukan karena kantongnya hanya berisi angin saja alias boke'. Nirmala kembali lagi ke ruang makan dan duduk kembali di bangkunya.</div><div style="text-align: center;">"ayo nak Nirmala,,makan lagi,,".</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"aduh,,saya udah kenyang Pak,,", kata Nirmala sambil meminum sisa air minumnya.</div><div style="text-align: center;">"bener nak Nirmala udah kenyang? gak mau nambah?".</div><div style="text-align: center;">"makasih,,Pak,,saya udah kenyang banget,,", Nirmala merasa matanya berat sekali dan mati-matian melawan rasa kantuk yang tiba-tiba menyerangnya.</div><div style="text-align: center;">"padahal gue baru tidur,,kenapa gue udah ngantuk lagi?", tanya Nirmala dalam hati. Nirmala mengucek-ngucek matanya.</div><div style="text-align: center;">"kenapa? nak Nirmala ngantuk?".</div><div style="text-align: center;">"iya nih Pak,,padahal saya baru istirahat,,".</div><div style="text-align: center;">"ya sudah,,Parto !!", Pak Dirman memanggil Parto. Dalam waktu sebentar, Parto sudah datang.</div><div style="text-align: center;">"ada apa Pak?".</div><div style="text-align: center;">"tolong antarkan Nirmala ke kamarnya,,".</div><div style="text-align: center;">"baik, Pak,,".</div><div style="text-align: center;">"mari,,nona Nirmala,,saya tunjukkan kamarnya,,".</div><div style="text-align: center;">"terima kasih Mas Parto,,Pak Dirman,,maaf,,saya tidur duluan,,".</div><div style="text-align: center;">"oh,,ya,,gak apa-apa,,nak Nirmala emang harus istirahat,,".</div><div style="text-align: center;">"saya permisi dulu ya Pak Dirman,,makasih banget,,udah bolehin saya makan,,".</div><div style="text-align: center;">"udah,,nak Nirmala istirahat sana,,". Nirmala berjalan di belakang Parto menuju ke kamarnya.</div><div style="text-align: center;">"disini,,kamarnya nona,,", Parto membuka pintu sebuah kamar yang dalamnya lumayan mewah.</div><div style="text-align: center;">"terima kasih,,Mas Parto,,". Nirmala masuk ke dalam kamarnya sementara Parto pergi meninggalkan Nirmala.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"akhirnya,,", baru saja Nirmala mengambrukkan tubuhnya ke kasur, dia langsung tertidur. Ternyata, ada yang memasukkan obat tidur ke dalam minuman Nirmala. Obat tidur itu bereaksi dengan cepat, namun hanya sebentar membuat orang tertidur mungkin hanya 1-2 jam saja. Nirmala terbangun dan menyadari kalau dia sama sekali tidak bisa menggerakkan kaki & tangannya. Tangan Nirmala terikat ke tiang ranjang dan kaki Nirmala terikat ke tiang ranjang yang lain sehingga kini, Nirmala dalam posisi X.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"tolong,,!!", teriak Nirmala kencang. Seseorang langsung masuk ke dalam kamar Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"tolong saya,,Pak Dirman", pinta Nirmala dengan cemas. Pak Dirman mendekat ke arah Nirmala yang telanjang dan terikat ke ranjang.</div><div style="text-align: center;">"tolo,,", Nirmala berhenti meminta tolong ke Pak Dirman karena dia melihat Pak Dirman tersenyum licik dan tatapan matanya bagai srigala lapar.</div><div style="text-align: center;">"tol,,mmffhh,,", mulut Nirmala langsung dibukam oleh Pak Dirman.</div><div style="text-align: center;">"gak nyangka,,malem-malem,,dapet rejeki nomplok,,". Pak Dirman naik ke atas ranjang dan duduk di depan selangkangan Nirmala yang terbuka lebar. Pak Dirman menindih tubuh Nirmala lalu Pak Dirman melepaskan bungkaman di mulut Nirmala. Kemuan Pak Dirman langsung membungkam mulut Nirmala lagi, tapi kali ini dengan mulutnya. Pak Dirman mengulum bibir atas dan bibir bawah Nirmala. Lalu Pak Dirman melumat bibir Nirmala habis-habisan sambil terus memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Nirmala. Nirmala sadar dia tidak bisa melawan seperti kejadian-kejadian sebelumnya sehingga Nirmala sudah pasrah apa yang akan terjadi nantinya.</div><div style="text-align: center;">Pak Dirman benar-benar mencumbu Nirmala sepuas-puasnya karena Pak Dirman terus melumat bibir Nirmala dengan sangat bernafsu. Setelah puas menikmati bibir Nirmala, Pak Dirman bangkit dari atas tubuh Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"badan kamu bagus banget,,".</div><div style="text-align: center;">"tolonngg !!".</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"percuma kamu minta tolong,,mending kamu pasrah aja,,". Pak Dirman mencengkram kedua buah payudara Nirmala yang bentuknya sangat indah itu. Pak Dirman meremas-remas kedua buah payudara Nirmala sambil sesekali mencubit payudara Nirmala. Lalu Pak Dirman mendekatkan wajahnya ke payudara Nirmala, dia mulai menciumi, menggigiti, mencupangi, dan menjilati kedua buah payudara Nirmala beserta putingnya.</div><div style="text-align: center;">"oouuummhh,,", sebuah desahan keluar dari mulut Nirmala. Wajah Nirmala merah seperti kepiting rebus karena dia tidak bisa menahan malu, tadi dia menolak mati-matian, tapi kini dia malah mengeluarkan desahan karena Nirmala tidak bisa mengingkari betapa nikmatnya lidah Pak Dirman yang menari-nari di payudaranya.</div><div style="text-align: center;">Pak Dirman menurunkan ciumannya ke perut Nirmala. Pak Dirman mencucuk-cucukkan lidahnya ke pusar Nirmala. Lalu Pak Dirman menciumi perut Nirmala terus ke bawah hingga akhirnya sampai juga di lembah kenikmatan milik Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"wangi,,wangi sekali,,", komentar Pak Dirman setelah dia menghirup aroma wangi yang semerbak di daerah selangkangan Nirmala. Pak Dirman turun dari ranjang, dia membuka ikatan kaki kiri Nirmala lalu Pak Dirman mengikat kaki kiri Nirmala lebih tinggi lagi kemudian Pak Dirman juga melakukan hal yang sama ke kaki kanan Nirmala sehingga sekarang kaki Nirmala menjulang ke atas bagai huruf V.</div><div style="text-align: center;">"nah,,kalo gini kan lebih gampang,,". Pak Dirman naik lagi ke atas ranjang dan posisi kepalanya sudah berada di antara paha putih nan mulus Nirmala. Pak Dirman memulai dengan mengecup klitoris Nirmala berulang kali sehingga sebagai respon, tubuh Nirmala menggelinjang.</div><div style="text-align: center;">"sekarang enak kan? makanya,,kamu gak usah ngelawan lagi,,", ejek Pak Dirman.</div><div style="text-align: center;">Nirmala merasa seperti wanita murahan karena dia begitu menikmati lidah Pak Dirman yang sekarang sudah menjelajahi sekitar vaginanya.</div><div style="text-align: center;">"mmmhhh,,", desah Nirmala pelan. Pak Dirman melebarkan kedua bibir vagina Nirmala sehingga Pak Dirman bisa melihat bagian dalam dari vagina Nirmala yang masih terlihat merah menggoda.</div><div style="text-align: center;">"jangan-jangan kamu masih perawan ya? beruntungnya malem ini,,". Lidah Pak Dirman sudah mengaduk-aduk liang vagina Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"ooohhhh,,!!", erang Nirmala mendapatkan orgasmenya. Pak Dirman tidak percaya dengan rasa cairan vagina Nirmala. Manis, gurih, dan sedikit rasa asin tercampur dengan komposisi yang sangat pas sehingga Pak Dirman mengais-ngais sisa cairan vagina Nirmala hingga tak ada sisa setetes pun. Tonjolan di celana Pak Dirman sudah sangat besar yang menandakan kalau Pak Dirman sudah horny berat. Pak Dirman langsung melucuti pakaian dan celananya sendiri sampai perutnya yang buncit bisa dilihat oleh Nirmala. Nirmala sangat kaget melihat apa yang mengacung tegak di bawah perut Pak Dirman.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Penis pertama yang Nirmala lihat adalah penis ayah angkatnya, dan penis Pak Dirman lebih besar.</div><div style="text-align: center;">"jangan,,", lirih Nirmala pelan. Pak Dirman tidak mengindahkan Nirmala, Pak Dirman malah sudah bersiap-siap mencoblos vagina Nirmala. Kepala penis Pak Dirman sudah berada di depan lubang vagina Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"tidaakk,,!!", teriak Nirmala dengan suaranya yang lemah lembut. Air mata Nirmala mengalir dari kedua matanya karena Nirmala tau kalau keperawanannya sudah tak terselamatkan lagi karena dia tidak bisa melakukan perlawanan. Pak Dirman mendorong penisnya ke dalam vagina Nirmala. Perlahan tapi pasti, penis Pak Dirman menyusup masuk ke dalam vagina Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"uugghh,,sempithh,,", celoteh Pak Dirman sambil menekan penisnya ke dalam vagina Nirmala yang sangat kuat menjepit penis Pak Dirman karena vagina Nirmala masih sempit dan rapet..pet..pet. Good bye virginity, welcome paradise. Nirmala merasakan ada yang robek di dalam vaginanya.</div><div style="text-align: center;">"nngghh,,,", Nirmala terus menangis sambil meringis kesakitan yang luar biasa karena Nirmala merasakan vaginanya seperti terbakar dan melebar hingga semaksimal mungkin. Penis Pak Dirman sudah sepenuhnya berada di dalam vagina Nirmala, Pak Dirman merasakan liang vagina Nirmala memijit & menjepit penisnya dengan sangat kuat.</div><div style="text-align: center;">"oohh,,enak banget,,", desah Pak Dirman. Lalu Pak Dirman melihat ke arah penisnya, ada sedikit darah yang menyelip keluar dari vagina Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"ternyata,,kamu bener-bener masih perawan ya,,gak nyangka,,saya beruntung banget malam ini,,". Nirmala hanya menangis saja.</div><div style="text-align: center;">"kalo gitu,,maennya pelan-pelan aja ya,,". Pak Dirman mulai memaju-mundurkan pinggulnya dengan sangat pelan.</div><div style="text-align: center;">"heenngghh,,", Nirmala masih merasakan pedih sekaligus sedih. Sekarang penis Pak Dirman keluar masuk vagina Nirmala lebih cepat dari sebelumnya dan terus bertambah cepat hingga mungkin 8 kali/detik. Sambil mengaduk-aduk vagina Nirmala yang luar biasa sempit itu, Pak Dirman membelai kedua buah payudara Nirmala dengan lidahnya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"uummmhhh,,", Nirmala mendesah karena rasa pedih yang dia rasakan sudah hilang sehingga hanya tinggal rasa nikmat saja yang Nirmala rasakan. Air mata Nirmala pun sudah tidak keluar lagi karena mata Nirmala sudah kering.</div><div style="text-align: center;">"nah,,mulai enak ya?", ejek Pak Dirman melihat Nirmala yang mulai keenakan. Rasa malu dan hina menyerang Nirmala sehingga Nirmala menolehkan kepalanya ke kiri dan menutup matanya, tapi Nirmala tidak bisa berhenti mendesah karena itu adalah lolongan jiwanya. Pak Dirman menciumi leher Nirmala membuat Nirmala merinding karena geli.</div><div style="text-align: center;">"aaahhh,,", aliran listrik menjalar di sekujur tubuh Nirmala yang menandakan kalau dia sudah mencapai orgasme pertamanya.</div><div style="text-align: center;">"ccppllkk,,ccppllkk,,", suara penis Pak Dirman yang keluar masuk vagina Nirmala yang kini sudah becek gara-gara cairan vagina Nirmala sendiri. Jepitan vagina Nirmala dan rasa hangat dari cairan vagina Nirmala membuat Pak Dirman betah membiarkan penisnya berlama-lama di dalam vagina Nirmala sehingga Pak Dirman menggenjot vagina Nirmala dengan tempo yang lambat.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"ooohh,,yeesshh,,", erang Pak Dirman karena dia sedang menembaki rahim Nirmala dengan spermanya. Pak Dirman benar-benar puas menikmati permainannya dengan Nirmala yang baru saja selesai. Meskipun berkeringat, tapi tubuh Nirmala tetap mengeluarkan aroma wangi yang enak untuk dihirup.</div><div style="text-align: center;">"ploop,,", Pak Dirman mencabut penisnya dari vagina Nirmala. Cairan merah muda langsung meleleh keluar dari vagina Nirmala. Cairan merah muda itu dihasilkan dari campuran darah keperawanan Nirmala, cairan vagina Nirmala, dan sperma Pak Dirman yang tercampur dengan rata di dalam vagina Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"wah,,udah jam 2 malem,,besok harus bangun pagi,,kita lanjutin besok ya,,hehe", kata Pak Dirman sambil mencubit pipi Nirmala yang halus itu. Lalu Pak Dirman meninggalkan Nirmala yang masih terikat ke ranjang. Nirmala menangis lagi karena keperawanannya baru saja direnggut oleh Pak Dirman, orang yang baru saja dia kenal, mending kalau ganteng, wajah Pak Dirman sama sekali tidak ada sisi bagusnya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Pak Dirman kembali lagi ke kamar Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"saya lupa,,". Pak Dirman memegang dildo yang besar di tangan kanannya dan memegang lakban serta gunting di tangan kirinya. Pak Dirman mendekat ke Nirmala, lalu Pak Dirman menancapkan dildo ke vagina Nirmala.</div><div style="text-align: center;">"nnghh,,", Nirmala menahan pedih karena dildo itu lumayan besar. Batang dildo itu sudah tertanam di dalam vagina Nirmala, lalu Pak Dirman menekan tombol on yang ada di pangkal dildo.</div><div style="text-align: center;">"mmmhhh,,", Nirmala mendesah ketika dildo itu mulai bergerak-gerak dan berputar-putar di dalam vaginanya. Pak Dirman menutupi pegangan dildo itu dengan lakban secara horizontal & vertical sehingga membentuk tanda '+'.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"selamat tidur ya,,bidadari cantik,,hehe,,", Pak Dirman meninggalkan Nirmala yang terikat ke ranjang dengan dildo yang mengobok-obok vagina Nirmala. Orgasme demi orgasme Nirmala dapatkan dari dildo yang terus mengobok-obok vaginanya semalaman sampai-sampai tenaga Nirmala habis sehingga Nirmala pun pingsan.</div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-26591678508861161322015-08-12T00:59:00.000-07:002016-04-28T12:48:36.122-07:00 Kenikmatan tubuh Babysitterku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-sBqDYYa72wU/VWcRvpER8tI/AAAAAAAACgg/tqCNo0-9rR4/s1600/173.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" height="198" src="http://2.bp.blogspot.com/-sBqDYYa72wU/VWcRvpER8tI/AAAAAAAACgg/tqCNo0-9rR4/s400/173.jpg" title="cerita bokep hot" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Cerita bokep hot - Aku adalah seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang mampu di mana papaku sibuk dengan urusan kantornya dan mamaku sibuk dengan arisan dan belanja-belanja. Sementara aku dibesarkan oleh seorang baby sitter yang bernama Marni. Aku panggil dengan Mbak Marni.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Peristiwa ini terjadi pada tahun 1996 saat aku lulus SMP Swasta di Jakarta. Pada waktu itu aku dan kawan-kawanku main ke rumahku, sementara papa dan mama tidak ada di rumah. Adi, Dadang, Abe dan Aponk main ke rumahku, kami berlima sepakat untuk menonton VCD porno yang dibawa oleh Aponk, yang memang kakak iparnya mempunyai usaha penyewaan VCD di rumahnya. Aponk membawa 4 film porno dan kami serius menontonnya. Tanpa diduga Mbak Marni mengintip kami berlima yang sedang menonton, waktu itu usia Mbak Marni 28 tahun dan belum menikah, karena Mbak Marni sejak berumur 20 tahun telah menjadi baby sitterku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Tanpa disadari aku ingin sekali melihat dan melakukan hal-hal seperti di dalam VCD porno yang kutonton bersama dengan teman-teman. Mbak Marni mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat dan tidak ketahuan oleh keempat temanku.</div><div style="text-align: center;">"Maaf yah, gue mau ke belakang dulu.."</div><div style="text-align: center;">"Ya.. ya.. tapi tolong ditutup pintunya yah", jawab keempat temanku.</div><div style="text-align: center;">"Ya, nanti kututup rapat", jawabku.</div><div style="text-align: center;">Aku keluar kamarku dan mendapati Mbak Marni di samping pintuku dengan nafas yang tersengal-sengal.</div><div style="text-align: center;">"Hmm.. hmm, Mas Ton", Mbak Marni menegurku seraya membetulkan posisi berdirinya.</div><div style="text-align: center;">"Ada apa Mbak ngintip-ngintip Tonny dan kawan-kawan?" tanyaku keheranan.</div><div style="text-align: center;">Hatiku berbicara bahwa ini kesempatan untuk dapat melakukan segala hal yang tadi kutonton di VCD porno.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Perlahan-lahan kukunci kamarku dari luar kamar dan aku berpura-pura marah terhadap Mbak Marni.</div><div style="text-align: center;">"Mbak, apa-apaan sih ngintip-ngintip segala."</div><div style="text-align: center;">"Hmm.. hmm, Mbak mau kasih minum untuk teman-teman Mas Tonny", jawabnya.</div><div style="text-align: center;">"Nanti aku bilangin papa dan mama loh, kalo Mbak Marni ngintipin Tonny", ancamku, sembari aku pergi turun ke bawah dan untungnya kamarku berada di lantai atas.</div><div style="text-align: center;">Mbak Marni mengikutiku ke bawah, sesampainya di bawah, "Mbak Marni, kamu ngintipin saya dan teman-teman itu maksudnya apa?" tanyaku.</div><div style="text-align: center;">"Mbak, ingin kasih minum teman-teman Mas Tonny."</div><div style="text-align: center;">"Kok, Mbak nggak membawa minuman ke atas", tanyaku dan memang Mbak Marni ke atas tanpa membawa minuman.</div><div style="text-align: center;">"Hmm.. Hmm.." ucap Mbak Marni mencari alasan yang lain.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Dengan kebingungan Mbak Marni mencari alasan yang lain dan tidak disadari olehnya, aku melihat dan membayangkan bentuk tubuh dan payudara Mbak Marni yang ranum dan seksi sekali. Dan aku memberanikan diri untuk melakukan permainan yang telah kutonton tadi.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Sini Mbak"</div><div style="text-align: center;">"Lebih dekat lagi"</div><div style="text-align: center;">"Lebih dekat lagi dong.."</div><div style="text-align: center;">Mbak Marni mengikuti perintahku dan dirinya sudah dekat sekali denganku, terasa payudaranya yang ranum telah menyentuh dadaku yang naik turun oleh deruan nafsu. Aku duduk di meja makan sehingga Mbak Marni berada di selangkanganku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Mas Tonny mau apa", tanyanya.</div><div style="text-align: center;">"Mas, mau diapain Mbak?", tanyanya, ketika aku memegang bahunya untuk didekatkan ke selangkanganku.</div><div style="text-align: center;">"Udah, jangan banyak tanya", jawabku sembari aku melingkari kakiku ke pinggulnya yang seksi.</div><div style="text-align: center;">"Jangan Mas.. jangan Mas Tonny", pintanya untuk menghentikanku membuka kancing baju baby sitterku.</div><div style="text-align: center;">"Jangan Mas Ton, jangan.. jangan.." tolaknya tanpa menampik tanganku yang membuka satu persatu kancing bajunya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Sudah empat kancing kubuka dan aku melihat bukit kembar di hadapanku, putih mulus dan mancung terbungkus oleh BH yang berenda. Tanpa kuberi kesempatan lagi untuk mengelak, kupegang payudara Mbak Marni dengan kedua tanganku dan kupermainkan puting susunya yang berwarna coklat muda dan kemerah-merahan.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Jangan.. jangaan Mas Tonny"</div><div style="text-align: center;">"Akh.. akh.. jangaan, jangan Mas"</div><div style="text-align: center;">"Akh.. akh.. akh"</div><div style="text-align: center;">"Jangan.. Mas Tonn"<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.grand303.com/" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="http://www.grand303.com/" border="0" height="78" src="https://2.bp.blogspot.com/-TSCKw3Ot8BM/VfAdUQ6Gb7I/AAAAAAAAB4M/EhHBadASy6k/s728-Ic42/baner1.gif" width="640" /></a></div></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Aku mendengar Mbak Marni mendesah-desah, aku langsung mengulum puting susunya yang belum pernah dipegang dan di kulum oleh seorang pria pun. Aku memasukkan seluruh buah dadanya yang ranum ke dalam mulutku sehingga terasa sesak dan penuh mulutku. "Okh.. okh.. Mas.. Mas Ton.. tangan ber.." tanpa mendengarkan kelanjutan dari desahan itu kumainkan puting susunya dengan gigiku, kugigit pelan-pelan. "Ohk.. ohk.. ohk.." desahan nafas Mbak Marni seperti lari 12 kilo meter. Kupegang tangan Mbak Marni untuk membuka celana dalamku dan memegang kemaluanku. Tanpa diberi aba-aba, Mbak Marni memegang kemaluanku dan melakukan gerakan mengocok dari ujung kemaluanku sampai pangkal kemaluan.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Okh.. okh.. Mbak.. Mbaak"</div><div style="text-align: center;">"Teruss.. ss.. Mbak"</div><div style="text-align: center;">"Mass.. Mass.. Tonny, saya tidak kuat lagi"</div><div style="text-align: center;">Mendengar itu lalu aku turun dari meja makan dan kubawa Mbak Marni tiduran di bawah meja makan. Mbak Marni telentang di lantai dengan payudara yang menantang, tanpa kusia-siakan lagi kuberanikan untuk meraba selangkangan Mbak Marni. Aku singkapkan pakaiannya ke atas dan kuraba-raba, aku merasakan bahwa celana dalamnya sudah basah. Tanganku mulai kumasukkan ke dalam CD-nya dan aku merasakan adanya bulu-bulu halus yang basah oleh cairan liang kewanitaannya.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt=" Cerita bokep hot - Aku adalah seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang mampu di mana papaku sibuk dengan urusan kantornya dan mamaku sibuk dengan arisan dan belanja-belanja. Sementara aku dibesarkan oleh seorang baby sitter yang bernama Marni. Aku panggil dengan Mbak Marni." border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" title=" Cerita bokep hot - Aku adalah seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang mampu di mana papaku sibuk dengan urusan kantornya dan mamaku sibuk dengan arisan dan belanja-belanja. Sementara aku dibesarkan oleh seorang baby sitter yang bernama Marni. Aku panggil dengan Mbak Marni." /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Mbak, dibuka yah celananya." Mbak Marni hanya mengangguk dua kali. Sebelum kubuka, aku mencoba memasukkan telunjukku ke dalam liang kewanitaannya. Jari telunjukku telah masuk separuhnya dan kugerakkan telunjukku seperti aku memanggil anjingku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Shs.. shss.. sh"</div><div style="text-align: center;">"Cepat dibuka", pinta Mbak Marni.</div><div style="text-align: center;">Kubuka celananya dan kulempar ke atas kursi makan, aku melihat kemaluannya yang masih orisinil dan belum terjamah serta bulu-bulu yang teratur rapi. Aku mulai teringat akan film VCD porno yang kutonton dan kudekatkan mulutku ke liang kewanitaannya. Perlahan-lahan kumainkan lidahnku di sekitar liang surganya, ada rasa asem-asem gurih di lidahku dan kuberanikan lidahku untuk memainkan bagian dalam liang kewanitaannya. Kutemukan adanya daging tumbuh seperti kutil di dalam liang kenikmatannya, kumainkan daging itu dengan lidahku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Massh.. Mass.."</div><div style="text-align: center;">"Mbak mau kelluaar.."</div><div style="text-align: center;">Aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan "keluar", tetapi aku semakin giat memainkan daging tumbuh tersebut, tanpa kusadari ada cairan yang keluar dari liang kewanitaannya yang kurasakan di lidahku, kulihat liang kewanitaan Mbak Marni telah basah dengan campuran air liurku dan cairan liang kewanitaannya. Lalu aku merubah posisiku dengan berlutut dan kuarahkan batang kemaluanku ke lubang senggamanya, karena sejak tadi kemaluanku tegang. "Slepp.. slepp" Aku merasakan kehangatan luar biasa di kepala kemaluanku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Mass.. Mass pellann dongg.." Kutekan lagi kemaluanku ke dalam liang surganya. "Sleep.. sleep" dan, "Heck.. heck", suara Mbak Marni tertahan saat kemaluanku masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaannya. "Mass.. Mass.. pelaan.." Nafsu birahiku telah sampai ke ubun-ubun dan aku tidak mendengar ucapan Mbak Marni. Maka kupercepat gerakanku. "Heck.. heck.. heck.. tolong.. tollong Mass pelan-pelan" tak lama kemudian, "Mas Tonny, Mbaak keluaar laagi" Bersamaan dengan itu kurasakan desakan yang hebat dalam kepala kemaluanku yang telah disemprot oleh cairan kewanitaan Mbak Marni. Maka kutekan sekuat-kuatnya kemaluanku untuk masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni. Kudekap erat tubuh Mbak Marni sehingga agak tersengal-sengal, tak lama kemudian, "Croot.. croot" spermaku masuk ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Setelah Mbak Marni tiga kali keluar dan aku sudah keluar, Mbak Marni lemas di sampingku. Dalam keadaan lemas aku naik ke dadanya dan aku minta untuk dibersihkan kemaluanku dengan mulutnya. Dengan sigap Mbak Marni menuruti permintaanku. Sisa spermaku disedot oleh Mbak Marni sampai habis ke dalam mulutnya. Kami melakukan kira-kira selama tiga jam, tanpa kusadari teman-temanku teriak-teriak karena kunci pintu kamarku sewaktu aku keluar tadi. "Tonny.. tolong bukain dong, pintunya" Maka cepat-cepat kuminta Mbak Marni menuju ke kamarnya untuk berpura-pura tidur dan aku naik ke atas membukakan pintu kamarku. Bertepatan dengan aku ke atas mamaku pulang naik taksi. Dan kuminta teman-temanku untuk makan oleh-oleh mamaku lalu kusuruh pulang.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Setelah seluruh temanku pulang dan mamaku istirahat di kamar menunggu papa pulang. Aku ke kamar Mbak Marni untuk meminta maaf, atas perlakuanku yang telah merenggut keperawanannya.</div><div style="text-align: center;">"Mbak, maafin Tonny yah!"</div><div style="text-align: center;">"Nggak apa-apa Mas Tonny, Mbak juga rela kok"</div><div style="text-align: center;">"Keperawanan Mbak lebih baik diambil sama kamu dari pada sama supir tetangga", jawab Mbak Marni. Dengan kerelaannya tersebut maka, kelakuanku makin hari makin manja terhadap baby sitterku yang merawatku semenjak usiaku sembilan tahun. Sejak kejadian itu kuminta Mbak Marni main berdiri, main di taman, main di tangga dan mandi bersama, Mbak Marni bersedia melakukannya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Hingga suatu saat terjadi, bahwa Mbak Marni mengandung akibat perbuatanku dan aku ingat waktu itu aku kelas dua SMA. Papa dan mamaku memarahiku, karena hubunganku dengan Mbak Marni yang cantik wajahnya dan putih kulitnya. Aku dipisahkan dengan Mbak Marni, Mbak Marni dicarikan suami untuk menjadi bapak dari anakku tersebut.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.grand303.com/" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="http://www.grand303.com/" border="0" height="78" src="https://1.bp.blogspot.com/-CxzLUqO8BjA/VfAcmMWIqzI/AAAAAAAAB4A/t37m2cabDDY/s728-Ic42/Banner.gif" width="640" /></a></div></div><div style="text-align: center;">Sekarang aku merindukan kebersamaanku dengan Mbak Marni, karena aku belum mendapatkan wanita yang cocok untukku. Itulah kisahku para pembaca, sekarang aku sudah bekerja di perusahaan ayahku sebagai salah satu pimpinan dan aku sedang mencari tahu ke mana Mbak Marni, baby sitterku tersayang dan bagaimana kabarnya Tonny kecilku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-52403329970204051342015-08-08T20:44:00.000-07:002016-04-28T12:48:36.138-07:00Kulampiaskan nafsu seks di dapur<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-Apd6bXIjvTk/VT4ycHzVQcI/AAAAAAAACNY/5iueERG93h4/s1600/156.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" height="197" src="http://1.bp.blogspot.com/-Apd6bXIjvTk/VT4ycHzVQcI/AAAAAAAACNY/5iueERG93h4/s400/156.jpg" title="cerita bokep hot" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Cerita bokep hot - Namaku Karina, usiaku 17 tahun dan aku adalah anak kedua dari pasangan Menado-Sunda. Kulitku putih, tinggi sekitar 168 cm dan berat 50 kg. Rambutku panjang sebahu dan ukuran dada 36B. Dalam keluargaku, semua wanitanya rata-rata berbadan seperti aku, sehingga tidak seperti gadis-gadis lain yang mendambakan tubuh yang indah sampai rela berdiet ketat. Di keluarga kami justru makan apapun tetap segini-segini saja.</div><div style="text-align: center;">Suatu sore dalam perjalanan pulang sehabis latihan cheers di sek olah, aku disuruh ayah mengantarkan surat-surat penting ke rumah temannya yang biasa dipanggil Om Robert. Kebetulan rumahnya memang melewati rumah kami karena letaknya di kompleks yang sama di perumahan elit selatan Jakarta.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Om Robert ini walau usianya sudah di akhir kepala 4, namun wajah dan gayanya masih seperti anak muda. Dari dulu diam-diam aku sedikit naksir padanya. Habis selain ganteng dan rambutnya sedikit beruban, badannya juga tinggi tegap dan hobinya berenang serta tenis. Ayah kenal dengannya sejak semasa kuliah dulu, oleh sebab itu kami lumayan dekat dengan keluarganya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Kedua anaknya sedang kuliah di Amerika, sedang istrinya aktif di kegiatan sosial dan sering pergi ke pesta-pesta. Ibu sering diajak oleh si Tante Mela, istri Om Robert ini, namun ibu selalu menolak karena dia lebih senang di rumah.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Dengan diantar supir, aku sampai juga di rumahnya Om Robert yang dari luar terlihat sederhana namun di dalam ada kolam renang dan kebun yang luas. Sejak kecil aku sudah sering ke sini, namun baru kali ini aku datang sendiri tanpa ayah atau ibuku. Masih dengan seragam cheers-ku yang terdiri dari rok lipit warna biru yang panjangnya belasan centi diatas paha, dan kaos ketat tanpa lengan warna putih, aku memencet bel pintu rumahnya sambil membawa amplop besar titipan ayahku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Ayah memang sedang ada bisnis dengan Om Robert yang pengusaha kayu, maka akhir-akhir ini mereka giat saling mengontak satu sama lain. Karena ayah ada rapat yang tidak dapat ditunda, maka suratnya tidak dapat dia berikan sendiri.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Seorang pembantu wanita yang sudah lumayan tua keluar dari dalam dan membukakan pintu untukku. Sementara itu kusuruh supirku menungguku di luar. Ketika memasuki ruang tamu, si pembantu berkata, "Tuan sedang berenang, Non. Tunggu saja di sini biar saya beritahu Tuan kalau Non sudah datang." "Makasih, Bi." jawabku sambil duduk di sofa yang empuk.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Sudah 10 menit lebih menunggu, si bibi tidak muncul-muncul juga, begitu pula dengan Om Robert. Karena bosan, aku jalan-jalan dan sampai di pintu yang ternyata menghubungkan rumah itu dengan halaman belakang dan kolam renangnya yang lumayan besar. Kubuka pintunya dan di tepi kolam kulihat Om Robert yang sedang berdiri dan mengeringkan tubuh dengan handuk.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Ooh.." pekikku dalam hati demi melihat tubuh atletisnya terutama bulu-bulu dadanya yang lebat, dan tonjolan di antara kedua pahanya. Wajahku agak memerah karena mendadak aku jadi horny, dan payudaraku terasa gatal. Om Robert menoleh dan melihatku berdiri terpaku dengan tatapan tolol, dia pun tertawa dan memanggilku untuk menghampirinya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Halo Karin, apa kabar kamu..?" sapa Om Robert hangat sambil memberikan sun di pipiku. Aku pun balas sun dia walau kagok, "Oh, baik Om. Om sendiri apa kabar..?" "Om baik-baik aja. Kamu baru pulang dari sekolah yah..?" tanya Om Robert sambil memandangku dari atas sampai ke bawah. Tatapannya berhenti sebentar di dadaku yang membusung terbungkus kaos ketat, sedangkan aku sendiri hanya dapat tersenyum melihat tonjolan di celana renang Om Robert yang ketat itu mengeras.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Iya Om, baru latihan cheers. Tante Mella mana Om..?" ujarku basa-basi. "Tante Mella lagi ke Bali sama teman-temannya. Om ditinggal sendirian nih." balas Om Robert sambil memasang kimono di tubuhnya. "Ooh.." jawabku dengan nada sedikit kecewa karena tidak dapat melihat tubuh atletis Om Robert dengan leluasa lagi. "Ke dapur yuk..!"</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Kamu mau minum apa Rin..?" tanya Om Robert ketika kami sampai di dapur. "Air putih aja Om, biar awet muda." jawabku asal. Sambil menunggu Om Robert menuangkan air dingin ke gelas, aku pindah duduk ke atas meja di tengah-tengah dapurnya yang luas karena tidak ada bangku di dapurnya. "Duduk di sini boleh yah Om..?" tanyaku sambil menyilangkan kaki kananku dan membiarkan paha putihku makin tinggi terlihat. "Boleh kok Rin." kata Om Robert sambil mendekatiku dengan membawa gelas berisi air dingin.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Namun entah karena pandangannya terpaku pada cara dudukku yang menggoda itu atau memang beneran tidak sengaja, kakinya tersandung ujung keset yang berada di lantai dan Om Robert pun limbung ke depan hingga menumpahkan isi gelas tadi ke baju dan rokku. "Aaah..!" pekikku kaget, sedang kedua tangan Om Robert langsung menggapai pahaku untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh. "Aduh.., begimana sih..? Om nggak sengaja Rin. Maaf yah, baju kamu jadi basah semua tuh. Dingin nggak airnya tadi..?" tanya Om Robert sambil buru-buru mengambil lap dan menyeka rok dan kaosku.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.grand303.com/" target="_blank"><img alt="http://www.grand303.com/" border="0" height="78" src="https://1.bp.blogspot.com/-CxzLUqO8BjA/VfAcmMWIqzI/AAAAAAAAB4A/t37m2cabDDY/s728-Ic42/Banner.gif" width="640" /></a></div></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Aku yang masih terkejut hanya diam mengamati tangan Om Robert yang berada di atas dadaku dan matanya yang nampak berkonsentrasi menyeka kaosku. Putingku tercetak semakin jelas di balik kaosku yang basah dan hembusan napasku yang memburu menerpa wajah Om Robert. "Om.. udah Om..!" kataku lirih. Dia pun menoleh ke atas memandang wajahku dan bukannya menjauh malah meletakkan kain lap tadi di sampingku dan mendekatkan kembali wajahnya ke wajahku dan tersenyum sambil mengelus rambutku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Kamu cantik, Karin.." ujarnya lembut. Aku jadi tertunduk malu tapi tangannya mengangkat daguku dan malahan menciumku tepat di bibir. Aku refleks memejamkan mata dan Om Robert kembali menciumku tapi sekarang lidahnya mencoba mendesak masuk ke dalam mulutku. Aku ingin menolak rasanya, tapi dorongan dari dalam tidak dapat berbohong. Aku balas melumat bibirnya dan tanganku meraih pundak Om Robert, sedang tangannya sendiri meraba-raba pahaku dari dalam rokku yang makin terangkat hingga terlihat jelas celana dalam dan selangkanganku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Ciumannya makin buas, dan kini Om Robert turun ke leher dan menciumku di sana. Sambil berciuman, tanganku meraih pengikat kimono Om Robert dan membukanya. Tanganku menelusuri dadanya yang bidang dan bulu-bulunya yang lebat, kemudian mengecupnya lembut. Sementara itu tangan Om Robert juga tidak mau kalah bergerak mengelus celana dalamku dari luar, kemudian ke atas lagi dan meremas payudaraku yang sudah gatal sedari tadi.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">aku melenguh agak keras dan Om Robert pun makin giat meremas-remas dadaku yang montok itu. Perlahan dia melepaskan ciumannya dan aku membiarkan dia melepas kaosku dari atas. Kini aku duduk hanya mengenakan bra hitam dan rok cheersku itu. Om Robert memandangku tidak berkedip. Kemudian dia bergerak cepat melumat kembali bibirku dan sambil french kissing, tangannya melepas kaitan bra-ku dari belakang dengan tangannya yang cekatan.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Kini dadaku benar-benar telanjang bulat. Aku masih merasa aneh karena baru kali ini aku telanjang dada di depan pria yang bukan pacarku. Om Robert mulai meremas kedua payudaraku bergantian dan aku memilih untuk memejamkan mata dan menikmati saja. Tiba-tiba aku merasa putingku yang sudah tegang akibat nafsu itu menjadi basah, dan ternyata Om Robert sedang asyik menjilatnya dengan lidahnya yang panjang dan tebal. Uh.., jago sekali dia melumat, mencium, menarik-narik dan menghisap-hisap puting kiri dan kananku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Tanpa kusadari, aku pun mengeluarkan erangan yang lumayan keras, dan itu malah semakin membuat Om Robert bernafsu. "Oom.. aah.. aah..!" "Rin, kamu kok seksi banget sih..? Om suka banget sama badan kamu, bagus banget. Apalagi ini.." godanya sambil memelintir putingku yang makin mencuat dan tegang. "Ahh.., Om.. gelii..!" balasku manja.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Sshh.. jangan panggil 'Om', sekarang panggil 'Robert' aja ya, Rin. Kamu kan udah gede.." ujarnya. "Iya deh, Om." jawabku nakal dan Om Robert pun sengaja memelintir kedua putingku lebih keras lagi. "Eeeh..! Om.. eh Robert.. geli aah..!" kataku sambil sedikit cemberut namun dia tidak menjawab malahan mencium bibirku mesra.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Entah kapan tepatnya, Om Robert berhasil meloloskan rok dan celana dalam hitamku, yang pasti tahu-tahu aku sudah telanjang bulat di atas meja dapur itu dan Om Robert sendiri sudah melepas celana renangnya, hanya tinggal memakai kimononya saja. Kini Om Robert membungkuk dan jilatannya pindah ke selangkanganku yang sengaja kubuka selebar-lebarnya agar dia dapat melihat isi vaginaku yang merekah dan berwarna merah muda.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Kemudian lidah yang hangat dan basah itu pun pindah ke atas dan mulai mengerjai klitorisku dari atas ke bawah dan begitu terus berulang-ulang hingga aku mengerang tidak tertahan. "Aeeh.. uuh.. Rob.. aawh.. ehh..!" Aku hanya dapat mengelus dan menjambak rambut Om Robert dengan tangan kananku, sedang tangan kiriku berusaha berpegang pada atas meja untuk menopang tubuhku agar tidak jatuh ke depan atau ke belakang.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Badanku terasa mengejang serta cairan vaginaku terasa mulai meleleh keluar dan Om Robert pun menjilatinya dengan cepat sampai vaginaku terasa kering kembali. Badanku kemudian direbahkan di atas meja dan dibiarkannya kakiku menjuntai ke bawah, sedang Om Robert melebarkan kedua kakinya dan siap-siap memasukkan penisnya yang besar dan sudah tegang dari tadi ke dalam vaginaku yang juga sudah tidak sabar ingin dimasuki olehnya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Perlahan Om Robert mendorong penisnya ke dalam vaginaku yang sempit dan penisnya mulai menggosok-gosok dinding vaginaku. Rasanya benar-benar nikmat, geli, dan entah apa lagi, pokoknya aku hanya memejamkan mata dan menikmati semuanya. "Aawww.. gede banget sih Rob..!" ujarku karena dari tadi Om Robert belum berhasil juga memasukkan seluruh penisnya ke dalam vaginaku itu. "Iyah.., tahan sebentar yah Sayang, vagina kamu juga sempitnya.. ampun deh..!" Aku tersenyum sambil menahan gejolak nafsu yang sudah menggebu.<br /><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Akhirnya setelah lima kali lebih mencoba masuk, penis Om Robert berhasil masuk seluruhnya ke dalam vaginaku dan pinggulnya pun mulai bergerak maju mundur. Makin lama gerakannya makin cepat dan terdengar Om Robert mengerang keenakan. "Ah Rin.. enak Rin.. aduuh..!" "Iii.. iyaa.. Om.. enakk.. ngentott.. Om.. teruss.. eehh..!" balasku sambil merem melek keenakan.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Om Robert tersenyum mendengarku yang mulai meracau ngomongnya. Memang kalau sudah begini biasanya keluar kata-kata kasar dari mulutku dan ternyata itu membuat Om Robert semakin nafsu saja. "Awwh.. awwh.. aah..!" orgasmeku mulai lagi. Tidak lama kemudian badanku diperosotkan ke bawah dari atas meja dan diputar menghadap ke depan meja, membelakangi Om Robert yang masih berdiri tanpa mencabut penisnya dari dalam vaginaku. Diputar begitu rasanya cairanku menetes ke sela-sela paha kami dan gesekannya benar-benar nikmat.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Kini posisiku membelakangi Om Robert dan dia pun mulai menggenjot lagi dengan gaya doggie style. Badanku membungkuk ke depan, kedua payudara montokku menggantung bebas dan ikut berayun-ayun setiap kali pinggul Om Robert maju mundur. Aku pun ikut memutar-mutar pinggul dan pantatku. Om Robert mempercepat gerakannya sambil sesekali meremas gemas pantatku yang semok dan putih itu, kemudian berpindah ke depan dan mencari putingku yang sudah sangat tegang dari tadi.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Awwh.. lebih keras Om.. pentilnya.. puterr..!" rintihku dan Om Robert serta merta meremas putingku lebih keras lagi dan tangan satunya bergerak mencari klitorisku. Kedua tanganku berpegang pada ujung meja dan kepalaku menoleh ke belakang melihat Om Robert yang sedang merem melek keenakan. Gila rasanya tubuhku banjir keringat dan nikmatnya tangan Om Robert di mana-mana yang menggerayangi tubuhku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Putingku diputar-putar makin keras sambil sesekali payudaraku diremas kuat. Klitorisku digosok-gosok makin gila, dan hentakan penisnya keluar masuk vaginaku makin cepat. Akhirnya orgasmeku mulai lagi. Bagai terkena badai, tubuhku mengejang kuat dan lututku lemas sekali. Begitu juga dengan Om Robert, akhirnya dia ejakulasi juga dan memuncratkan spermanya di dalam vaginaku yang hangat.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Aaah.. Riin..!" erangnya. Om Robert melepaskan penisnya dari dalam vaginaku dan aku berlutut lemas sambil bersandar di samping meja dapur dan mengatur napasku. Om Robert duduk di sebelahku dan kami sama-sama masih terengah-engah setelah pertempuran yang seru tadi.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Sini Om..! Karin bersihin sisanya tadi..!" ujarku sambil membungkuk dan menjilati sisa-sisa cairan cinta tadi di sekitar selangkangan Om Robert. Om Robert hanya terdiam sambil mengelus rambutku yang sudah acak-acakan. Setelah bersih, gantian Om Robert yang menjilati selangkanganku, kemudian dia mengumpulkan pakaian seragamku yang berceceran di lantai dapur dan mengantarku ke kamar mandi.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Setelah mencuci vaginaku dan memakai seragamku kembali, aku keluar menemui Om Robert yang ternyata sudah memakai kaos dan celana kulot, dan kami sama-sama tersenyum. "Rin, Om minta maaf yah malah begini jadinya, kamu nggak menyesal kan..?" ujar Om Robert sambil menarik diriku duduk di pangkuannya. "Enggak Om, dari dulu Karin emang senang sama Om, menurut Karin Om itu temen ayah yang paling ganteng dan baik." pujiku. "Makasih ya Sayang, ingat kalau ada apa-apa jangan segan telpon Om yah..?" balasnya. "Iya Om, makasih juga yah permainannya yang tadi, Om jago deh." "Iya Rin, kamu juga. Om aja nggak nyangka kamu bisa muasin Om kayak tadi." "He.. he.. he.." aku tersipu malu.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Oh iya Om, ini titipannya ayah hampir lupa." ujarku sambil buru-buru menyerahkan titipan ayah pada Om Robert. "Iya, makasih ya Karin sayang.." jawab Om Robert sambil tangannya meraba pahaku lagi dari dalam rokku. "Aah.. Om, Karin musti pulang nih, udah sore." elakku sambil melepaskan diri dari Om Robert. Om Robert pun berdiri dan mencium pipiku lembut, kemudian mengantarku ke mobil dan aku pun pulang.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.grand303.com/" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="http://www.grand303.com/" border="0" height="78" src="https://2.bp.blogspot.com/-TSCKw3Ot8BM/VfAdUQ6Gb7I/AAAAAAAAB4M/EhHBadASy6k/s728-Ic42/baner1.gif" width="640" /></a></div></div><div style="text-align: center;">Di dalam mobil, supirku yang mungkin heran melihatku tersenyum-senyum sendirian mengingat kejadian tadi pun bertanya. "Non, kok lama amat sih nganter amplop doang..? Ditahan dulu yah Non..?" Sambil menahan tawa aku pun berkata, "Iya Pak, dikasih 'wejangan' pula.." Supirku hanya dapat memandangku dari kaca spion dengan pandangan tidak mengerti dan aku hanya membalasnya dengan senyuman rahasia. He..he..he.. </div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-22758532020816927642015-08-07T18:52:00.000-07:002016-04-28T12:48:36.172-07:00Pemerkosaan berujung pesta seks<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-uY2YHOwD8_E/VQ9t9Yg5ewI/AAAAAAAABoo/MD3kpQTeVLE/s1600/4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" height="197" src="http://3.bp.blogspot.com/-uY2YHOwD8_E/VQ9t9Yg5ewI/AAAAAAAABoo/MD3kpQTeVLE/s400/4.jpg" title="cerita bokep hot" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Cerita bokep hot - Sampai saat ini sebenarnya saya sedikit bingung bagaimana memulai ceritanya. Tetapi perlu anda ketahui bahwa yang saya ceritakan ini benar-benar terjadi pada diri saya. Saat ini saya berusia 20 tahun dan sudah menikah. Saya sampai saat ini masih kuliah di sebuah perguruan tinggi di Depok Semester lima. Saya menikah dengan suami saya Bang Hamzah yang lebih tua 8 tahun dari saya karena dijodohkan oleh orangtua saya pada saat saya masih berusia 18 tahun dan baru saja masuk kuliah. Namun saya sangat mencintai suami saya. Begitu pula suami saya terhadap saya (saya yakin itu benar).</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Karena saya dilahirkan dari keluarga yang taat agama, maka saya pun seorang yang taat agama.Setelah pernikahan menginjak usia 1 tahun, suami saya oleh perusahaan ditugasi untuk bekerja di pabrik di daerah bogor. Sebagai fasilitas, kami diberikan sebuah rumah sederhana di komplek perusahaan. Sebagai seorang istri yang taat, saya menurutinya pindah ke tempat itu. Komplek tempat tinggal saya ternyata masih kosong, bahkan di blok tempat saya tinggal, baru ada rumah kami dan sebuah rumah lagi yang dihuni, itu pun cukup jauh letaknya dari rumah kami.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Karena rumah kami masih sangat asli kami belum memiliki dapur, sehingga jika kami mau memasak saya harus memasak di halaman belakang yang terbuka, ciri khas rumah sederhana. Akhirnya suami memutuskan untuk membangun dapur dan ruang makan di sisa tanah yang tersisa, kebetulan ada seorang tukang bangunan yang menawarkan jasanya. Karena kami tidak merasa memiliki barang berharga, kami mempercayai mereka mengerjakan dapur tersebut tanpa harus kami tunggui, suami tetap berangkat ke kantor sedangkan saya tetap kuliah.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Sampai suatu hari, saya sedang libur dan suami saya tetap ke kantor. Pagi itu setelah mengantar Bang Hamzah sampai ke depan gerbang, saya pun masuk ke rumah. Sebenarnya perasaan saya sedikit tidak enak di rumah sendirian karena lingkungan kami yang sepi. Sampai ketika beberapa saat kemudian Pak Sastro dan dua orang temannya datang untuk meneruskan kerjanya. Dia tampak cukup terkejut melihat saya ada di rumah, karena saya tidak bilang sebelumnya bahwa saya libur.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">“Eh, kok Neng Anggie nggak berangkat kuliah..?”</div><div style="text-align: center;">“Iya nih Pak Sastro, lagi libur..” jawab saya sambil membukakan pintu rumah.</div><div style="text-align: center;">“Kalo gitu saya mau nerusin kerja di belakang Neng..” katanya.</div><div style="text-align: center;">“Oh, silahkan..!” kata saya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Tidak lama kemudian mereka masuk ke belakang, dan saya mengambil sebuah majalah untuk membaca di kamar tidur saya. Namun ketika baru saja saya mau menuju tempat tidur, saya lihat melalui jendela kamar Pak Satro sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian kotor yang biasa dikenakan saat bekerja. Dan alangkah terkejutnya saya menyaksikan bagaimana Pak Sastro tidak menggunakan pakaian dalam. Sehingga saya dapat melihat dengan jelas otot tubuhnya yang bagus dan yang paling penting penisnya yang sangat besar jika dibandingkan milik suami saya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Saya seketika terkesima sampai tidak sadar kalau Pak Satro juga memandang saya.</div><div style="text-align: center;">“Eh, ada apa Neng..?” katanya sambil menatap ke arah saya yang masih dalam keadaan telanjang dan saya lihat penis itu mengacung ke atas sehing terlihat lebih besar lagi.</div><div style="text-align: center;">Saya terkejut dan malu sehingga cepat-cepat menutup jendela sambil nafas jadi terengah-engah. Seketika diri saya diliputi perasaan aneh, belum pernah saya melihat laki-laki telanjang sebelumnya selain suami, bahkan jika sedang berhubungan sex dengan suami saya, suami masih menutupi tubuh kami dengan selimut, sehingga tidak terlihat seluruhnya tubuh kami.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Saya mencoba mengalihkan persaan saya dengan membaca, tetapi tetap saja tidak dapat hilang. Akhirnya saya putuskan untuk mandi dengan air dingin. Cepat-cepat saya masuk ke kamar mandi dan mandi. Setelah selesai, saya baru sadar saya tidak membawa handuk karena tadi terburu-buru, sedangkan pakaian yang saya kenakan sudah saya basahi dan penuh sabun karena saya rendam. Saya bingung, namun akhirnya saya putuskan untuk berlari saja ke kamar tidur, toh jaraknya dekat dan para tukang bangunan ada di halaman belakang dan pintunya tertutup. Saya yakin mereka tidak akan melihat, dan saya pun mulai berlari ke arah kamar saya yang pintunya terbuka.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Namun baru saya akan masuk ke kamar, tubuh saya menabrak sesuatu hingga terjatuh. Dan alangkah terkejutnya, ternyata yang saya tabrak itu adalah Pak Sastro.</div><div style="text-align: center;">“Maaf Neng.., tadi saya cari Neng Anggie tapi Neng Anggie nggak ada di kamar. Baru saya mau keluar, eh Neng Anggi nabrak saya..” katanya dengan santai seolah tidak melihat kalau saya sedang telanjang bulat.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Perlu diketahui, saya memiliki kulit yang sangat putih mulus dan walau tidak terlalu tinggi bahkan sedikit mungil (152 cm), namun tubuh saya sangat proposional dengan dua buah payudara berukuran 34C yang sedikit kebesaran dibandingkan ukuran tubuh saya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Saya begitu malu berusah bangkit sambil mentupi dada dan bagian bawah saya.</div><div style="text-align: center;">Namun Pak Satro segera menangkap tangan saya dan berkata, “Nggak usah malu Neng.., tadi Neng juga udah ngeliat punya saya, saya nggak malu kok..”</div><div style="text-align: center;">“Jangan Pak..!” kata saya, namun Pak satro malah mengangkat saya ke arah halaman belakang menuju dua orang temannya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Saya berusaha memberontak dan berteriak, tapi Pak Sastro dengan santainya malah berkata, “Tenang aja Neng.., di sini sepi. Suara teriakan Neng nggak bakal ada yang denger..”</div><div style="text-align: center;">Melihat tubuh telanjang saya, kedua teman Pak Sastro segera bersorak kegirangan.</div><div style="text-align: center;">“Wah, bagus betul ni tetek..” kata yang satu sambil membetot dan meremas payudara saya sekeras-kerasnya.”Tolong jangan perkosa saya, saya nggak bakalan lapor siapa-siapa..” kata saya.</div><div style="text-align: center;">“Tenang aja deh kamu nikmati aja..” kata teman Pak Sastro yang badannya sedikit gendut sambil tangannya meraba bulu kemaluan saya, sedang Pak Satro masih memegang kedua tangan saya dengan kencang.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Tidak berapa lama kemudian saya lihat ketiganya mulai melepas pakaian mereka. Saya melihat tubuh-tubuh mereka yang mengkilat karena keringat dan penis mereka yang mengacung karena nafsunya. Dengan cepat mereka membaringkan tubuh saya di atas pasir. Kemudian Pak Sastro mulai menjilati kemaluan saya.</div><div style="text-align: center;">“Wah.., memeknya wangi loh..” katanya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Saya segera berontak, namun kedua teman Pak Satro segera memegangi kedua tangan dan kaki saya. Yang botak memegang kaki, sedangkan yang gendut memegang kedua tangan saya sambil menghisap puting susu saya. Tidak berapa lama kemudian Pak Sastro mulai mengarahkan penisnya yang besar ke lubang kemaluan saya. Dan ternyata, yang tidak saya duga sebelumnya, rasanya ternyata sangat nikmat. Benar-benar berbeda dengan suami saya. Namun karena malu, saya terus berontak sampai Pak Sastro mulai mengoyangkan penisnya dengan gerakan yang kasar, tapi entah kenapa saya justru merasa kenikmatan yang luar biasa, sehingga tanpa sadar saya berhenti berontak dan mulai mengikuti irama goyangnya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Melihat itu kedua teman Pak Sastro tertawa dan mengendurkan pegangannya. Mendengar tawa mereka, saya sadar namun mau memberontak lagi saya merasa tanggung, sehingga yang terjadi adalah saya terlihat seperti sedang berpura-pura mau berontak namun walau dilepaskan saya tetap tidak berusaha melepaskan diri dari Pak Sastro.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Tidak lama kemudian Pak Sastro membalikkan tubuh saya dalam posisi doggie tanpa melepaskan miliknya dari kemaluan saya. Melihat itu, tanpa dikomando si gendut langsung memasukkan penisnya ke mulut saya. Saya berusaha berontak, namun si gendut menjambak saya dengan keras, sehingga saya menurutinya. Saya benar-benar mengalami sensasi yang luar biasa, sehingga beberapa saat kemudian saya mengalami orgasme yang luar biasa yang belum pernah saya alami sebelumnya. Tubuh saya menjadi lemas dan jatuh tertelungkup. Namun tampaknya Pak Satro belum selesai, sehingga genjotannya dipercepat sampai kemudian dia mencapai kelimaks dan memuntahkan spermanya ke dalam rahim saya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Begitu Pak Sastro mencabutnya, si botak langsung memasukkan kemaluannya ke dalam milik saya tanpa memberi waktu untuk istirahat. Tidak lama kemudian si gendut mencapai kelimaks, dia menekan kemaluannya ke dalam mulut saya dan tanpa aba- aba, langsung menembakkan spermanya ke dalam mulut saya. Banyak sekali spermanya yang saya rasakan di mulut saya, namun ketika saya hendak membuang sperma itu, Pak Sastro yang saya lihat sedang duduk beristirahat berkata.</div><div style="text-align: center;">“Jangan dibuang dulu, cepet kamu kumur-kumur mani itu yang lama.. pasti nikmat.. ha.. ha.. ha..”</div><div style="text-align: center;">Dan seperti seekor kerbau yang bodoh, saya menurutinya berkumur dengan seperma itu.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Sementara si botak terus mengocok penisnya di dalam kemaluan saya, saya melihat Pak Sastro masuk ke dalam rumah saya dan keluar kembali dengan membawa sebuah terong besar yang saya beli tadi pagi untuk saya masak serta sebuah kalung mutiara imitasi milik saya. Tidak berapa lama kemudian si botak mencapai kelimaks dan saya pun terjatuh lemas di atas pasir tersebut. Melihat temannya sudah selesai, Pak Satro menghampiri saya sambil memaksa saya kembali ke posisi merangkak.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">“Sambil menunggu tenaga kita kembali pulih, mari kita lihat hiburan ini..” katanya sambil memasukkan terong ungu yang sangat besar itu ke dalam vagina saya.</div><div style="text-align: center;">Tentu saja saya terkejut dan berusaha memberontak, tetapi kedua temannya segera memegangi saya.</div><div style="text-align: center;">Dan tidak lama kemudian, “Bless..!” terong itu masuk 3/4-nya ke dalam vagina saya.</div><div style="text-align: center;">Rasa sakitnya benar-benar luar biasa, sehingga saya menggoyang-goyangkan pantat saya ke kiri dan kanan.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">“Lihat anjing ini.. ekornya aneh.. ha.. ha.. ha..” kata si botak.</div><div style="text-align: center;">“Sekarang kamu merangkak keliling halaman belakang ini, ayo cepat..!” kata si gendut.</div><div style="text-align: center;">Dengan perlahan saya merangkak, dan ternyata rasanya benar-benar nikmat.Karena rasa geli-geli nikmat itu, sedikit-sedikit saya berhenti, tetapi setiap saya berhenti dengan segera mereka mencambuk pantat saya. Tidak berapa lama saya mencapai kelimaks, melihat itu mereka tertawa. Pak Sastro kemudian menghampiri saya, lalu mulai memasukkan kalung mutiara imitasi yang sebesar kelereng tadi satu persatu ke dalam lubang anus saya.</div><div style="text-align: center;">Saya kembali menjerit, tetapi dengan tenang dia berkata, “Tahan dikit ya.., nanti enak kok..!”</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Sampai akhirnya, kemudian kalung itu tinggal seperempatnya yang terlihat, lalu sambil menggenggam sisa kalung tersebut dia berkata.</div><div style="text-align: center;">“Sekarang kamu maju pelan-pelan..”</div><div style="text-align: center;">Dan ketika saya bergerak, kembali kalung itu tercabut pelan-pelan dari anus saya sampai habis. Begitulah mereka mempermainkan saya sampai kemudian mereka siap memperkosa saya lagi berulang-ulang sampai sore hari, dan anehnya setiap mereka kelimaks saya pun turut orgasme dengan arti saya menikmati diperkosa.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Dan anehnya lagi, malam harinya ketika suami saya pulang, saya sama sekali tidak melaporkan kejadian tersebut kepadanya, sehingga pemerkosaan tersebut terus terjadi berulang-ulang setiap saya sedang tidak kuliah. Dan setiap memperkosa, mereka selalu menyelingi dengan mengerjai saya dengan cara yang aneh-aneh, dan itu berlangsung sampai dapur saya selesai dibangun.</div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-30318005947086808462015-08-06T00:28:00.000-07:002016-04-28T12:48:36.186-07:00Tubuhku dipertaruhkan di meja judi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-j0w3T1GCV80/VQ9nXoIv5pI/AAAAAAAABoY/CotO2I5IsD0/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" height="198" src="http://2.bp.blogspot.com/-j0w3T1GCV80/VQ9nXoIv5pI/AAAAAAAABoY/CotO2I5IsD0/s400/3.jpg" title="cerita bokep hot" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Cerita bokep hot - Sebut saja Rita, perempuan berumur 32 tahun nyaris putus asa dalam menjalani hidup ini. Suaminya, Aryo, justru menjadikannya sebagai seorang pelacur. Aku tak pernah menyangka jika Mas Aryo tega menjual tubuhku. Ketika pertama kali aku mengenalnya, dia adalah laki-laki yang baik dan selalu menjagaku dari berbagai godaan laki-laki lain. Kami menikah lima tahun yang lalu dan dikarunai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan kami beri nama Rizal. Perkawinan kami mulus-mulus saja sampai Rizal muncul diantara kami. Tentu saja waktuku banyak tersita untuk mendidik Rizal.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Mas Aryo berkerja di perusahaan swasta yang bergerak dibidang produksi kayu, sedangkan aku hanya tinggal di rumah. Tetapi aku tidak pernah mengeluh. Aku tetap sabar menjalankan tugasku sebagai ibu rumah tangga sebaik-baiknya. Sebenarnya setiap hari bisa saja Mas Aryo pulang sore hari. Tetapi belakangan ini dia selalu pulang terlambat. Bahkan sampai larut malam.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Pernah ketika kutanyakan, kemana saja kalau pulang terlambat. Dia hanya menjawab "Aku mencari penghasilan tambahan Rit", jawabnya singkat.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Mas Aryo makin sering pulang larut malam, bahkan pernah satu kali dia pulang dengan mulut berbau alkohol, jalannya agak sempoyongan, rupanya dia mabuk. Aku mulai bertanya-tanya, sejak kapan suamiku mulai gemar minum-minum arak. Selama ini aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Kadang-kadang ia memberikan uang belanja lebih padaku. Atau pulang dengan membawa oleh-oleh untuk aku dan Rizal anak kami.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Setiap kali aku menyinggung aktivitasnya, Mas Aryo berusaha menghindari. "Kita jalankan saja peran masing-masing. Aku cari uang dan kamu yang mengurus rumah. Aku tidak pernah menanyakan pekerjaanmu, jadi lebih baik kamu juga begitu", katanya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Aku baru bisa menerka-nerka apa aktivitasnya ketika suatu malam, dia memintaku untuk menjual gelang yang kupakai. Ia mengaku kalah bermain judi dengan seseorang dan perlu uang untuk menutupi utang atas kekalahannya, jadi itu yang dilakukannya selama ini. Sebagai seorang istri yang berusaha berbakti kepada suami, aku memberikan gelang itu. Toh dia juga yang membelikan gelang itu. Aku memang diajarkan untuk menemani suami dalam suka maupun duka.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Suatu sore saat Mas Aryo belum pulang, seorang temannya yang mengaku bernama Bondan berkunjung ke rumah. Kedatangan Bondan inilah yang memicu perubahan dalam rumah tanggaku. Bondan datang untuk menagih utang-utang suamiku kepadanya. Jumlahnya sekitar sepuluh juta rupiah. Mas Aryo berjanji untuk melunasi utangnya itu. Aku berkata terus-terang bahwa aku tidak tahu-menahu mengenai utang itu, kemudian aku menyuruhnya untuk kembali besok saja.</div><div style="text-align: center;">Tetapi dengan pandangan nakal dia tersenyum, "Lebih baik saya menunggu saja Mbak, itung-itung menemani Mbak."</div><div style="text-align: center;">Aku agak risih mendengar ucapannya itu, lebih-lebih ketika melihat tatapan liar matanya yang seakan-akan ingin menelanjangi diriku.</div><div style="text-align: center;">"Aryo tidak pernah cerita kepada saya, kalau ia memiliki istri yang begitu cantiknya. Menurut saya, sayang sekali bunga yang indah hanya dipajang di rumah saja" ucap Bondan.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Aku makin tidak enak hati mendengar ucapan rayuan-rayuan gombalnya itu, Tetapi aku mencoba menahan diri, karena Mas Aryo berutang uang kepadanya. Dalam hati aku berdoa agar Mas Aryo cepat pulang ke rumah, sehingga aku tidak perlu berlama-lama mengenalnya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Untung saja tak lama kemudian Mas Aryo pulang. Kalau tidak pasti aku sudah muntah mendengar kata-katanya itu. Begitu melihat Bondan, Mas Aryo tampak lemas. Dia tahu pasti Bondan akan menagih hutang-hutangnya itu. Aku meninggalkan mereka di ruang tamu, Mas Aryo kulihat menyerahkan amplop coklat. Mungkin Mas Aryo sudah bisa melunasi hutangnya. Aku tidak dapat mendengar pembicaraannya, namun kulihat Mas Aryo menunduk dan sesekali terlihat berusaha menyabarkan temannya itu.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Setelah Bondan pulang, Mas Aryo memintaku menyiapkan makan malam. Dia menikmati sajian makan malam tanpa banyak bicara, Aku juga menanyakan apa saja yang dibicarakannya dengan Bondan. Aku menyadari Mas Aryo sedang suntuk, jadi lebih baik aku menahan diri. Setelah selesai makan, Mas Aryo langsung mandi dan masuk ke kamar tidur, aku menyusul masuk kamar satu jam kemudian setelah berhasil menidurkan Rizal di kamarnya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Ketika aku memasuki kamar tidur dan menemaninya di ranjang, Mas Aryo kemudian memelukku dan menciumku. Aku tahu dia akan meminta 'jatahnya' malam ini. Malam ini dia lain sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan Mas Aryo mulai melepaskan daster putih yang kukenakan, setelah mencumbuiku sebentar, Mas Aryo mulai membuka bra tipis yang kukenakan dan melepaskan celana dalamku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Setelah itu Mas Aryo sedikit demi sedikit mulai menikmati jengkal demi jengkal seluruh bagian tubuhku, tidak ada yang terlewati. Kemudian aku membantu Mas Aryo untuk melapaskan seluruh pakaian yang dikenakannya, sampai akhirnya aku bisa melihat penis Mas Aryo yang sudah mulai agak menegang, tetapi belum sempurna tegangnya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Dengan penuh kasih sayang kuraih batang kenikmatan Mas Aryo, kumain-mainkan sebentar dengan kedua belah tanganku, kemudian aku mulai mengulum batang penis suamiku dengan lembutnya. Terasa di dalam mulutku, batang penis Mas Aryo terutama kepala penisnya, mulai terasa hangat dan mengeras. Aku menyedot batang Mas Aryo dengan semampuku, kulihat Mas Aryo begitu bergairah, sesekali matanya terpejam menahan nikmat yang kuberikan kepadanya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Mas Aryo kemudian membalas, dengan meremas-remas kedua payudaraku yang cukup menantang, 36B. Aku mulai merasakan denyut-denyut kenikmatan mulai bergerak dari puting payudaraku dan mulai menjalar keseluruh bagian tubuhku lainnya, terutama ke vaginaku. Aku merasakan liang vaginaku mulai terasa basah dan agak gatal, sehingga aku mulai merapatkan kedua belah pahaku dan menggesek-gesekan kedua belah pahaku dengan rapatnya, agar aku dapat mengurangi rasa gatal yang kurasakan di belahan liang vaginaku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Mas Aryo rupanya tanggap melihat perubahanku, kemudian dengan lidahnya Mas Aryo mulai turun dan mulai mengulum daging kecil clitorisku dengan nafsunya, Aku sangat kewalahan menerima serangannya ini, badanku terasa bergetar menahan nikmat, peluh ditubuhku mulai mengucur dengan deras diiringi erangan-erangan kecil dan napas tertahan ketika kurasakan aku hampir tak mampu menahan kenikmatan yang kurasakan.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Akhirnya seluruh rasa nikmat semakin memuncak, saat penis Mas Aryo, mulai terbenam sedikit demi sedikit ke dalam vaginaku, rasa gatal yang kurasakan sejak tadi berubah menjadi nikmat saat penis Mas Aryo yang telah ereksi sempurna mulai bergerak-gerak maju mundur, seakan-akan menggaruk-garuk gatal yang kurasakan.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Suamiku memang jago dalam permainan ini. Tidak lebih dari lima belas menit aku berteriak kecil saat aku sudah tidak mampu lagi menahan kenikmatan yang kurasakan, tubuhku meregang sekian detik dan akhirnya rubuh di ranjang ketika puncak-puncak kenikamatan kuraih pada saat itu, mataku terpejam sambil menggigit kecil bibirku saat kurasakan vaginaku mengeluarkan denyut-denyut kenikmatannya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Dan tidak lama kemudian Mas Aryo mencapai puncaknya juga, dia dengan cepatnya menarik penisnya dan beberapa detik kemudian, air maninya tersembur dengan derasnya ke arah tubuh dan wajahku, aku membantunya dengan mengocok penisnya sampai air maninya habis, dan kemudian aku mengulum kembali penisnya sekian lama, sampai akhirnya perlahan-lahan mulai mengurang tegangannya dan mulai lunglai.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">"Aku benar-benar puas Rit, kamu memang hebat", pujinya. Aku masih bergelayut manja di dekapan tubuhnya.</div><div style="text-align: center;">"Rit, kamu memang istriku yang baik, kamu harus bisa mengerti kesulitanku saat ini, dan aku mau kamu membantu aku untuk mengatasinya", katanya.</div><div style="text-align: center;">"Bukankah selama ini aku sudah begitu Mas", sahutku. Mas Aryo mengangguk-angguk mendengarkan ucapakanku.</div><div style="text-align: center;">Kemudian ia melanjutkan, "Kamu tahu maksud kedatangan Bondan tadi sore. Dia menagih utang, dan aku hanya sanggup membayar setengah dari keseluruhan utangku. Kemudian setelah lama berbicang-bincang ia menawarkan sebuah jalan keluar kepadaku untuk melunasi hutang-hutangku dengan sebuah syarat", ucap Mas Aryo.</div><div style="text-align: center;">"Apa syaratnya, Mas?" tanyaku penasaran.</div><div style="text-align: center;">"Rupanya dia menyukaimu, dia minta izinku agar kamu bisa menemani dia semalam saja", ucap Mas Aryo dengan pelan dan tertahan.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Aku bagai disambar petir saat itu, aku tahu arti 'menemani' selama semalam. Itu berarti aku harus melayaninya semalam di ranjang seperti yang kulakukan pada Mas Aryo. Mas Aryo mengerti keterkejutanku.</div><div style="text-align: center;">"Aku sudah tidak tahu lagi dengan apalagi aku harus membayar hutang-hutangku, dia sudah mengancam akan menagih lewat tukang-tukang pukulnya jika aku tidak bisa membayarnya sampai akhir pekan ini", katanya lirih.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Aku hanya terdiam tak mampu mengomentari perkataannya itu. Aku masih shock memikirkan aku harus rela memberikan seluruh tubuhku kepada lelaki yang belum kukenal selama ini. Sikap diamku ini diartikan lain oleh Mas Aryo.</div><div style="text-align: center;">"Besok kamu ikut aku menemui Bondan", ujarnya lagi, sambil mencium keningku lalu berangkat tidur. Seketika itu juga aku membenci suamiku. Aku enggan mengikuti keinginan suamiku ini, namun aku juga harus memikirkan keselatan keluarga, terutama keselamatan suamiku. Mungkin setelah ini ia akan kapok berjudi lagi pikirku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Sore hari setelah pulang kerja, Mas Aryo menyuruhku berhias diri dan setelah itu kami berangkat menuju tempat yang dijanjikan sebelumnya, rupanya Mas Aryo mengantarku ke sebuah hotel berbintang. Ketika itu waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 20.00 malam. Selama hidup baru pertama kali ini, aku pergi untuk menginap di hotel.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Ketika pintu kamar di ketuk oleh Mas Aryo, beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka, dan kulihat Bondan menyambut kami dengan hangatnya, Suamiku tidak berlama-lama, kemudian ia menyerahkan diriku kepada Bondan, dan kemudian berpamitan.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Dengan lembut Bondan menarik tanganku memasuki ruangan kamarnya. Aku tertunduk malu dan wajahku terasa memerah saat aku merasakan tanganku dijamah oleh seseorang yang bukan suamiku. Ternyata Bondan tidak seburuk yang kubayangkan, memang matanya terkesan liar dan seakan mau melahap seluruh tubuhku, tetapi sikapnya dan perlakuannya kepadaku tetap tenang, sehingga dikit demi sedikit rasa grogi yang menyerangku mulai memudar.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Bondan menanyakan dengan lembut, aku ingin minum apa. Kusahut aku ingin minum coca-cola, tetapi jawabnya minuman itu tidak ada sekarang ini di kamarnya, kemudian dia mengeluarkan sebotol sampagne dari kulkas dan menuangkannya sedikit sekitar setengah sloki, kemudian disuguhkannya kepadaku, "Ini bisa menghilangkan sedikit rasa gugup yang kamu rasakan sekarang ini, dan bisa juga membuat tubuhmu sedikit hangat. Kulihat dari tadi kelihatannya kamu agak kedinginan", ucapnya lagi sambil menyodorkan minuman tersebut.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Kuraih minuman tersebut, dan mulai kuminum secara dikit demi sedikit sampai habis, memang benar beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh dan pikiranku agak tenang, rasa gorgi sudah mulai menghilang, dan aku juga merasakan ada aliran hangat yang mengaliri seluruh syaraf-syaraf tubuhku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Bondan kemudian menyetel lagu-lagu lembut di kamarnya, dan mengajakku berbincang-bincang hal-hal yang ringan. Sekitar 10 menit kami berbicara, aku mulai merasakan agak pening di kepalaku, tubuhkupun limbung. Kemudian Bondan merebahkan tubuhku ke ranjang. Beberapa menit aku rebahan di atas ranjang membuatku mulai bisa menghilangkan rasa pening di kepalaku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Tetapi aku mulai merasakan ada perasaan lain yang mengalir pada diriku, ada perasaan denyut-denyut kecil di seluruh tubuhku, semakin lama denyut-denyut tersebut mulai terasa menguat, terutama di bagian-bagian sensitifku. Aku merasakan tubuhku mulai terangsang, meskipun Bondan belum menjamah tubuhku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Ketika aku mulai tak kuasa lagi menahan rangsangan di tubuhku, napasku mulai memburu terengah-engah, payudaraku seakan-akan mengeras dan benar-benar peka, vaginaku mulai terasa basah dan gatal yang menyengat, perlahan-lahan aku mulai menggesek-gesekkan kedua belah pahaku untuk mengurangi rasa gatal dan merangsang di dalam vaginaku. Tubuhku mulai menggeliat-geliat tak tahan merasakan rangsangan seluruh tubuhku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Bondan rupanya menikmati tontonan ini, dia memandangi kecantikan wajahku yang kini sedang terengah-engah bertarung melawan rangsangan, nafsunya mulai memanas, tangannya mulai meraba tubuhku tanpa bisa kuhalangi lagi. Remasan-remasan tangannya di payudaraku membuatku tidak tahan lagi, sampai tak sadar aku melorotkan sendiri pakaian yang kukenakan. Saat pakaian yang kukenakan lepas, Mata Bondan tak lepas memandangi belahan payudaraku yang putih montok dan yang menyembul dan seakan ingin loncat keluar dari bra yang kukenakan.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Tak tahan melihat pemandangan indah ini, Bondan kemudian menggumuliku dengan panasnya sembari tangannya mengarah ke belakang punggungku, tidak lebih dari 3 detik, kancing bra-ku telah lepas, kini payudaraku yang kencang dan padat telah membentang dengan indahnya, Bondan tak mau berlama-lama memandangiku, dengan buasnya lagi ia mencumbuiku, menggumuliku, dan tangannya semakin cepat meremas-remas payudaraku, cairan vaginaku mulai membasahi celana putihku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Melihat ini, tangan bondan yang sebelahnya lagi mulai bermain-main di celanaku tepat di cairan yang membasahi celanaku, aku merasakan nikmat yang benar-benar luar biasa. Napasku benar-benar memburu, mataku terpejam nikmat saat tangan Bondan mulai memasuki celana dalamku dan memainkan daging kecil yang tersembunyi di kedua belahan rapatnya vaginaku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;">Bondan memainkan vaginaku dengan ahlinya, membuatku terpaksa merapatkan kedua belah pahaku untuk agak menetralisir serangan-serangannya, jari-jarinya yang nakal mulai menerobos masuk ke liang tubuhku dan mulai memutar-mutar jarinya di dalam vaginaku. Tak puas karena celana dalamku agak mengganggu, dengan cepatnya sekali gerakan dia melepaskan celana dalamku. Aku kini benar-benar bugil tanpa tersisa pakaian di tubuhku.<br /><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Bondan tertegun sejenak memandangi pesona tubuhku, yang masih bergeliat-geliat melawan rangsangan yang mungkin diakibatkan obat perangsang yang disuguhkan di dalam minumanku. Dengan cepatnya selagi aku masih merangsang sendiri payudaraku, Bondan melepaskan dengan cepat seluruh pakaian yang dikenakan sampai akhirnya bugil pula. Aku semakin bernafsu melihat batang penis Bondan telah berdiri tegak dengan kerasnya, Besar dan panjang.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Dengan cepat Bondan kembali menggumuliku dengan benar-benar sama-sama dalam puncak terangsang, aku merasakan payudaraku diserang dengan remasan-remasan panas, dan.., ahh.., akupun merasakan batang penis Bondan dengan cepatnya menyeruak menembus liang vaginaku dan menyentuh titik-titik kenikmatan yang ada di dalam liang vaginaku, aku menjerit-jerit tertahan dan membalas serangan penisnya dengan menjepitkan kedua belah kakiku ke arah punggungnya sehingga penisnya bisa menerobos secara maksimal ke dalam vaginaku.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul, setiap kali penis Bondan mulai bergerak masuk menerobos masuk ataupun saat menarik ke arah luar, aku menjepitkan otot-otot vaginaku seperti hendak menahan pipis, saat itu aku merasakan nikmat yang kurasakan berlipat-lipat kali nikmatnya, begitu juga dengan Bondan, dia mulai keteteran menahan kenikmatan tak bisa dihindarinya. Sampai pada satu titik saya sudah terlihat akan orgasme, Bondan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan hentakan2 penisnya yang dipercerpat.. akhirnya kekuatan pertahananku ambrol.. saya orgasme berulang-ulang dalam waktu 10 detik.. Bondan rupanya juga sudah tidak mampu menahan lagi serangannya dia hanya diam sejenak untuk merasakan kenikmatan dipuncak-puncak orgasmenya dan beberapa detik kemudian mencabut batang penisnya dan tersemburlan muncratan-muncratan spermanya dengan banyaknya membanjiri wajah dan sebagian berlelehan di belahan payudaraku. Kamipun akhirnya tidur kelelahan setelah bergumul dalam panasnya birahi.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Keesokan paginya, Bondan mengantarku pulang ke rumah. Kulihat suamiku menerimaku dengan muka tertuduk dan berbicara sebentar sementara aku masuk ke kamar anakku untuk melihatnya setelah seharian tidak kuurus.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Setelah kejadian itu, aku dan suamiku sempat tidak berbicara satu sama-lain, sampai akhirnya aku luluh juga saat suamiku minta maaf atas kelakuannya yang menyebabkan masalah ini sampai terjadi, tetapi hal itu tidak berlangsung lama, suamiku kembali terjebak dalam permainan judi. Sehingga secara tidak langsung akulah yang menjadi taruhan di meja judi. Jika menang suamiku akan memberikan oleh-oleh yang banyak kepada kami. Tetapi jika kalah aku harus rela melayani teman-teman suamiku yang menang judi. Sampai saat ini kejadian ini tetap masih berulang. Oh sampai kapankah penderitaan ini akan berakhir.</div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4163928086851764501.post-81315386982034572272015-08-03T19:10:00.000-07:002016-04-28T12:48:36.221-07:00Pembantu kujadikan sasaran nafsu birahi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-xFYlrS6oWFM/VQWmVN9DMTI/AAAAAAAABUE/34LdB72EFcU/s1600/26.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" height="197" src="http://1.bp.blogspot.com/-xFYlrS6oWFM/VQWmVN9DMTI/AAAAAAAABUE/34LdB72EFcU/s400/26.jpg" title="cerita bokep hot" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />Cerita bokep hot - Ketika anak saya berumur satu tahun saya pindah rumah. Kami sering berganti-ganti pembantu. Paling lama mereka hanya bertahan satu tahun. Yang pertama dengan seorang gadis bernama Dayah. Usianya saat itu 26 tahun. Dia kami peroleh di sebuah penampungan PRT, semacam sebuah yayasan. Saat itu istri saya sedang memilih-milih sejumlah PRT yang ditawarkan pengelola. Lalu saya lihat istri saya berbicara dengan gadis itu. Beberapa saat kemudian istri saya menghampiri saya. “Gimana kalau dia saja?” tanyanya. Saya bingung. Kalau melihat bagaimana gadis itu bersikap terhadap anak saya, rasanya dialah yang kami cari. Percayalah. Dia terlampau cantik sebagai PRT. Kulitnya coklat bersih. Tinggi sedang, ramah, periang. Dan, waduh. Teteknya sangat besar. Akhirnya gadis bernama Dayah itu kami ambil. Saya benar-benar tergoda oleh semua yang ada dalam diri Dayah. Kecantikannya, kebersihan kulitnya, teteknya, keramahannya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Dua bulan sejak dia ikut kami, saya sudah mulai punya pikiran kotor. Saya mulai mencari cara untuk bisa meniduri Dayah. Maukah dia? Serangan terhadap Dayah saya lakukan pada suatu malam ketika istri saya keluar kota. Birahi saya muncul sejak siang. Istri saya berpesan kepada Dayah supaya kalau malam Nisa tidur dengan dia. Soalnya istri saya paham betul tabiat saya kalau tidur malam. Sejak sore Nisa bersama saya, bercengkerama di depan TV, lalu tertidur sekitar jam 19.00. Saya tiduran di sebelahnya sambil nonton TV. Tapi sebenarnya pikiran saya sedang kacau oleh birahi dan keinginan untuk menikmati tubuh Dayah. Tetek gadis itu benar-benar sangat menggoda saya. Seperti apa rupanya tetek besar seorang pembokat? Saya ingin meremas-remasnya, ingin mengulum dan menjilatinya. Saya tiduran dengan berbalut sarung, tanpa baju. Hanya CD saja. Jam 20.00 Dayah meminta Nisa untuk dibawa ke kamarnya. Saya pura-pura menolaknya. “Sudah biar tidur sama saya saja,” kata saya. Saya diam saja. Gadis itu mengenakan kaos denga rok span di atas lutut. Dia duduk melipat lutut di sebelah Nisa.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-uPrT-zpjR3U/VX-yOtiVqtI/AAAAAAAACmQ/sgiDkwTqETk/s1600/banner-grand303.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Hmm. Sepasang pahanya yang putih tersembul dari roknya. “Sudah kamu tiduran di situ dulu nanti kalau sudah waktunya aku bangunin terus kamu bawa Nisa ke kamarmu,” kata saya. Perangkap saya pasang. Dia tampak ragu dan bingung. “Sana ambil bantal kamu!” perintah saya. Dia beranjak. Sebentar kemudian datang lagi dengan membawa bantal dan selimut. Dia rebahkan tubuhnya di sisi Nisa. Dia balut tubuhnya dengan selimut. Tenggorokan saya seperti tersekat. Kering. Haus rasanya. Saya tidur dengan Dayah hanya dibatasi si kecil Nisa. Dayah mencoba memejamkan mata. Sesekali melirik ke arah TV. Lalu saya tidur menghadap ke arahnya. Memandanginya. Rupanya dia tahu saya memandangi. Sekilas dia memandang saya, lalu memejamkan mata. Saya memandangi terus.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Semakin kagum, dan semakin panas dingin tubuh saya. Penis saya sudah tegang sejak tadi. Saya bingung bagaimana mengawali. Maukah Dayah menerima saya? Pikiran saya mulai kacau. Antara berani dan tidak. Saya mencoba tersenyum kepadanya ketika dia melirik saya. Dia tak bereaksi. Tampaknya dia tahu apa yang berkecamuk dalam benak saya. Saya memanggil namanya pelan. Dia membuka matanya. “Kamu cantik sekali.” Dia terbelalak dan merapatkan selimutnya. Saya terus memandanginya. Lalu saya lihat dia tersenyum tipis. “Kamu cantik sekali,” kata saya lagi. Wajahnya merah. Timbul keberanian saya. Saya mencoba meraih jemarinya yang tersembul dari selimut. Sesaat kemudian saya coba raih helai-helai rambutnya. Saya elus kepalanya. Dia diam. Saya makin berani.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Nisa bergerak-erak seperti mau bangun. Dayah mencoba menengkan dengan menepuk-nepuk punggungnya. Kesempatan itu saya gunakan untuk meraih tangannya. Saya gengam. Dia diam, hanya matanya yang lurus ke arah mata saya. Saya cium tangan itu. Penis saya makin tegang. Saya ciumi punggung tangan itu, lalu telapak tangannya. Tak ada rekasi. Saya makin berani. Secepat kilat saya bergeser tempat. Kali ini di belakanganya. “Bapak jangan gitu, ahh,” dia menepis tangan saya yang mencoba memeluknya. Saya tersenyum dan kembali memeluknya. Kali ini dia diam. Saya merapatkan badan kepadanya. Saya gesek-gesekkan penis saya ke tubuhnya. Dia menggelinjang sebentar, dan berusaha menjauh, tapi tubuhnya terantuk tubuh kecil Nisa. Saya makin beringas. Saya buka selimutnya.</div><div style="text-align: center;">Saya usap kakinya. Ke atas, di paha. Dia mendesis dan berusaha menghindar. “Saya tidur di kamar saja ahh.” Dia mencoba bangkit tapi saya menahannya. “Jangan.” …“Bapak nakal sih.” Saya menghentikan aksi. Sesaat kemudian hanya tangan saya yang saya taruh di pingangnya. Dia diam saja. Lalu saya kembali memeluknya. Ahh tepatnya mendekap dia. Saya gesek-gesek pelan tangan saya di bagian perutnya. Dia tak bereaksi. Saya terus berusaha memberi rangsangan dengan menyusupkan jari saya ke kulit perutnya. Tampaknya berhasil. Dia mendesis. Tak ada perlawanan. Tangan saya merayap pelan ke atas sampai terentuh dinding yang sangat tebal. Tetek yang luar biasa besarnya. Benar-benar baru kali ini saya liat tetek sebesar ini. Saya sentuh pelan-pelan.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Saya takut dia menolaknya. Tapi tidak ada reaksi. Baru ketika saya pelan-pelan meremas, tubuhnya terlihat bergerak-gerak. Dia melenguh. Saya makin kalap. Remasan makin keras, dan menyelusuplah tangan saya ke dalam BH-nya. Tersentuh dagihg kenyal. Saya raba, saya remas. Dayah menggelinjang. “Hh..” Tangannya mencengkram tangan saya. Saya mulai menaiki tubuhnya. Sarung saya lepas. Saya hanya bercelana dalam. Dayah memejamkan mata. Saya cium bibirnya dengan tangan saya tetap meremas-remas payudara besarnya. Tanpa saya duga, dia membalas ciuman saya. Bakan menghisap lidah saya dengan rakus. Bibir saya bergerak turun ke leher. Selimut telah lepas dari tubuhnya. Saya singkap kaosnya, dan akhirnya, saya lihat kutang itu terlalu kecil untuk teteknya yang super besar. Hanya dengan sekali geser. Putingnya telah tersembul. Saya cium puting itu. Saya hisap, dan saya gelitik. Dia meronta-ronta. Tangannya memeluk saya erat-erat. Lalu saya cium lagi bibirnya. Tangan saya bergerak ke bawah, ke celah CD-nya, mengelus-elus semak-semak lembut, dan menggelitik sebuah celah yang telah basah. Dayah mencengkeram kepala saya, lalu menariknya. Dia mencium bibir saya. Melumatnya.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Lidah saya disedot dengan hebatnya. Saya permainkan tangan di bawah, menyusuri sepasang bibir vagina. Kadang memutar-mutar di ujung bibir. Tangan Dayah telah mengocok penis saya. Mengocok dan meremas-remas dengan sangat kuatnya. Saya buka CD Dayah, hingga pangkal kakinya, lalu dia menendang sendiri CD itu, melayang ke dekat TV. Dia juga menarik CD saya. “Kamu masih perawan Dayah?” taya saya. Dia mengangguk sambil terus mengocok penis sya. Kocokan yang kasar. “Kamu mau saya masukkan ini saya?” saya memegang tangannya yang sedang mengocok penis. Dia mengangguk. Saya membalikkan tubuh saya, mengangkat kedua pahanya yang padat. Memeknya disinari cahaya TV.</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Saya terus menjilatinya. Dayah mengerang-erang. Saya coba menaruh penis saya di depan mulutnya. Tapi dia hanya meremas dan mengocoknya. Ketika lidah saya makin beringas menjilati memeknya, barulah dia memasukkan penis saya di mulutnya. Saya sibakkan bibir memeknya. Saya jilat-jilat isinya, jari tengah saya mencoba menusuk pelan. Dayah mengangkat pantatnya. Mulutnya menghisap-hisap penis saya. Terdengar bunyi sangat keras. Ketika saya merasa hendak ejakulasi, saya tarik penis saya. Saya ingin sperma saya jatuh di luar mulutnya. Serentak dengan itu saya mengulum kelentit. Dayah menarik pinggul saya dan menghisap kuat penis saya. Srtt srrtt Sperma saya pu terpancar. Tapi kali ini saya justru menekannya. Saya tidak ingin penis saya lepas dari mulutnya. Seluruh mani saya telah keluar. Sebagian telah masuk ke dalam kerongkongan Dayah. “Sekarang Dayah tiduran, aku masukin ya senjataku ke tempik Dayah” kata Saya. Tanpa perlu menjawab, Dayah merebahkan tubuhnya memasang posisi, kemudian Saya mulai menusukkan senjatanya kedalam lubang kenikmatan Dayah.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cerita bokep hot" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8WLR3J2qftQ/VX-yt1b1AiI/AAAAAAAACmY/4T20R1ehZTo/s1600/banner-grandtv.gif" title="cerita bokep hot" /></a></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">“Auuu… pelan-pelan pakkk… masukinnya…” Dayah merasakan moncong senjata Saya memasuki lubang tempiknya. Setelah di rasa cukup masuk dan menyesuaikan di dalam lobang kenikmatan Dayah, mulailah Saya memaju-mundurkan senjatanya. “Ssshhh… enaaak pakkk… terusss… yang dalammm …”erang Dayah keenakan. “Accchhh…pakkk … aku moo keluuaarrrr… aahhh…” Dayah melenguh panjang, pertanda telah sampai orgasmenya. Dijepitnya pinggang Saya… dipeluknya dada Saya, seolah mau melumat tubuh Saya, Saya sedikit meringis merasakan jepitan kaki Dayah dan pelukan tangan Dayah di tubuhnya, tetapi Saya mengerti akan kenikmatan Dayah, maka dibiarkannya wanita itu menjepit tubuhnya. Setelah beberapa saat Saya memberi waktu untuk Dayah mengembalikan nafas liarnya, saya berinisiatif untuk merubah gaya, saya suruh Dayah untuk nungging membelakangiku, Saya melakukan dogy style. Inipun sensasi lain yang dirasakan Dayah, baru dengan Saya ini ia merasakan indahnya persetubuhan. Saya pun merasakan sensasi lain dari jepitan lubang Dayah, dengan posisi ini, lubang kemaluan Dayah semakin dirasakan sempit, Dayah, “saya mau keluar nihhh…aaahhh…” lenguh Saya. demikian juga Dayah yang semakin liar memeluk serta menggigit sarung saya, “aaacchh… emmmhhh… pakkk…” Kami terkapar dengan deru nafas yang saling berlomba, Dayah memeluk Saya, Saya membelai rambut Dayah. Kami saling mendekap, berpagutan, disela deru nafas kami berdua. Dia tersenyum lalu beranjak menuju kamar mandi. Saya puas. Benar-benar puas. Perseligkuhan dengan Dayah saya ulangi beberapa kali. Banyak sekali kesempatan terbuka. Segalanya berjalan sangat lancar. Kami melakukannya tidak hanya ketika istri saya serang keluar kota. Tetapi juga siang hari saat istri kerja dan aku pulang diam-diam.</div>Roro Fitriahttp://www.blogger.com/profile/15614508946359305962noreply@blogger.com